Seungwan duduk di beranda rumah, tempat yang sama saat ia memandang bintang bersama Sehun ketika pertama kali datang.
Sejak Sehun membawanya ke Taebaek, mungkin melihat bintang di malam hari telah menjadi kegemaran baru untuk Seungwan. Jutaan benda langit yang memancarkan cahaya itu sama sekali tidak membosankan untuk dipandang. Bintang memang sangat indah jika dipandang dari jauh, bukan?
"Serius sekali."
"Hm," Seungwan bergumam, membiarkan Sehun duduk di sampingnya. Ia memandang sisi wajah Sehun yang mendongak menatap langit. Sehun benar-benar tumbuh dengan baik. Dilihat dari manapun laki-laki di sampingnya ini tetap saja tampan, membuatnya berpikir apa selama dirinya pergi, Sehun memiliki kekasih? Rasanya tidak mungkin orang setampan dan sepintar Sehun tidak ada yang tertarik. Ditambah sifatnya yang ramah dan baik.
Saat di sekolah dulu juga banyak siswa yang bertanya tentang Sehun padanya.
"Mengagumiku?"
Seungwan mendengus. Cepat-cepat ia membuang mukanya saat Sehun tiba-tiba menoleh, membuat hidung mereka bersentuhan sekilas, "Aku hanya heran. Matamu kecil sekali, apa kau bisa melihat dengan jelas?" mata bulan sabit Sehun saat tersenyum yang membuat Seungwan kagum di pertemuan pertama mereka.
"Itu artinya kau menghina ciptaan Tuhan."
"Aku tidak," elak Seungwan. bagian mana dari perkataannya yang menghina?
"Kau mengejek mataku tadi."
"Kapan aku mengejek?"
"Tadi kau-"
Tanpa aba-aba, Seungwan memegang kedua telinga Sehun, membuat laki-laki disampingnya terpaku, "Kau sangat tampan." Ia menatap lekat wajah Sehun, setiap inchi dari ciptaan Tuhan itu tidak lepas dari sapuan matanya. Mata, hidung, bibirnya-
"Kau baru saja merayuku?"
"Kenapa? Kau tidak suka?" masih dengan memandangi wajah Sehun yang tidak pernah bisa berhenti dikaguminya. Jantung Seungwan berdebar semakin kencang, tapi ia menikmatinya. Debaran itu rasanya menyenangkan.
"Seungwan-a, bolehkah aku menciummu?"
Seungwan menepis wajah Sehun menjauh, malu sekali rasanya. Ia memegang kedua pipinya yang memanas. Kenapa juga Sehun harus bertanya seperti itu? Kenapa tidak langsung menciumnya? Oh, apa yang baru saja ia pikirkan?
"Kau kejam sekali," gerutu Sehun. Tangannya sibuk mengusap pipinya yang sedikit memerah. Apa Seungwan memukulnya sekeras itu?
"Maaf aku tidak sengaja."
Sehun menggenggam tangan Seungwan sebelum tangan itu menyentuh pipinya, "Seungwan-a," mengabaikan permintaan maaf, ia menyandarkan kepalanya di bahu Seungwan, "dulu aku juga suka memandangi bintang."
Dahi Seungwan mengernyit. Ia tidak pernah tahu tentang hal itu. Selama tinggal bersama dulu, ia tidak pernah melihat Sehun memandang langit malam. Yang Seungwan tahu, setiap malam Sehun akan mengurung diri di kamar untuk belajar, sama sepertinya.
"Hanya beberapa lama setelah kematian ayah dan adikku."
"Apa kau menatap bintang setiap merindukan mereka?"
Sehun mengangguk. "Dulu, aku bertemu seorang dokter di rumah sakit. Dokter itu mengatakan jika aku bisa melihat bintang saat merindukan ayah dan adikku. Karena orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang. Sejak saat itu aku selalu melihat bintang hingga larut malam. Ibuku selalu marah-marah sambil mengatakan jika udara malam tidak bagus untuk kesehatan."
Seungwan terkekeh mendengar penjelasan Sehun, "Dan kau berhenti setelah mendapat pelajaran astronomi di sekolah," Seungwan juga pernah mengalaminya dulu. Saat neneknya meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
In a Different Life
FanfictionJust you and me in a different life. Pairs in this story: - Sehun x Seungwan - Chanyeol x Seungwan - Chanyeol x Joohyun - Jongin x Soojung - Doyoung x Sejeong - Lee Dongwook x Boa - Yunho x Boa