Bab 2 : Susu Kotak

12.9K 1.4K 41
                                    

Untuk jam pertama ternyata angkatanku semuanya disuruh berkumpul di aula sekolah. Kamipun berbondong menuju aula sekolah yang cukup luas itu. Biasanya aula ini di gunakan ketika acara perpisahan untuk kelas akhir dan acara-acara lainnya.

Karena semua angkatanku berkumpul dan berbaur tidak harus dengan teman kelasnya buktinya abangku sudah menghampiriku di ikuti temannya Pandu.

Aku lihat Gavyn juga berdiri di antara kerumunan bersama dengan teman dekatnya Daniel dan Radit. Sebenarnya ini bisa di bilang acara rutinitas awal tahun bagi kelas akhir.

Bapak kepala sekolah hanya memberikan sambutan dan pidota panjangnya yang menyuruh kelas kami untuk lebih giat lagi belajar dan mengurangi tingkat kenakalan kami. Bapak kepala sekolah juga menyebut secara langsung anak yang sering masuk ruang BK agar berhenti masuk ruang BK dan tentunya memuji anak-anak yang berprestasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Kalau anak biasa seperti diriku tidak akan di sebut. Kamu akan di kenang oleh guru dengan dua cara. Satu karena kamu anak yang pintar. Dan yang kedua karena kamu anak yang sering keluar masuk BK. Tinggal pilih mau yang mana.

Setelah acara penyambutan kelas akhir tersebut kamipun bubar dan boleh beristirahat. Karena acara hampir sejaman lebih.

"Pak kepsek yaa sering bilang hanya ini yang bisa saya sampaikan. Padahal pidatonya lebih dari 30 menit." Gerutu Tasya yang tentunya mendapat senyuman dariku dan yang lainnya.

Aku lihat Daniel menghampiri kerumunan kami tentu saja dia mau menghampiri Tasya.

"Tasya?" Panggilnya. Tasya menoleh dan tersenyum.

"Ke kantin yuk." Ajaknya.

Tasya melihat di belakang Daniel ada Raya di sana. "Sama Raya?" Tanya Tasya. Daniel hanya mengangguk.

"Kita juga mau kantin." Kata abangku. Yang di setujui oleh semuanya. "Barengan ajah." Kata abangku lagi.

"Tapi abang, kita bawa bekal." Sanggahku.

"Iya kita makan bareng di kantin, biar abang yang ambil bekalnya kamu." Ucap abangku yang mengerti pikiranku.

"Ok." Ucap Daniel tidak masalah dan menarik tangan Tasya. Mereka berjalan lebih dulu.

Setibanya di kantin kami yang terdiri dari 10 orang datang ke kantin dan duduk di meja yang memang cukup panjang.

"Eh, ngapain Lo mau duduk di situ?" Tanya Arkan pada Pandu yang mau duduk di sampingku. Membuat Pandu mengurungkan niatnya.

"Itu tempat Andah. Lo duduk di samping gue." Ucap abangku sambil menepuk kuris kosong di sampingnya.

"Yailah Arkan, masalah perkara duduk doang lo masalahin." Protes Pandu tapi nyatanya dia menuruti perkataan Arkan. Aku hanya tersenyum melihat tingkah Pandu. Pandu sebenarnya anak yang manis tubuhnya kurus tapi kurusnya pas dan warna kulitnya yang berwarna sawo mateng.

Seketika aku menoleh pada Gavyn dan ternyata pandangan mata kami bertemu. Wajah datarnya tidak membuat wajah tampannya berkurang. Bahkan itu semakin membuat dirinya semakin dingin dan terlihat keren.

Apa dia memperhatikanku sejak tadi? Aku berdehem dan menunduk. Menepis pikiranku mana mungkin Gavyn memperhatikanku. Aku mendongak sekali lagi memastikan apa pikiranku benar dan ternyata Gavyn masih menatapku. Ah... kenapa aku jadi gugup gini sih.

Aku mencoba mengalihkan pandanganku pada Diandra. Dia duduk di sebelah Gavyn. Diandra dengan cueknya duduk dengan tenang tidak peduli kalau dia sedang di apit oleh Pandu dan Gavyn. Di sebelah Gavyn ada Raya lalu Radit, Daniel, Tasya, Andah dan aku.

Setelah semua pesanan kami datang. Kamipun makan aku membuka kotak bekal yang aku bawa begitu juga dengan abangku. Bunda membawakan kami bekal yang sama hanya dua potong roti berbentuk segitiga. Bedanya susu kotakku rasa coklat dan abangku rasa vanila.

Assalamualaikum Poker Face (TAMAT, LENGKAP) (Sekuel Nada)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang