“Kau baik-baik saja?” Rahel bertanya dengan raut panik saat aku muntah di wastafel. Sudah pernah kukatakan bahwa aku tidak suka alpukat, tapi dia malah menaruhnya di atas makananku.“Maaf, aku lupa.”
“Tidak apa Rahel.”
“Kau tidak apa-apa kan?”
“Ya, aku memang selalu mual jika mencium aroma alpukat, beruntung itu belum diblender.”
Aku berusaha mencairkan suasana tapi Rahel masih setia dengan wajah bersalahnya.
“Aku tidak apa-apa Rahel, serius.”
“Lili, maafkan aku hikh..”
“Ya Tuhan..” Aku memeluk Rahel yang menangis.
“Aku janji akan menjauhkan yang berkaitan dengan alpukat, bahkan gambarnya saja.” Aku terkekeh mendengar penuturan Rahel.
Ponselku berbunyi, telepon dari Jungkook.
“Good night Lili”
“Good night Jungkook.”
“Apa kabar? Maaf tidak memberimu kabar selama dua hari.”
“Aku mengerti.”
“Aku sangat ingin menemuimu sekarang, jika aku memiliki sayap.”
“Setidaknya kita berkomunikasi sekarang.”
“Belum cukup untukku. Aku akan pulang dua hari lagi, sambut aku dengan sesuatu yang manis. Di apartemenmu.”
“Akan aku lakukan.”
“Bisa aku mendapatkan ciuman?”
“Lewat ponsel? How?”
“Just kiss..”
“Ada Rahel di sini.”
“Asataga, kau masih di restoran? Ini sudah jam 11.” Jungkook mendesah berat.
“Ya, tadi banyak pelanggan yang belum pulang.”
“Aku akan bicara pada Rahel, dia harus mengantarmu pulang dengan mobil.”
“I’m okay Jungkook.”
“Tidak, banyak bahaya di luar. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu. Kali ini saja, tolong dengarkan aku Lili.” Aku menghela napas.
“Berikan ponselnya pada Rahel.”
Aku menyodorkan ponselku pada Rahel yang tengah mengernyit bingung.“Me?” Aku mengangguk.
Aku tidak mendengar apa yang dikatakan Jungkook, tapi seolah punya sihir dari ucapannya, Rahel mengangguk dan menjawab iya beberapa kali. Sebelum akhirnya sambungan berakhir.
“Aku akan mengantarmu pulang,” ujarnya.
“Maaf merepotkanmu Rahel.”
“Aku selalu ingin mengantarmu kalau kau lupa.”
Rahel menarik tasnya, mengeluarkan kunci mobil lalu mengajakku keluar dari restoran setelah menutupnya.
🌷🌷
Seminggu tanpa Jungkook akhirnya kulalui, dan sesuai dengan yang ia katakan, ia segera menemuiku pertama kali sampai di Korea. Aku tengah mengenakan gaun berwarna aqua blue yang manis saat ia sampai, dia memelukku dengan erat, lalu memberi pagutan yang cukup lama.
“Ini sambutan termanis selama hidupku Lili. Kau dan ciumanmu, itu bagian terbaik.”
“How about my dress?”