Lie; 8 : have to let go

81 18 16
                                    

***

Hari-hari berlalu begitu cepat, Mingi membulatkan tekadnya untuk melamar Soojin keesokan harinya, hari ini ia mencoba untuk mengumpulkan kembali semua keberaniannya dan juga keyakinannya akan hidup bersama Soojin.

Tak berselang lama, Mirae mengetuk pintu kamar Mingi lalu memasuki kamar tersebut.

"Mingi." Hal yang pertama kali Mirae lihat ketika memasuki kamar Mingi adalah, sebuah kotak kecil yang terletak di atas meja milik Mingi. Dari kemarin kotak tersebut tidak berpindah tempat dan masih berada di tempat yang sama.

"Ada apa Mirae?" 

"Aku cuma mau bilang, semoga lamaranmu di terima oleh Soojin dan semoga berjalan dengan lancar." Mirae memberikan senyuman terbaiknya demi menyembunyikan luka tersakitnya.

Mingi membalas senyuman itu dengan tulus, ia berjalan mendekati Mirae lalu memeluk gadis itu dengan erat.

"Terima kasih udah mau mendukung aku, dan menemani aku sampai sejauh ini."

Mirae mengangguk pelan, ia paham, bahwa cinta itu terlihat indah namun menyakitkan. Tanpa di sadari oleh Mingi, pelukan yang ia berikan memberikan peluang bagi Mirae untuk meneteskan air matanya. Tanda ia rela akan kehilangan Mingi. Orang yang selama ini ia cintai dan sayangi, hanya saja terkurung dalam zona pertemanan.

Gadis itu membalas pelukan Mingi. "Buat dia bahagia, jangan buat dia kecewa apalagi tersakiti berkat ulahmu. Janji kepadaku."

Mingi mengangguk pelan di dalam pelukan yang lama itu.

"Karena sekalinya tersakiti, sangat sulit untuk di sembuhkan."

Mirae melepas pelukannya, bisa dilihat mimik wajah Mingi memelas merasa tak rela ia melepaskan Mirae begitu cepat. Ia merasa belum siap untuk melepaskan keluarga kedua tercintanya.

"Terima kasih Mirae, untuk semuanya."

Mingi mengecup pucuk kepala Mirae yang dimana seperti terakhir kalinya Mingi memberikan kecupan tersebut. Namun kali ini berbeda, tidak hanya pucuk kepala, melainkan kecupan itu semakin turun dan mendarat tepat di kening Mirae.

Tidak biasanya Mingi seperti ini.

Tok tok tok

Sebuah ketukan pintu memecahkan waktu berdua mereka, keduanya langsung saling menjaga jarak dan saling menunduk terdiam.

"Aku, harus membuka pintu itu."

Mirae turun dari lantai atas dan berjalan menuju pintu utama.

Sementara itu Mingi masih terpaku di posisinya, ia menutup bibirnya dengan telapak tangannya dan memalingkan wajahnya.

Sial, hampir saja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔︎] 𝐒𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬[𝐎𝟐]-𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐋𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang