10. Merah

3.6K 743 116
                                    

Rose mengusap keringatnya dengan ujung kaos yang ia pakai. Matahari sungguh terik, sudah lama awan tidak bergumul lagi di atas Pulau Kera. Di satu sisi sangatlah membantu para ibu nelayan untuk mengawetkan ikan—menjemur, di satu sisi membuat gerah.

Setelah menjemput Nino di sd, Rose menitipkan kedua anaknya sebentar ke rekan perawat Jennie—karena gadis itu sedang ada praktek— lalu pergi ke bibir pantai untuk menjemur ikan yang kemarin datang dari kapal besar Rengganis. Tenaga Rose diperlukan karena proses penjemuran ikan memakan waktu lama akibat kuantitasnya sangat banyak. Wanita itu jelas senang-senang saja, ada kerjaan maka ada makanan.

"Kakak Rose ini tak takut hitam kah?" tanya penasaran wanita setengah baya berambut pendek. Namanya Nyonya Hana, beliau yang sekarang punya gawe.

Rose tertawa. "Jika takut hitam, anak saya makan apa?"

"Benar juga. Nanti sepulang ini selesai, Kakak Rose mampir ke rumah aku dulu. Saya ada Se'i untuk Nino." *Se'i : daging sapi asap khas NTT

Rose mengucapkan terimakasih lalu berkutat kembali dengan pekerjaannya. Dia sangat senang hidup di Pulau Kera, para penduduknya sangat ramah dan murah hati. Tak terhitung banyaknya materi (makanan) dan senyuman manis yang diberikan kepada Rose sekeluarga semenjak mereka menginjakkan kaki di sini. Entah cara apa nanti ia membalas kebaikan orang-orang Pulau Kera. Tapi sebelum itu—kenapa matahari semakin membakar kulit Rose?

Tak tahu harus bersyukur atau tidak, kulit Rose hanya menjadi kusam dan berubah jadi merah jika terlalu lama berdiam di bawah terik matahari siang. Sebenarnya ia bisa menanggulanginya dengan pemakaian sunblock—tapi beli baju untuk diri sendiri saja ia masih mikir-mikir, bagaimana mau beli sunblock segala? Rose sangat bersyukur memiliki kehidupan yang sederhana seperti sekarang.

Mau sederhana seperti sekarang ataupun kecukupan saat bersama dengan suaminya dulu, wajah Rose akan tetap berubah menjadi kemerahan. Perbedaannya jika sekarang akibat sengatan matahari, sedangkan dulu karena ringan tangannya sang suami apabila dia membuat kesalahan.

Mengingat hal tersebut, ada satu masa Rose mengutuk penuh marah kepada suaminya. Dari awal pernikahan, ia sebenarnya sudah tak terkejut bila sang suami mudah untuk main tangan mengingat betapa tempramennya sifat lelaki itu. Hanya saja pernah ada satu kejadian di mana ia merasa jika kelakuan rubah jantan itu sangat tak punya etika.

Hari itu sangat panas dan Rose sedang mencuci pakaian di halaman belakang—meninggalkan bayi Ilo terlelap dengan tampan di kasur bayi goyang bersama dengan Nino yang sedang bermain di lantai. Dia mencuci popok kain Ilo dengan cepat dan tanggap, karena jika ketahuan sang suami maka ia habis dipukuli olehnya. Lelaki itu tidak pernah suka jika Rose melakukan pekerjaan kasar dan juga benci bila ia dipanggil tidak langsung datang kehadapannya. Sayangnya hari itu, Rose melakukan kedua hal yang sangat ditentang Jaehyun.

Rose sesungguhnya tak suka bila barang miliknya dan anak-anak diurus orang lain. Dia dari kecil sudah mandiri, tak seperti Jae—terkutuk jika menyebut namanya— yang selalu disiapkan oleh orang lain. Lagipula Rose tidak percaya dengan ART di rumah Jaehyun karena mereka semua sangatlah menyebalkan dan membuat ia tidak nyaman. Ketika Jaehyun bekerja, ia akan mencuci semua barangnya sendiri lalu melipatnya sebelum lelaki itu sampai rumah. Tak ada yang melaporkan sama sekali hingga panggilan dari Jaehyun di balik punggung mengagetkannya.

"AKU SUDAH PANGGIL KAMU DUA KALI TERNYATA LAGI JEMUR PAKAIAN, KAMU NGGAK NGERTI AKU PERNAH BILANG APA HA?"

Tempat jemuran yang berdiri kokoh di samping taman mawar seketika langsung roboh akibat tendangan yang dilakukan lelaki itu pada ember hingga pecah dan terkena tempat jemuran. Pakaian dan popok yang baru saja ia cuci langsung saja berubah menjadi kotor kembali.

"Jangan—jangan ditendang. Aku capek mau nyuci lagi." Rose mencoba memunguti tumpukan pakaian yang telah kotor lalu tiba-tiba ia tertarik dengan sangat kasar dan disambut tamparan keras di pipi sebelah kanannya.

"SUAMI NGOMONG NGGAK PERNAH DIDENGER! APA GUNA PEMBANTU DI RUMAH KALO KAMU TETEP YANG KERJA?! DASAR WANITA SIALAN, KAMU NGGAK BISA BAHASA MANUSIA?! GAK BAKAL AKU NIKAHIN WANITA MACAM KAMU KALO BUKAN KARENA—"

"Ayah jangan pukul Bunda, Ayah. Nino yang nakal beli cokelat sama uncle Yong. Ayah jangan marah sama Bunda, Nino janji nggak beli cokelat permen lagi."

Nino tiba-tiba datang dan memeluk kaki Rose dengan mata berkaca-kaca. "Bunda sakit? Ayah pukul kencang? Nino denger kayak suara pukul bersih kasur."

Rose langsung luruh dalam tangis.

"Yong,"

"UNCLE JANGAN! BUNDA NINO NGGAK MAU IKUT UNCLE! BUNDAAAA NINO MAU SAMA BUNDA!" teriak histeris Nino dengan pilu sambil menggeliat saat sekertaris sang ayah itu mengangkat tubuh kecilnya.

"Sekertaris Lee, bawa anakku ke sini." Selanjutnya Rose menepuk punggung anaknya sayang sambil banjir air mata yang tak berhenti hingga malam. Sedangkan Jaehyun pergi sambil mendengus dingin diikuti Taeyong menatap Rose dengan iba akibat bekas telapak tangan besar di pipinya.

Mau tak mau ingatan itu membuat Rose langsung mengusap pipinya. Sakit memang tak terasa lagi tapi kenangan kesakitannya masih tersisa hingga sekarang setiap kali menyentuh bekas memar dekat telinga.

Rose menelan ludahnya kasar, apa ia masih perlu mengingat hal buruk tersebut ketika hidupnya telah bahagia sekarang? Dia segera bergegas ke rumah Nyonya Hana lalu menerima seporsi Se'i.
Rose tak sabar mendengar teriakan bahagia kedua anaknya yang heboh saat ia membawa makanan favorit mereka, tanpa tahu jika kemalangan akan  kembali berjumpa.

***
Hm. Emboh kecepeten koyoke

SORE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang