☼ Kenapa enggak?

84 17 0
                                    

Kamu dan Mahesa kini baru saja sampai di sebuah restoran Udon setelah pergi dari toko buku. Untuk sore ini kalian ingin makan sesuatu yang sedikit 'berbeda' tidak hanya ke café seperti biasanya.

Setelah memesan makanan kalian segera duduk di bagian luar restoran tersebut, agar tetap bisa menikmati langit senja hari ini.

Melihat makananmu yang cukup banyak itu Mahesa tertawa, "siapa sangka anak kecil kaya kamu makannya banyak."

Kamu membalasnya dengan tatapan sinis, "jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya!"

Sore itu cerah, namun udara sedikit dingin itulah mengapa kalian berdua setuju untuk makan udon dengan kuah panas, tidak ada salahnya menghabiskan sedikit lebih banyak uang, toh kalian tidak melakukannya setiap minggu.

Mahesa tampak makan dengan begitu tenang seolah memang sudah sering berada di situasi seperti ini, tidak terlihat sedikitpun rasa tidak nyaman atau gugup karena makan hanya berdua dengan seorang perempuan.

"Kak Esa sering makan disini?" Tanyamu pada akhirnya.

"Hmm... Kadang-kadang, sama keluarga," katanya.

Kamu hanya berdeham, meskipun itu tidak menjawab pertanyaanmu. Kalian saling diam, kamu sibuk dengan memikirkan pertanyaan tak terjawab itu yg membawa kepada pertanyaan lainnya.

"Kak Esa gak pernah kesini sama pacar gitu? Atau mantan?"

Gerakan Mahesa terhenti tiba-tiba ketika kamu menanyakannya, ia kemudian menatapmu bingung, "kamu tau sendiri aku gak pernah pacaran?"

"Ya... Siapa tau kak Esa bohong...."

Mahesa menggelengkan kepalanya dengan senyum.

"Kak Esa kenapa gak pernah pacaran? Padahal pasti banyak yang mau kan?"

Mahesa menatapmu dulu sebelum menjawab, "males," dengan nada datar.

Jawabannya tentu saja membuatmu tidak percaya, tidak mungkin seorang seperti Mahesa tidak pernah punya pacar hanya karena 'malas.'

"Sebenernya bukan cuman sekedar males," lanjutnya, mengetahui kamu tidak percaya, "gak semua orang bisa memaknai sebuah hubungan."

Takut salah mengartikan kamu akhirnya bertanya, "maksudnya?"

"Kamu juga ngerti kalo semua orang mungkin memaknainya beda-beda, tapi sebelumnya aku gak pernah nemu orang yang memaknai sebuah hubungan sama kaya aku.

"Menurut aku suatu hubungan itu harus dijalanin dengan serius, aku gak suka ngabisin waktu cuman buat hubungan gak jelas dan terkesan main-main, berujung putus. Mungkin kedengeran kaya orang yang gak menikmati masa muda ya? Haha"

"Tapi aku juga mikirnya gitu?" jawabmu.

Mendengar itu Mahesa tertawa, "Ya makanya tadi aku bilang 'sebelumnya', sebelum ketemu kamu."

"Oh.... hehe" Kamu tertawa kecil, "kita pikirannya dianggap kolot banget kali ya kak?"

"Gapapa kolot, tapi kan gak sendiri," mendengar itu kamu hanya menggeleng, "Kamu? Kenapa gak pernah pacaran juga? Padahal kan bisa aja." lanjutnya bertanya padamu.

"Bisa tapi gak mau," jawabmu singkat, "takut. Takut sama cowo jaman sekarang."

Mahesa tidak dapat menahan tawa mendengarnya, "berarti aku cowo jaman purba??"

"Kecuali kak Esa," kamu melanjutkan mengunyah makanan setelah berhenti sejenak hanya untuk menjawab Mahesa.

Kalian melanjutkan makan sore itu dengan masing-masing sebuah senyum yang terulas di wajah.

Mungkin disini adalah salah satu saat ia tidak menyukai senja, namun akan selalu terasa seperti menikmati senja pada biasanya, yaitu ketika ia bersamamu.

Mahesa melihat kearahmu yang sedang asik mencoba tempura, ia kemudian tersenyum hangat. Pikirnya tak ada seorangpun setulus ini yang pantas disakiti sebegitu dalamnya.

Meskipun begitu ia tidak ingin memulai sesuatu dengan tergesa hingga pada akhirnya hanya akan membuat sebuah hubungan
n menjadi seperti senja yang indah, namun hanya sesaat, meskipun baginya selama apapun waktu yang ia habiskan bersamamu akan selalu terasa seperti senja, bermakna dan terlalu singkat.

Ia sendiri tidak tau apakah membiarkan semuanya seperti ini adalah keputusan yang tepat, tapi untuk kali ini biarkanlah ia menjadi malam yang dapat menemanimu dalam gelap, tak hanya senja yang menimbulkan kehilangan.

Biarkan ia menemanimu menyembuhkan luka, jangan menjadi yang menyematkannya. Karena senja tak melulu tentang keindahannya.

"𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒓𝒌𝒂𝒓𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂, 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒂𝒂𝒕.
𝑱𝒂𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂𝒂𝒏, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒖𝒍𝒖 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒏𝒋𝒂. "

- 𝙴𝙽𝙳 -

Haii!!

Maaf ya aku mikir lama banget buat bikin ending book ini... Karena sejujurnya ending awalnya gak begini.... Soalnya ya... Buku ini banyak memuat pendapat aku jadinya agak lama...

Tapi makasih ya udah baca sampe abis!!!! semoga kalian suka!!

Jadiii menurut kalian gimana buku yang kali ini!?

Bonus foto Mahesa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang