5

41 5 0
                                    

Five

Xabiru dan Sendu kini sudah berada di sebuah perkomplekan rumah yang Xabiru sudah hafal betul seluk beluknya. Untuk kedua kalinya dia mengantar sosok Sendu yang kini tengah melepaskan seatbelt nya dan tersenyum kearahnya.

Senyum itu entah mengapa selalu indah, sesekali bahkan selalu datang ke mimpinya seorang Xabiru Ananditia. Seolah menjadi obat penawar tersendiri kala lelah dengan semua rutinitas pekerjaannya yang semakin hari semakin menumpuk dan bahkan tak terkendali hingga membuatnya serasa mau gila.

Xabiru masih ingat pertama kali bertemu dengan Sendu, dua bulan yang lalu. Kala Novi sekertaris kantor nya mendadak cuti ketika perusahaan dalam keadaan genting. Rupiah mendadak naik hingga ke angka 14.000,00 , semua bahan baku pun sontak ikut melambung. Dalam kekalutan itu, tanpa pikir panjang ia mengambil acak satu bawahan Novi untuk dijadikannya sekertaris dadakan. Dan saat itulah ia bertemu dengan Sendu.

Sendu sosok yang perfectionis, rapih dan pekerja keras. Dalam kekalutan yang menimpa Xabiru, Sendu mampu membuat bosnya itu untuk tetap tenang dan berpikiran dingin dalam menghadapi segala macam permasalahan, menuntun ia menjadi sosok atasan yang tegas namun dapat di andalkan. Sendu tak mengecewakan baginya meskipun dia hanya sosok sekertaris pengganti, dia bekerja dalam tekanan yang Xabiru buat namun selalu saja dibalas dengan senyuman yang menenangkan, meskipun ia tahu ada rasa kesal di dalamnya.

Xabiru terkadang tertawa sendiri kala melihat senyuman penuh dengan kekesalan yang Sendu perlihatkan untuknya itu. Ya sedikitnya dalam kekalutan itu Sendu menghiburnya dan mengajaknya untuk tenang dalam situasi apapun.

Hingga akhirnya Xabiru sepenuhnya bergantung dengan Sendu, bergantung dalam artian ia ingin Sendu terus berada di sisinya, menenangkannya, membuatnya percaya diri akan semua pekerjaanya. Namun ketika semua sudah terkendali, dan Novi sudah kembali kini Sendu yang harus pergi.

Karena merasa ia tak mampu jika tanpa Sendu di sampingnya, akhirnya Xabiru membuat cara licik beberapa hari ini agar Sendu terus berada di dekatnya. Ya memang terasa seperti bukan sosok Xabiru yang professional, namun bagaimana lagi, Xabiru butuh Sendu di sampingnya.

“Pak Biru !” teriak Sendu disampingnya membangunkan sosok Xabiru yang kini menatap Sendu dengan mata yang sedikit terbuka menahan kaget.

“Bapak melamun ?” Tanya Sendu, matanya mengerjap beberapa kali. Xabiru tak menjawab pertanyaan itu, dia hanya bisa menatap mata bulat Sendu yang kini dekat sekali dengannya.

“kita sudah sampai Pak, terimakasih sudah mengantar saya pulang” ucapnya sembari tersenyum.

Sendu keluar dari mobil dan menutup pintu mobil itu sedikit keras, lalu menurunkan badannya sedikit untuk sekedar mengucapkan terimakasih untuk kali terakhir, namun yang di lihat jok dibelakang stir itu sudah kosong. Sendu menegakkan lagi badannya  melihat sosok Xabiru yang kini keluar dari mobil dan berdiri dengan tegap di seberang, Xabiru tersenyum kearahnya. Sendu yang melihat itu mengernyit. “Bapak sedang apa ?”

“Boleh saya mampir ”

Sendu melongo, “bagaimana Pak ?”

“Ayo kita masuk” ucap Xabiru lalu berjalan ke arah rumah Sendu tanpa menunggu persetujuan sang pemilik rumah. Sendu yang melihat itu hanya bisa berjalan dengan cepat, melihat boss nya itu kini tengah tepat berada di depan rumahnya yang sangat minimalis. Dengan nuansa crem dan putih yang mendominasi dengan banyak tanaman di samping kiri dan kanannya.

“apa sandi rumah mu?” Tanya Xabiru bersiap memijit tombol-tombol rumahnya.

“Biar saya sendiri pak” ucap Sendu, lalu menyered Xabiru agar menjauh dari tombol rumahnya.

Xabiru hanya tersenyum senang, dan Sendu hanya merutuki dirinya karena menerima ajakan makan siang bersama siang tadi.

***

“di minum pak” ucap Sendu sembari menyuguhkan dua gelas kopi dalgona dan sepotong kue rasa vanilla di hadapan Xabiru yang kini duduk dengan tenang di sofa warna abu dengan bantal-bantal berwarna putih yang mengahadap satu tv flat yang tak menyala.

“Terimakasih Sendu” Ucap Xabiru sembari menyesap kopi miliknya. Sendu hanya tersenyum tak berniat membalas ucapan Xabiru tadi, lalu menegak kopi nya sendiri.

“kamu tinggal sendiri ?” ucap Xabiru memecah keheningan lalu mengambil sesendok kue untuk di masukkan kedalam mulutnya. Rasanya tak terlalu manis, namun wangi vanilla nya begitu memabukkan hingga Xabiru kembali menyendok kue itu lagi dan lagi.

“Saya suka sendiri Pak”

Pernyataan Sendu seketika membuat Xabiru menatapnya dengan penuh tanya.

“Kenapa?”

“Saya hanya merasa bahwa sendiri itu lebih baik, saya bisa melakukan semua yang saya ingin lakukan tanpa harus ada campur tangan orang lain”

Xabiru dan Sendu kembali menyesap kopi milik masing-masing dengan diam.

“ya, sendiri memang lebih menenangkan” ucap Xabiru yang mendapat sebuah senyuman dan anggukan dari Sendu. Sendu berharap sosok yang di hadapannya kini untuk mengerti akan kode ucapannya.

“Tapi, apa kamu gak kesepian ?” tanya Xabiru lagi. Sendu menyimpan mug berisi kopi dalgona miliknya. Dia menghembuskan nafas nya pelan tanpa menghilangkan senyum di bibirnya, bos nya ini tak mengerti ucapannya barusan ternyata.

“saya saja merasa kesepian, yang menghibur saya paling tumpukkan laporan yang kamu berikan kepada saya”

“Memang bapak tak ada keluarga yang bisa bapak kunjungi untuk menghibur diri bapak sendiri seperti sekarang?” tanya Sendu sembari menaikkan sebelah alisnya, berharap sang bosnya ini untuk segera mengerti arah ucapannya.

“Ahh, menurut mu keluarga adalah sebuah hiburan ?”

“Apa?” Sendu tersenyum kikuk mendengar pertanyaan yang kini berbalik ke arahnya.

“Iya, menurut ku, keluargalah tempat terakhir untuk mencari penghiburan ketika kita merasa lelah.” Ucap Sendu

“Seperti saat ini, bapak terlihat sangat lelah, alangkah lebih baik bapak datang ke keluarga bapak” Sendu berharap bosnya ini untuk mengerti setelah kode pengusiran itu semakin jelas dalam ucapannya.

Xabiru mengangguk-nganggukkan kepalanya, kue vanilla nya kini suah habis dan kopi dalgona nya pun sudah tinggal setengah.

“Aku merasa seperti di rumah sekarang” Xabiru mengangkat kedua tangannya, meregangkan setiap otot-otot tangannya terlihat lelah.

“Bolehkah aku minta satu potong kue lagi” ucap Xabiru. Senyum nya kali ini terlihat menakutkn di mata Sendu, bahkan kini dia berani mengambil remot tv dan menyalakannya. Sendu hanya tersenyum kikuk, dan berlalu ke dapur. Semua ucapan dan kode pengusirannya tak membuahkan hasil.

***

SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang