Seungwan hanya duduk diam di tempatnya. Entah kemana Sehun akan membawanya. Dalam hatinya ia berharap Sehun masih seperti dulu, tidak berubah, jadi ia bisa percaya penuh pada apa saja yang akan laki-laki itu lakukan.
Perjalanan sungguh terasa lama. Mungkin karena hening yang menemani. Seungwan merasa bosan. Ia tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun, meski banyak pertanyaan berputar di otaknya.
Sementara Sehun hanya diam, fokus dengan jalanan malam di depan sana.
Jika Seungwan tidak salah memperkirakan, sudah lebih dari dua jam mereka berkendara. Jalanan kota yang ramai sudah tidak terlihat lagi, berganti dengan jalanan sepi yang hanya dilewati satu atau dua kendaraan. Atau mungkin karena tengah malam? Entahlah, Seungwan benar-benar buta waktu saat ini.
"Kau punya minum?" akhirnya ia membuka suaranya, tidak tahan lagi dengan tenggorokannya yang terasa sangat kering. Salahkan dirinya yang pura-pura koma hingga semua nutrisi didapatnya dari selang infus. Untuk bicara saja rasanya sakit sekali.
"Ada di kursi belakang." Ucap Sehun tanpa mengalihkan pandangannya.
Seungwan mendengus, jika sikap Sehun seperti ini lebih baik ia tetap terbaring di rumah sakit. Setidaknya rasa sepi yang dirasakannya memang dikarenakan dirinya yang sendirian. Bukan seperti sekarang ini, bersama Sehun tapi laki-laki itu mengabaikannya bahkan memandang dirinya pun enggan.
Seungwan meletakkan botol yang telah habis hampir separuhnya di pangkuan, mengantisipasi dirinya yang mungkin ingin minum lagi nanti.
"Ini dimana?" dahinya mengernyit saat jalanan yang dilewatinya semakin terasa asing apalagi ia sudah tidak melihat ada kendaraan lain yang melintas.
Suasananya juga cukup mencekam. Hutan di kanan jalan dan sawah di sisi kiri.
"Kau pernah ke sini sebelumnya."
Mekipun Seungwan hidup di Hongkong, tapi beberapa kali dalam satu tahun ia juga mengunjungi Korea untuk melakukan beberapa transaksi bersama Yunho dan ingatannya terlampau bagus untuk mengenali semua jalan yang pernah dilewatinya. Tapi untuk jalan ini, nihil, ia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang tempat yang mereka lewati sekarang, "Kapan aku kesini?"
"Delapan belas tahun lalu?"
Seungwan hanya diam mendengar jawaban Sehun. Ingin marah tapi dirinya sadar untuk menahan diri agar tidak ditinggalkan di tempat antah berantah ini. Delapan belas tahun? Itu waktu yang cukup untuk membuat banyak perubahan apalagi di negara seperti Korea.
Hening kembali. Seungwan memilih diam karena Sehun sangat menyebalkan malam ini.
.
.
Sehun bersyukur ibunya tidak pernah menjual rumahnya di desa. Jadi Sehun bisa membawa Seungwan ke sana. Meski kecil, tapi cukup untuk mereka berdua tinggali dan letaknya, Sehun rasa aman untuk bersembunyi. Tidak ada yang tahu tentang rumah ini selain ia dan ibunya juga Seungwan—itupun kalau ia masih ingat.
Dua puluh tahun lebih ia meninggalkan desa kelahirannya ini, banyak sekali perubahan yang terjadi. Seperti lapangan yang biasa ia gunakan bermain dulu, kini sudah menjadi sebuah minimarket 24 jam. Juga ladang yang diingatnya sebagai milik seorang kakek tua tetangga samping rumahnya, sekarang sudah menjadi sebuah rumah mewah.
Pantas saja Seungwan tidak mengenali tempat ini. Dirinya pun merasa asing di tempat kelahirannya sendiri. Terakhir kali Sehun datang adalah 10 tahun lalu saat peringatan kematian ayah dan adiknya. Setelah itu ia tidak pernah lagi datang karena ibunya yang melarang.
"Sudah sampai." Sehun menghentikan mobilnya tepat di depan pintu. Ingatkan Sehun untuk membuat garasi nanti.
"Ini rumah siapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/217500922-288-k740787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In a Different Life
FanfictionJust you and me in a different life. Pairs in this story: - Sehun x Seungwan - Chanyeol x Seungwan - Chanyeol x Joohyun - Jongin x Soojung - Doyoung x Sejeong - Lee Dongwook x Boa - Yunho x Boa