3. The Cold Boy

2.6K 362 25
                                    

Gaes, aku salah menyebutkan usia Naruto di bab 2, kalian bisa cek lagi, soalnya sudah aku ganti ya jadi 19. Dia baru berusia 20 tahun saat kelas 3 nanti. Sori, khilaf :)

□■□■□■□■□

Ketika semua orang sudah turun dari kapal. Hanya Hinata yang tertinggal di kapal itu bersama pemuda yang ditemuinya tadi malam. Dan pemuda itu berkata padanya, kalau dia akan mengajari Hinata bagaimana  cara mengatur tubuh saat ada di dalam air ketika kaki tak menginjak dasar.

Setidaknya memang Hinata tahu, kalau manusia bisa mengambang di atas air, saat mereka memiliki caranya. Sementara Hinata tidak tahu cara sederhana itu.

Namun sebaliknya menurut Hinata, ketika dia terjatuh ke dalam air tak berdasar, jelas akalnya menjadi kacau bukan main. Seseorang yang mudah terserang panik seperti dirinya. Akan cepat mati. Dan Naruto tidak berharap hal itu terjadi pada Hinata.

Sementara itu tentang belajar berenang. 

Ayah dan ibu mungkin tidak akan tahu niatnya kembali berhubungan dengan danau, laut, apalagi perbandingan terendah adalah kolam renang. 

Karena yang sebenarnya dikhawatirkan oleh Hinata, selama kursus dan melibatkan air ke dalam kehidupannya, malah menjadi tidak sesuai yang dia harapkan—secara kasar dapat diartikan mungkin saja dia bakal mati selama proses pembelajaran—ah, itulah yang menjadi dasar kekhawatirannya.

Namun masalahnya, yah, masalahnya, alasan di balik dia tidak bisa menolak mentah-mentah kursus cuma-cuma yang melibatkan nyawanya itu adalah Naruto Uzumaki. 

Si pemuda tampan dan muram, kombinasi tatapan dingin yang membuat tubuh Hinata bergetar ketika lelaki itu melingkarkan tangannya ke tubuh Hinata. 

Sesuatu yang tak pernah Hinata dapatkan dari mantan pacarnya. Tangan besar lelaki itu. Wajah lelaki itu. Naluri sebagai seorang remaja perempuan pada umumnya meronta untuk digauli. 

Oh itu sangat kasar. Hinata seharusnya tidak berpikir kotor seperti itu, tapi dia suka memikirkannya. Laki-laki itu menariknya, mendorongnya ke pojok dan mencium penuh gairah dan damba. Mereka hampir hilang akal, sebaliknya semua hal-hal kotor itu terjadi sebelum dia dapat menuruni anak tangga agar bisa keluar dari kapal pesiar besar yang membuat jantungnya berdenyut.

Yah, dia bukan murahan. Tapi jelas semua perempuan akan berpikir demikian jika dihadapkan pada lelaki setampan dan seeksotis Naruto Uzumaki. Seukuran Hinata pun, kalau dia tidak mengatur dirinya sendiri. Ia akan rela-rela saja semalaman tidur di samping lelaki itu tanpa busana.

Hinata mendorong tubuh Naruto menjauh. "Aku harus pulang. Dan, kukira semua orang sudah tidak ada di kapal."

"Tidak semua orang," sanggah Naruto. "Masih ada kapten, kru, aku, dan juga kau." Hinata mengalihkan tatapannya. Suara burung camar tak membuatnya tenang. Bahkan debur ombak yang harusnya menenangkan pikirannya malah makin membuatnya kacau. Selain itu angin yang memporak-porandakan tatanan rambutnya.

Oh, sialan, di dalam dirinya sendiri, Hinata tidak mau mengabaikan wajah manis Naruto yang mendamba.

Dan ketika Hinata kembali menatap Naruto Uzumaki yang seolah menelanjangi tubuhnya. Napas Hinata tercekat. "Kapan kita bisa mulai kursus seperti yang kau inginkan?"

"Kurasa—" Hinata mengatur dirinya untuk tetap tenang. Naruto mungkin tahu kalau dirinya sangat gugup sekarang. "Kurasa aku perlu memikirkannya lagi."

"Memikirkan ulang?" 

"Ya, memikirkan ulang. Aku akan menghubungimu nanti."

Naruto bergerak untuk menjauh. Gadis itu jelas menjaga jarak atau memang marah karena telah mendorong tubuhnya ke kolam. 

Growing Wave ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang