Karena ujian telah selesai kamu menghabiskan waktu semalaman untuk berpikir. Mungkin benar kata orang-orang. Mungkin benar kalian tidak cocok, kamu dan laki-laki itu.
"Kayanya kamu kepikiran sesuatu ya?"
Kini kalian sedang makan siang di kantin-kamu dan temanmu-,
"sebenernya kepikiran kata-kata kamu waktu itu," kamu berbalik melihat ke arah temanmu, "yang tentang kak Esa...."
Temanmu itu tertawa, "baru sadar kalo kamu butuh orang kayak kak Mahesa?"
Tidak menjawab, kamu hanya diam sambil memakan makan siang dengan tidak selera.
"It takes you three years, ya? I'm sure kamu sama kak Mahesa itu cocok satu sama lain. Kalian bisa saling ngebantu satu sama lain. Even without you realizing kalian tuh selama ini sering banget study date bareng hahaha, gak kalah lucu kok."
Ya, memang yang namanya 'lucu' itu tidak harus selalu seperti drama kan? Apapun bisa menjadi lucu ketika dilakukan bersama dengan orang yang kalian sayang.
Seolah tau sedang dibicarakan, tiba-tiba ponselmu berdering menandakan adanya satu pesan yang masuk.
Mahesa: Ujian udah selesai kan?
Mahesa: Main agak jauh yuk abis kamu pulang sekolah?☼☼☼
"Kamu butuh hadiah karena udah selesai ujian," katanya ketika kalian turun dari motor.
"Hadiahnya apa?"
"Hadiahnya bukan dari aku, tapi dari Tuhan."
Kamu menatapnya yang sedang tertawa kecil, "serem banget bahasanya?"
Kalian akhirnya memasuki café yang ternyata sebuah museum juga, letaknya jauh dari kota, jauh ke atas, udaranya jadi sedikit lebih dingin. Tempatnya sepi, juga merupakan konsep terbuka.
Mahesa memilih duduk di kursi bar yang mengarah ke kota, sehingga kalian dihadapkan oleh hamparan kota dan pemandangan senja, kebetulan musik yang dimainkan juga lagu kesukaan kalian. Sangat Mahesa.
"Hadiah senja paling indah dari sang pelukis semesta," katanya setelah kembali dari kasir untuk memesan minuman, melihatmu yang tampak begitu hanyut dalam pikiran ia akhirnya memutuskan untuk bertanya, "sekarang lagi mikirin apa?"
"Mikir... Kalo senja emang indah. Pantes kak Mahesa suka."
Senyummu sore itu nampak sendu, dan Mahesa selalu gagal untuk tidak menyadarinya, "selain senja, apa lagi yang indah?"
Mendengar itu kamu tertegun sejenak, " aku sama dia...
"Tapi dulu...."
Mahesa tak menjawab, kalian berdua sama-sama terdiam. Sunyi rasanya mengingat bahwa tak banyak pelanggan lain disana selain kalian berdua.
"Baru sadar mungkin emang kaya air dan api..." Katamu pelan.
"tak pernah senyawa...." Mahesa melanjutkan kalimatmu.
Lagu yang diputar sekarang sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana perasaanmu saat ini, lagu yang inspirasi kalimatmu senja ini. Lagu yang Mahesa berikan.
♪ Bagai langit dan bumi
Yang tak pernah sealam
Bagai hitam dan putih
Yang tak pernah sewarna ♪"Kenapa aku baru bisa sadarnya sekarang ya, kak. Kalau mungkin kita kaya hitam dan putih... Gak pernah satu warna... Kenapa aku maksa nyamain sesuatu yang gak sama...."
"Yang beda gak selamanya gak bisa bersama, kamu juga tau itu."
"Kak Esa tau kenapa aku gak pernah ragu buat cerita tentang dia sama kakak?"
"Kenapa?"
"Karena kak Esa gak pernah nyuruh aku buat berhenti sayang sama dia."
Kembali larut dalam keheningan, kalian berdua bercakap dengan memandangi pemandangan kota. Mahesa yang duduk disampingmu hanya tersenyum kecil.
"Aku kasih tau juga kamu gak akan nurut kan? Buat apa ngabisin waktu buat ngasih tau kamu yang gak mau dikasih tau. Pada akhirnya kamu bakal sadar sendiri, gak semua cerita akhirnya bahagia."
"Lagian, kita itu gak bisa berhenti sayang sama orang." lanjutnya.
Minuman kalian kini menemani percakapan yang masih berlanjut namun selalu diselingi keheningan.
"It took me three years, with a lot of heartbreaks and tears."
Kamu menundukkan kepalamu, berusaha menyibukkan diri dengan mengaduk minuman yang tidak perlu diaduk, mencoba menahan lagi air mata.
"Gak apa-apa," diusapnya kepalamu dengan pelan.
"I'm not just losing anyone, kak.... "
Mahesa mengangguk, "Aku juga tau kali seberapa pentingnya dia buat kamu."
"Sediiiih." Kamu merengek pelan kepadanya. Konyol memang, tapi begini caramu mengalihkan perhatian agar tidak benar-benar menangis.
"Pasti. Pasti sedih, dan gapapa kalo sedih. Kehilangan sesuatu yang kita sayang pasti sedih banget."
"Pengen nangis, tapi malu!" Kamu menengadahkan kepalamu sambil menutup wajah, mencoba menahan tangis.
"Haha, gak apa-apa... Aku tutupin kalo kamu nangis."
Kamu menghadap ke arah Mahesa dan menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian akhirnya tumpah juga.
Laki-laki itu ikut menghadap ke arahmu kemudian benar-benar meletakkan tangannya di samping wajahmu, menutupi wajah yang kini dijatuhi buliran air.
"Ngelepasin sesuatu emang bukan hal yang gampang, kamu hebat."
Alunan lagu dari speaker menemani kalian berdua sore ini, lagu kesukaan Mahesa, lagu kesukaanmu juga, tapi tidak untuk kali ini.
♪Belajar melepaskan dirinya
Walau setengahku bersamanya
Ku yakin kita kan terbiasa
Walah inti jiwa tak terima...tak terima. ♪
☼☼☼
MAAF AKU UPDATENYA GAK JELAS
Sekarang diusahakan jelas hehe.
Lihatlah betapa sederhananya cerita ini......
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Fanfiction"Suatu cerita mengenai akhir, tapi hanya akhir dari siang yang akan segera berganti malam" |☼| Mahesa × you Name by sklokal on Twitter. Senja ©2020 An original story by Ney.