Four
“Sendu tolong berkas dari Pak Biru di ambil ya”
“Sendu tolong berkas yang di meja aku kasih ke Pak Biru ya”
“Sendu di suruh Pak Biru buat kopiin laporan bulan lalu tuh di mejanya”
“Sendu, Pak Biru minta kopi tolong di buatin ya”
“Sendu…”
“Sendu itu kata Pak Biru..”
“Sendu, Pak Biru minta…”
Sendu mendengus kasar, menutup matanya dan mengurut pelipisnya yang sejak tadi berdenyut dengan keras. Sendu lelah namanya terus di sebut-sebut di sepanjang kubikel miliknya.
Entah mengapa rasanya hari ini semua pekerjaannya serasa bertambah dengan pekerjaan seorang sekertaris. Dulu ketika ia menggantikkan Mbak Novi pun tidak se-hectic sekarang.
“Mbak Novi, sibuk?” Tanya Sendu kini sudah berada di depan meja seniornya itu, mencari sebuah alasan untuk pekerjaanya yang semakin menupuk di mejanya.
“Oh Sendu, baru aja aku mau manggil kamu, itu..”
“Mbak..” potong Sendu dengan senyum yang dicoba ditarik dari sudut bibirnya sebisa mungkin.
“Maaf jika aku lancang memotong, hanya saja tugas ku tak kunjung selesai…” Novi hanya menatap Sendu dengan tatapan bodohnya, sementara Sendu sedikit meneguk ludahnya karena dia merasa akan sedikit lancang untuk menolak tugas lainnya dari Mbak Novi.
“karena Mbak Novi selalu memberi tugas yang lain dari ranah kerja ku”
“maksud kamu?” Tanya Novi yang membuat Sendu mencoba menarik nafasnya dengan pelan
“Tugas yang menyangkut dengan Pak Biru, Mbak”
“Sebenarnya aku juga sudah bilang kepada Pak Biru untuk aku yang mengerjakannya, tapi Pak Biru yang memaksa aku untuk memberikan job tambahan untuk kamu, aku tak bisa menolak Sendu”, Sendu kini membuang nafasnya kasar.
"Novi, tolong suruh Sendu untuk membeli makan siang untuk saya, beli saja di kantin perusahaan. Gudeg, nasi anget dua sama ayam. Langsung bawa keruangan saya."
Suara Intercom pun berhenti. “Kamu dengar sendiri kan” ucap Novi yang kini berdiri dari duduknya mengambil beberapa berkas untuk di copy nya
Sendu yang mendengar langsung perintah itu pun hanya bisa menarik turunkan nafasnya agar tak terlalu terbawa emosi karena lelah dan pening di kepalanya kini sudah di puncak ubun-ubunnya.
“yasudah Mbak, aku kekantin perusahaan dulu”, Novi tersenyum, “yang sabar ya Sendu”.
Sendu tersenyum dan melangkah meninggalkan Novi dengan lunglai.
***
“Permisi Pak”
“oh Sendu, masuk aja” ucap Xabiru dengan mata masih menatap layar computer.
“saya simpan makanannya disini ya Pak” balas Sendu sambil menyimpan bekal makan siang seorang Xabiru di meja para tamu. “iya, sebentar” balas Xabiru.
“kalau begitu saya balik ya Pak” ucap Sendu yang kini akan berbalik menuju pintu ruangan bos nya itu.
“Loh, ko balik. Temenin saya makan”, Sendu yang kini di ambang pintu hanya menatap Bosnya tidak percaya. Dia kembali tersenyum, dan mencoba menutup pintu itu dengan pelan.
“maaf pak, tapi saya banyak kerjaan sekarang, saya tidak bisa menumpuknya lebih lama lagi.” Jawab jujurnya.
“ini jam makan siang Sendu, semua orang tengah makan siang, masa kamu kerja. Sini temenin saya makan”.
Sendu yang kini kembali tersenyum hanya bisa menuruti kemauan bos nya yang kini sudah mulai duduk dan membuka bekal makan siangnya, Sendu berjalan mendekati sang bos , berdiri dan menunggu bosnya untuk segera makan.
“Duduk Sendu, duduk di seberang saya”
Sendu akhirnya duduk menatap seorang Xabiru di hadapannya yang tengah membuka nasi.“kamu sudah makan?” Tanya Xabiru tiba-tiba,
Sendu tersenyum dalam duduk nya, “saya nanti pak, saya harus bereskan pekerjaan saya dulu”
Sebelum masuk kedalam ruangan Xabiru, Sendu sudah bertekad di dalam hatinya untuk mengerjakan tugas-tugasnya secepat mungkin agar tak ada lagi yang namanya lembur, apalagi lembur karena pekerjaan dari Xabiru, tidak, Sendu sudah bukan lagi sekertaris seorang Xabiru.
“ini untuk kamu, kita makan sama-sama” Xabiru menyimpan Nasi dan ayam di hadapan Sendu. Sendu yang di beri pun hanya melongo, “Pak maaf, tapi ini..”
“Ayo makan, jam makan siang segera berakhir, katanya kamu mau beresin kerjaan kamu, ayo makan dulu.”
Sendu melihat Xabiru kini tengah memakan Gudeg nya dengan tenang. Ya memang tak bisa di pungkiri kini dia juga sudah lapar. Di tatapnya ayam goreng dan nasi hangat yang sudah setengah terbuka itu di hadapannya.
“Ayo di makan, waktu kita makan tinggal 15 menit lagi loh” ucap Xabiru dengan mulut yang penuh, Sendu tak bisa menahan senyum ketika melihat Xabiru yang dengan rakusnya memasukkan makan itu kemulutnya.
“terimakasih Pak” Sendu mulai memakan makanannya. Anggap saja bayaran mengerjakan semua kerjaan Xabiru hari ini.
***
Setelah sesi makan siang bersama itu berakhir, Sendu membersihkan bekas makanan keduanya. Di tatanya kembali meja itu agar tampak seperti semula.
“Pak, saya permisi” ucap Sendu ketika tengah berhadapan dengan Xabiru di mejanya.
“oh iya, makasih sudah menemani saya makan siang” Sendu hanya mengangguk dan tersenyum manis ke arah Xabiru.
“dan untuk bayaran makan siang kamu kali ini, jam 7 kamu tunggu saya di lobi, kita pulang bersama.”
Sendu mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mencerna setiap ucapan dari atasannya tersebut. Bayaran makan siang ? pulang bersama? Oh Tuhan Sendu baru saja mengerti, dia di jebak bos nya sendiri. Lagi.
“Tapi Pak..”
“Jam 7 tunggu saya, oke”, Xabiru dengan entengnya memotong ucapan Sendu lalu berlalu ke arah kamar mandi ruangannya.
Sendu hanya melongo menatap tak percaya akan ucapan Xabiru tadi. Pulang bersama. Dengan Xabiru. Lagi.
***
Lanjut / Jangan ???

KAMU SEDANG MEMBACA
SENDU
RandomSendu hanyalah seorang pekerja kantoran biasa sekaligus sekertaris dadakan bagi seorang Xabiru Ananditia. Namun ketika tugas sebagai sekertaris dadakan itu telah usai, Xabiru merasa tak betah berlama-lama tidak melihat Sendu di sisinya. Berbeda hal...