6. Playful Beginning

2.3K 310 9
                                    

□■□■□■□■□

Ulang tahun Hinata telah terlewat begitu saja karena gadis itu sudah memiliki rencana bersama keluarganya untuk terbang ke luar negeri setiap tahunnya.

Keluarga Hyuuga memiliki setidaknya kebiasaan rutin untuk merayakan Natal dan tahun baru bersama teman-teman mereka yang kebanyakan dianggap oleh mereka sebagai saudara jauh.

Seharusnya di ulang tahun gadis itu, Naruto sebagai pacarnya memberikan setidaknya kejutan, tetapi yang terjadi, ia kini hanya duduk-duduk di depan minimarket sambil menatap jalanan. Menunggu teman-temannya di malam tahun baru dapat mengundangnya untuk pergi bersama. Sialnya, semua teman-temannya itu malah memiliki acara masing-masing.

Gaara yang berlibur ke Milan bersama dua kakaknya. Sasuke tentu saja bersama Sakura pergi ke suatu tempat untuk berlibur juga. Cuma dirinya yang malah terlihat seperti tidak punya keluarga, pula tidak punya pacar. Si pemuda jomlo yang sangat malang.

Bertepatan akan pergi dari minimarket. Teleponnya berdering nyaring di tengah keramaian yang dipenuhi oleh pasangan bergandengan. Darahnya mendidih, sebagai manusia biasa, Naruto tentu saja memiliki segudang alasan untuk merasa iri pada sekitarnya.

Ketika panggilan tersebut memperlihatkan nama Hinata. Naru mengangkat panggilan itu secara buru-buru. Dia tentu saja tidak mau dianggap jika baru saja mengabaikan panggilan dari pacarnya. Mungkin saja panggilan itu sangat penting. Hinata mungkin saja merindukannya, sama seperti dirinya sekarang. Merana karena tidak melihat gadis itu beberapa hari belakangan.

"Sedang apa?" tanyanya lebih dulu. Ia ingin tahu apa yang dilakukan oleh Hinata. Pasti gadis itu sedang bersenang-senang di sana. "Apa?" pemuda itu berhenti melangkah begitu pacarnya telah mengumumkan sesuatu yang jelas-jelas tak dipikirkan olehnya sebelum ini. "Kau ada di bandara? Sekarang?"

"Kabar baik. Ibu mengizinkan aku pulang agar bisa bertahun baru bersamamu. Kenapa kau terkejut? Apa ada acara?"

"Sial, aku tidak menyiapkan hadiah untukmu," Naruto menatap pantulan dirinya dari kaca toko. Ia amat sedih ketika tak satu pun dapat dia temukan di dalam kepalanya, hadiah sejenis apa yang pantas diberikannya pada Hinata. Paling tidak, apa yang disukai oleh gadis itu. 

Di tempatnya berdiri. Naru mengatur napasnya. "Kau ingin apa? Katakan saja padaku, aku akan belikan untukmu apa pun itu. Apa kau mau aromaterapi? Mau aku traktir makan malam saja? Setidaknya aku tahu restoran bistik yang sangat enak."

"Tidak perlu. Di perjalanan tadi aku sudah makan. Bagaimana kalau kita bertemu saja?" 

"Bertemu? Tentu saja. Aku akan jemput di bandara."

"Aduh, tidak perlu. Aku bisa menuju ke tempatmu sekarang. Sungguh aku menyesal tidak menghubungimu dulu tadi sebelum perjalanan menuju Jepang." Naru tidak membalas. Dia berjalan ke tengah trotoar. Menyeleksi deretan toko di sekitarnya. Selain makanan, tidak ada yang menarik di sana untuk ia jadikan hadiah ulang tahun yang bakal diberikannya pada Hinata. "Naruto. Kau masih ada di sana, 'kan? Apa kau ada acara?"

"Aku sedang tidak ada acara. Tapi aku sangat menyesal tidak menyiapkan hadiah untukmu. Aku bawakan makanan saja ya? Aku akan belikan scone kesukaanmu, bagaimana?"

"Baiklah. Karena kurasa, kalau aku tidak buru-buru menyetujui itu, kau bakal merasa bersalah sepanjang hidupmu." Hinata tertawa, dibarengi Naruto masuk ke dalam toko roti untuk memborong setidaknya scone yang tersisa. "Kita bertemu di rumahku saja."

"Di rumahmu? Oke, tunggu aku di sana."

□■□■□■□■□

Naruto menarik napas setelah dia melirik arloji. Ia menghitung mundur waktu pergantian tahun. Setidaknya masih ada dua jam lagi. Dan sekarang dia bertemu Hinata. Padahal, dia sudah berencana akan pulang ke rumah. Tidur di atas kasur lebih enak ketimbang menikmati malam tahun baru sendirian. 

Growing Wave ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang