Bagian 6

149 20 4
                                    

"Kau sudah pulang?"

Chanyeol menarik senyumnya—terpaksa—menatap Joohyun, istrinya. "Jisung sudah tidur?"

Joohyun mengangguk. Ia mengecup pipi Chanyeol sebelum mengambil alih tas dan jas suaminya, "Mau makan atau mandi dulu?" tawarnya. Wajah menawannya menampilkan senyum manis di bawah cahaya lampu temaram. Mereka masih berada di ambang pintu sebelum Chanyeol menggenggam tangannya, membawa mereka masuk lebih dalam ke rumah.

"Makan. Aku lapar."

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku panaskan makanannya."

Chanyeol diam menatap kepergian Joohyun. Ia mendudukkan tubuh lelahnya di sofa ruang tamu. Diamatinya suasana rumah yang sangat sepi dengan pikirannya yang menerawang. Sungguh saat ini ia sangat khawatir dengan keadaan Wendy. Dimana keberadaan Wendy? Kenapa tidak ada di rumah sakit? Kemana Wendy pergi? Apa Wendy kabur sendiri? Atau ada yang membantunya?

Tapi siapa?

Sejak tinggal bersamanya, Wendy tidak pernah berinteraksi dengan orang lain selain anggota mereka atau beberapa client. Apa anak buahnya? Tidak mungkin. Tidak ada yang berani mengambil Wendy dari Chanyeol. Atau client? Tidak. Meski beberapa kali ikut dalam misi, Wendy tidak pernah berhadapan langsung dengan client.

Berapa kalipun memikirkannya, Chanyeol sama sekali tidak bisa menduga kiranya siapa yang membawa kabur Wendy.

"Kau baru pulang?"

"Abeoji." Chanyeol segera membenarkan posisi duduknya melihat sang mertua mendekat, "iya Abeoji. Tadi aku lembur." Ucapnya sopan. Ia menatap ayah mertuanya yang kondisi kesehatannya semakin menurun. Gurat ketegasan dan kewibawaan seperti saat pertama kali mereka bertemu dulu telah memudar tertutup keriput dan warna wajahnya yang semakin pucat, menunjukkan seberapa keras dirinya bekerja di waktu muda.

"Kau dari kantor? wajahmu kusut sekali."

"Tadi ada sedikit masalah yang membuatku stress." Memang ada masalah kan? tapi masalah besar yang membuatnya sangat stress.

"Ambillah libur sekali-sekali. Kulihat akhir pekan pun kau tetap bekerja."

Chanyeol mengangguk, "Akan kuusahakan, Abeoji." Selama ini ia memang selalu sibuk dengan pekerjaan. Apalagi dengan masalah Wendy sekarang, benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Bahkan sudah tiga hari ini ia tidak melihat anaknya dalam keadaan terjaga. Bagaimana tidak jika dirinya pergi saat Jisung masih tidur dan pulang saat anaknya itu sudah terlelap.

Ayah mertuanya memang benar. Ia harus mengambil libur. Tapi tentu saja nanti, setelah Wendy berhasil ditemukan.

"Chanyeol."

Chanyeol menoleh mendengar panggilan dari Joohyun. Tidak seperti tadi, nada yang dipakai pasangan hidupnya itu terkesan dingin, "Abeoji, saya permisi." Ia menunduk hormat pada Dongwook, mertuanya sebelum menghampiri Joohyun, mengingat tidak mungkin Joohyun yang akan menghampirinya.

"Kau masih saja bersikap dingin pada ayahmu."

"Gara-gara dia aku kehilangan ibu dan Seungwan."

Chanyeol membawa Joohyun yang mulai berkaca-kaca ke pelukannya. Ia sangat mengerti kesedihan Joohyun. Betapa hancurnya perasaan Joohyun saat pulang dari studinya tidak mendapati ibu dan adiknya dimanapun. Dua orang yang paling ia sayangi, yang paling ia rindukan telah pergi entah kemana.

Bertahun-tahun Joohyun telah mencari mereka hingga mendapat informasi jika ibunya sudah meninggal. Tapi tidak dengan adiknya. Sampai sekarang ia tidak tahu dimana dan bagaimana keadaan adiknya.

In a Different LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang