Saat pertama kali terbangun, aku berterima kasih karena yang pertama kali menyapa netraku adalah Jungkook. Dia tersenyum sembari menunjuk tangannya yang kujadikan sebagai bantal.“M-maaf.”
“It’s okay.” Dia menaruh kepalaku lagi di atas tangannya.
Aku menoleh saat mendengar suara hujan mengetuk-ngetuk atap, lalu kembali lagi menatap Jungkook yang masih setia memandangiku. Aku merona ketika menyadari tubuh atasnya yang terbuka, seketika sadar bahwa aku juga begitu.
“Jangan memerah, aku tidak tahan.”
Aku membungkus wajahku dengan dua tangan, tidak tahu harus semerah apa lagi jika terbayang yang kami lakukan semalam.“Lili..”
“Hmm?” Aku masih setia menutup wajah.
Jungkook memang pria yang nakal, sebab ketika aku selalu menjawab kata-katanya tanpa menurunkan tangan, dia justru menarik selimut hingga batas dada. Aku berteriak dan dia tertawa terbahak-bahak.
“Jungkook!!”
“Aku sudah melihatnya Lili, sudah menyentuhnya, menciumnya, merasakannya, me-”
“Stop!”
Jungkook mengatupkan bibir menahan tawa.
“Supaya adil, kau bisa melihatku juga sekarang.”
“Tidak.”
Aku menutup mataku erat.
“Baiklah, aku bercanda. Buka matamu, lihat aku dan jadikan aku satu-satunya objek yang paling lama berada di sana.”
“Kau sedang memenuhinya.”
Jungkook tersenyum lantas menciumku sesaat.
“I love you.”
🌷🌷
Aku baru saja selesai mandi saat Jungkook juga sudah selesai berpakaian. Dia terlihat terburu-buru sembari mengecek ponselnya beberapa kali.
“Ada sesuatu yang mendesak?”
“Ya, aku harus segera pergi.”
“Tidak ingin makan siang dulu?”
“I’m sorry but I have to go.”
“Baiklah, kabari aku saat di sana.”
“Ya sayang.”
Jungkook mendekat, mencium puncak kepalaku lalu segera melangkahkan kakinya pergi.
Aku segera berpakaian setelah pintu tertutup, memakai bedak tipis kemudian bergegas ke dapur, ada makanan yang harus dipanaskan.
Makanan itu aku panaskan hanya kurang lebih tiga menit, setelahnya aku segera menyantapnya tanpa nasi. Detik kemudian ada pesan dari Jungkook yang menyatakan bahwa dia sudah sampai di tujuan, menyuruhku makan dan dia akan berkunjung saat malam.Meski Jungkook tidak terlalu banyak membagi waktunya denganku, hatiku tetap membuncah padanya, tetap menyimpan namanya dan aku bergantung banyak padanya..
Saat makan siangku selesai ada telepon dari Joseph, dia ada di kafe terakhir kami bertemu dan tujuannya masih seperti itu, mengatakan sesuatu.Pada pukul satu, aku menemuinya. Joseph tidak berbeda, dia masih seperti Joseph yang aku kenal. Dingin tapi cerewet di waktu tertentu.
“Kau lama astaga.”
“Maaf, kau pasti tau kenapa perempuan lama kalau diajak bertemu.”
“Make up of course, tapi kau seperti tidak memakai apa-apa, hanya ada lipstick di bibirmu.”