[1] I'll be there, behind you when you walk alone

307 22 3
                                    




Bianna.


Minggu pagi, biasanya gue masih gegoleran di kasur, setelah malam sebelumnya begadang entah itu buat nonton YouTube atau Netflix. Iya, gue menghabiskan malam minggu gue mendekam di apartemen, nonton dan ngegojekin makanan. Hang out sama temen sesekali, kalau ada yang bisa diajak pergi.

Biasanya gue baru lihat matahari ketika ia sudah ada di atas langit, ketika perut keroncongan dan memaksa diri gue untuk beranjak dari tempat tidur. Hari ini, sebuah mujizat gue bisa bangun jam lima pagi jalan dari kompleks apartemen ke stasiun MRT dan sampai di GBK.

Baru satu putaran mengelilingi stadium ini, gue udah berhenti dan menunduk sambil memegang lutut gue sebagai penopang tubuh. Gue duduk, berusaha menenangkan detak jantung gue yang terlalu kencang, sampai yang terdengar di telinga gue hanyalah suara itu, meredam suara-suara lainnya.

Damn, me and my low blood sugar.

Akhirnya gue membaringkan tubuh gue di atas aspal dan menutup wajah gue dengan tangan untuk menghalau sinar matahari. Masih menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya panjang, sampai akhirnya gue merasa dengung di telinga gue sudah mereda.

"Udahan, Bi?" tanya sebuah suara. Gue menatap si pemilik suara dari sela-sela jari.

Sean, salah satu temen gue di kampus, berdiri di samping gue. Badannya tertunduk sehingga kepalanya tepat berada di atas kepala gue.

"Istirahat bentar," kata gue.

Sean juga yang merupakan salah satu oknum yang berhasil buat gue akhirnya punya motivasi untuk lari pagi hari ini.

"Yeh, masa baru bentar udah istirahat," cibir Sean sambil duduk di sebelah gue.

Sebenernya Sean sendiri udah sering ngajak gue untuk car free day di minggu pagi. Gue selalu bilang enggak janji, karena gue orangnya mageran. Tapi beda dengan kemarin, gue yang ngide duluan karena entah apa yang merasuki, gue cuma merasa bener-bener nggak sehat setelah seharian gue habiskan untuk marathon Harry Potter dari yang pertama sampai terakhir (lagi), sambil makan Shilin dan minum Kopi Susu Keluarga (KSK)-nya FamilyMart.

"Udah lama nggak olahraga, nih." Gue pun ikut memposisikan badan untuk duduk di sebelahnya. "Lo sendiri ngapain berhenti?"

"Istirahat," jawab Sean.

"Udah berapa puteran?"

"Tiga."

"Katanya lo mau 7?"

"Ya habisnya lo tidur di jalanan kayak orang pingsan. Gue kira pingsan beneran," kata Sean ringan.

"Bilang aja capek kan, lo," canda gue.

"Malah dicibir." Sean memutar bola matanya. "Gue lanjut lagi ah," kata Sean sambil berdiri. "Entar ketemu di sini lagi, yah."

Gue mengangguk dan ia pun mulai berlari.

Walaupun nggak rutin, gue pernah ngikut Sean lari pagi di GBK beberapa kali di hari Minggu seperti hari ini. Sudah jadi kebiasaan buat kami lari sendiri-sendiri, karena gue lambat dan ga sekuat dia larinya. Jadi daripada gue menghambat, gue suruh dia lari duluan dan nanti janjian ketemu di depan gate yang kami tentukan.

Sean sudah melalui satu putaran, sedangkan gue masih selonjoran di pinggiran, mengamati orang-orang di sekitar sini. Mata gue pun tertuju pada tiga gadis remaja yang bergerombol tidak jauh di depan Indomaret sambil melihat temen gue yang satu itu. Satu gadis di tengah tersenyum, gerak-geriknya terlihat seperti ingin mengajak kenalan tapi ragu-ragu. Kedua temannya di samping berbisik, mungkin menyemangati atau memberikan 1000 alasan kenapa ia tidak boleh melewatkan kesempatan itu.

you, not anybody else (sungjin x iu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang