AUTHOR POV.
"Lili, open the door!" Jungkook mengetuk kasar pintu apartemen. Dia datang berturut-turut saat Lili bahkan tidak ingin bertemu. Lili meringkuk di sofa, apa yang bisa ia harapkan dari pria yang sudah menikah? Caranya memperlakukan, cara Jungkook menjadikannya sesuatu yang baru hanyalah pelampiasan di saat wanita yang memilikinya mungkin tidak dapat memberi.Saat mendengar banyak orang terganggu dengan teriakan Jungkook, Lili akhirnya keluar, mendapati sepasang suami istri paruh baya tengah menatap Jungkook kesal.
"Ada apa?"
"Lili, jangan lakukan ini padaku."
Dan seharusnya yang mengatakan itu bukanlah Jungkook.
"Jangan menemuiku lagi Jungkook, semuanya sudah selesai. Apa yang kau inginkan?"
"Aku mencintaimu Lili, aku sangat mencintaimu."
"Aku akan membencimu selamanya jika kau masih berniat menemuiku!!"
"Lili, berikan aku kesempatan."
"Jungkook, kau memiliki istri dan kau menyentuhku di belakangnya, kau pikir apa yang kau lakukan? Kau membuatku menjadi penjahat, perusak hubungan orang lain."
"Lili.."
Lili menutup pintu dengan kencang.
"Lili!"
"Jangan pernah menemuiku lagi!!"
🌷🌷
Banyak hal yang Lili pikirkan saat ia telah berulang kali muntah di kamar mandi, seperti periodenya yang terlambat, pola makannya yang berubah dan semua hal yang berkaitan. Dan saat menemukan testpack memiliki dua garis, ia berdebar dengan cara yang salah. Dia hamil.
Hamil anak Jungkook.
Hamil dari pria yang sudah menikah.
Ia tidak memiliki harapan.
Lima hari mengetahui fakta itu, Lili mengurung dirinya, tidak bekerja dan tidak menampakkan diri. Terakhir kali keluar ia lakukan saat menyewa rumah baru berjendela besar, dari sana ia dapat melihat banyak anak-anak bermain setelah pulang sekolah. Anak-anak berusia tujuh tahun yang bergigi mungil saat tertawa.
Lili tersenyum saat melihat mereka bermain ayunan. Mungkin bayi dalam perutnya juga akan melakukan itu di sana, bersama mereka. Lalu bagaimana jika mereka tidak menerima, bila tahu dia tidak memiliki ayah, bila tahu ibunya adalah salah satu penjahat, bila tahu dia sebenarnya tidak diinginkan. Itu adalah fakta yang membuat Lili menjadi penyendiri, ia tidak mau orang menilainya dengan buruk, apalagi bayi dalam perutnya.
Lili memilih duduk di sana sambil merajut, baju ukuran kecil yang akan ia pakaikan saat bayinya telah lahir, rajutan itu sudah memakan banyak benang meski bentuknya belum terlalu sempurna. Lili selalu meyakinkan dirinya bahwa ia bisa menyelesaikannya. Demi bayinya.
"Eonni.." Anak-anak itu memanggil temannya, mengadu bahwa teman yang lain sedang bertengkar. Lili tertawa kecil saat melihat satu diantara mereka menangis dengan cara paling menggemaskan.
Duk Duk.
Pintu rumahnya diketuk, Lili meletakkan rajutannya, ia segera mengambil uang karena tahu harus membayar hasil deliverynya.
"Terimakasih Nona."
"Ya, sama-sama."
Lili masuk ke dalam, masih mengintip dari jendela besar dan kini menyantap pizza ukuran besar di mulutnya. Tapi melihat gadis kecil terjatuh dari ayunan, dia segera keluar dengan tergesa-gesa.