Bagian 7

1K 50 1
                                    

Keesokan harinya, UGD sedang penuh dengan para pasien. Tania disitu menangani seorang pasien yang sedang kesakitan. Tania sedang memeriksanya, si pasien langsung meminta obat penghilang nyeri.

Tania menolak dan meminta pasien menunggu sebentar untuk diperiksa terlebih dahulu. Tapi, karena si pasien terus mengerang kesakitan, Tania pun langsung meminta obat penghilang nyeri.

Joana yang melihatnya langsung mencegah dan bilang bahwa pasien ketergantungan obat, seberapa pun sakitnya pasien harus diperiksa dulu sakitnya karena apa.

Tania mengamati rekam medis pasien dan melihat bahwa pasien benar-benar ketergantungan obat. Tania pun memuji ketepatan Joana tapi Joana bilang bahwa itu bukan hal sulit.

Kemudian tiba-tiba segerombolan pria berwajah dangat datang dan bertanya apakah ada dokter. Tania, Joana dan Fahmi saling berpandangan. Fahmi yang di suruh maju oleh Joana langsung balik membentak sekawan sangar itu.

Semua terdiam. Fahmi menghampiri kawanan itu dengan tampang sangar, tapi ketika tepat di hadapan mereka, Fahmi langsung keok. Fahmi bahkan dengan sopan mempersilahkan kawanan itu untuk ke ruangan periksa.

Kemudian hasil check up pasien Tania yang kesakitan tadi pun sudah ada. Setelah melihat hasil rontgen, ternyata dinding perut pasien berlubang. Tania langsung meminta tolong pada Joana untuk menyiapkan ruang operasi.

Sementara dia berlari menuju pasiennya. Tapi ternyata pasiennya telah pergi dan Tania pun mengejarnya sampai keluar rumah sakit namun si pasien tidak ada.

Di tempat lain, di sebuah coridor rumah sakit berpapasan antara kelompok bedah umum dan bedah jantung dan kemudian saling menyapa.

"Hmmm bagaiman kabar obat anti hipertensi dari ahli bedah jantung??", Tanya Prof. Gunawan.

"Sangat memuaskan…", jawab Prof. Teguh dengan bangga.

Saat itu, dr. Rafa yang berada di kelompok ahli bedah umum malah memandangi dr. Bara sambil membayangkan ucapan dr. Manda bahwa ayah Radit adalah orang yang ia kenal.

Tania mendapat panggilan darurat. Ternyata seorang pasien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya. Pasien itu mengenali Tania yang kemudian membuat Tania ingat bahwa ini adalah pasien yang mendapat obat uji antihipertensi dari dr. Bara cs.

dr. Rafa memeriksa pasien tersebut lalu mendiagnosa bahwa pasien dalam kondisi usus membusuk karena pembuluh arteri bagian penghubung antar usus tersumbat dan harus segera di operasi.

Di ruang sterilisasi sebelum operasi, dr. Rafa bertanya pada dr. Raka dan Tania mengenai penyebab pasien terkena seperti itu. Dan rupanya pasien merupakan salah satu pengguna obat baru dr. Bara cs yang di resepkan oleh Tania.

Setelah operasi pasien yang berakhir tanpa kendala berarti, dr. Rafa menanyakan kondisi Tania yang kemarin pingsan.

"Kamu baik-baik saja kan dokter Tania??", Tanya dr. Rafa.

"Hmm baik ko dok… hmm mungkin karena capek.. nyari tau kesan kemari.. buku sana buku sini.  Jurnak ini jurnal itu . Bulak balik perpus.. jaga pasien.. gada yang bisa di ajak konsultasi..", ucap Tania.

"Maaf ya dok.. gak bisa bantu kamu .. hmmm kamu itu harus jaga kesehatan… minum vitamin.. hmm apalagi berat badan dokter ringaan banget.. haduuuhh", ucap dr. Rafa.

Tania hanya terdiam. Dan tiba-tiba ada panggilan darurat untuk Tania, dr. Bara, Joana, Fahmi dan dr. Raka. Ketika Joana berlari ke kamar pasien namun mendadak berhenti di depan pintu kamar begitu mendengar suara seseorang di kamar itu.

Joana mengenali orang tersebut lalu mundur perlahan. Joana sepertinya takut dengan orang itu. Dia pun pergi dari kamar itu karena di dalam kamar sudah ada dokter yang lainnya.

Dokter Tania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang