☘6

21 3 0
                                    

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه


--•oOo•--

Seorang lelaki paruh baya itu telah meninggalkan putrinya dan kini putrinya itu masih setia untuk duduk di atas kursi taman. Dan tanpa ada angin, dan hujan, tiba-tiba gadis itu terpikir oleh sosok yang ia kagumi selama ini. Dan sekarang gadis itu tengah masuk ke alam bawah sadarnya.

"Zain..
Apa kabarmu disana?
Semoga kau sehat sehat selalu, dan selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta'ala

Zain, andai kau tau, betapa inginnya diri ini mewujudkan mimpi yang terukir ini, betapa inginnya diri ini bertemu denganmu dalam dunia nyata ini, selama ini, aku hanya bisa menemuimu dalam rangkaian mimpi yang terlukis saat ku terlelap.

Cukup membahagiakan jika aku bertemu denganmu dalam mimpi itu, namun bagaimana jadinya, jika diri ini bertemu denganmu di dunia nyata?
Sebuah keadaan yang tak akan dapat ku jelaskan dalam kata-kata, kebahagiaan itu akan sangat sulit untuk ku rangkai menjadi sebuah kalimat, karna stock kata yang sudah terkikis habis.

Sebuah rasa yang kini telah menguasai kalbu ini, tak mampu ku ketahui kapan hadirnya.
Meski dalam jauh, diri ini mampu untuk menaruh rasa ini. Rasa yang sampai kini tak jua kau dengar.

Semakin lama ku memendam rasa ini, semakin  aku sangat ingin mewujudkan mimpi yang tertoreh ini.

Ini adalah tentang aku dan ini adalah tentang sebuah harapan kecilku. Tentang sebuah mimpi yang sangat ingin bertemu dengan mu.

Elzain Azhar Dhiaurrahman.

Ana uhibbuka fillah."

Setelah curahan itu berbisik di hatinya, kini mata cantik gadis itu memerah, juga berkaca-kaca. Dan tanpa tersadari, cairan bening telah menetes dan meluncur dengan bebas di pipi mulus milik gadis itu, Brina.

Suara kumandang adzan isya' menyadarkan gadis itu, yang tengah termenung kaku.

Allahu Akbar Allahu Akbar.

"Astaghfirullah hal adzim" dengan sontak Brina mengucap kalimat istighfar dan segera menyapu pipinya yang telah terbasahi air matanya.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah Maafkan hamba ya Allah, tak sepantasnya hamba mengharapkan cinta ini, sesungguhnya hanya kepada-Mu lah hamba berharap. Namun bagaimana hamba menolak rasa yang datang tanpa diminta ini, sesungguhnya hamba juga tidak ingin menyimpan sebuah rasa yang mendalam ini padanya, maafkan hamba ya Allah, maafkan hamba, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf." Ucap Brina dengan bisikan dan tanpa dimintanya nampak sebuah air mata tengah membasahi pipinya lagi, dan dengan sigap tangannya kembali mengusapnya lagi.

•••

Bunda Sarah sudah siap dengan mukena nya dan tinggal selangkah lagi hendak mengerjakan shalat isya, serta tarawih di Masjid. Dan disampingnya terlihat Hasbi yang sedang memakai peci hitam miliknya.

Dan kegiatan mereka yang sedang siap-siap terhenti tiba-tiba, setelah mendapati Brina sedang berjalan dengan tergesa menuju kamar mandi sambil menutup mulutnya yang sepertinya sedang sesenggukan. Dan tanpa menghiraukan matanya yang sembab dan merah akibat air mata.

Tentang Aku dan HarapankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang