18. Pamitan

2.9K 675 195
                                    

Empat bulan nggak update, kangen ga?

***

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Rose?"

Rose menghentikan usahanya dalam memasukkan baju yang tak seberapa banyak ke dalam tas jinjing lalu tersenyum pasrah. "Memangnya aku punya pilihan lain, Jen?"

Jennie sungguh tak rela dengan keputusan Rose. Ikut suami kembali? Rose benar-benar ingin merasakan neraka lagi?
Pikir Jennie, lebih baik sengsara gara-gara kesalahan baru daripada sengsara gara-gara kesalahan yang sama. Sudah tahu sengsara tapi mengapa masih melakukan, apa bukan goblok itu namanya?

Saat tahu Rose mendapatkan ultimatum seperti itu seminggu sebelum keberangkatan, Jennie benar-benar marah kepada wanita itu. Kenapa baru dekat tenggat waktu Rose cerita mengenai permasalahan seperti ini? Apakah Jennie dianggap orang asing dan hanya seseorang yang ditemui di dermaga dalam tujuan melakukan perjalanan bisnis?

"Interupsi dulu, suami yang kataku seksi dulu itu, kan?"

Rose tertawa. "Iya, yang katamu seksi itu. Sungguh, aku tak menyangka kalau bu dokter juga bisa mengerti kata 'seksi' dalam kamusnya."

"Jangan kira dengan kau tertawa bisa meredakan amarahku, ya? Aku hanya tak habis pikir ...," jeda Jennie lalu menempatkan kedua tangannya di pinggang, "Lelaki seseksi itu, setampan itu adalah pria gila yang selama ini menjadi suamimu?"

"Hm." Rose tersenyum geli seolah orang yang dibicarakan adalah seseorang yang tak pernah dia kenal.

"Ada ya orang macem begitu?"

"Ya buktinya dia itu."

"Tapi Rose, sumpah! Nggak relate banget sama wajahnya. Muka aja malaikat, ya ampun kelakuan udah ngalahin penjaga neraka."

"Heh, cukup. Dosanya dia udah banyak, kamu mau nanggung hanya karena ngomongin dia semua bobot kesalahan itu berpindah ke kamu?"

"Server-ku dan server kalian beda, tenang saja. Tak ada yang namanya perpindahan dosa di jalurku."

Rose berdeham lalu menutup ranselnya dan melemaskan badan. "Menurutmu apa yang harus kulakukan dalam seminggu ini?"

"Aku belum mengiyakan kepergianmu sejatinya," tukas Jennie cepat.

"Dan aku tak ada pilihan lain kecuali Pulau Kera ini benar-benar ditenggelamkan oleh Jung itu."

Jennie mendesahkan napasnya dengan keras. Apakah ini sungguh keputusan final Rose? Apa tak ada jalan lain?

"Berhenti bekerja dan habiskan waktumu dalam seminggu ini dengan anak-anak, lalu kau bisa pergi mengikuti Jung gilamu itu."

"Aku berniat membawa anak-anak, Jen."

"Apakah aku terlihat mengijinkan ketika kamu akan membawa keponakanku?"

Rose tahu jika Jennie tersenyum sarkas begini, maka ada hal-hal yang harus dibicarakan secara mendalam.

***

"Nak Rose mau pergi?"

"Iya bu, tapi nanti saya kembali ke sini dan bisa bercanda bareng ibu-ibu sambil ngejemur rumput laut." Rose tersenyum kecil ke arah Bu Hana sambil membantunya mengaduk rebusan ikan yang akan dijadikan terasi tersebut.

"Mau ke mana eh memangnya?"

"Ke Jakarta."

"Bisa ke rumah Raffi Ahmad ya? Titip salam boleh?" celetuk salah satu ibu-ibu yang berada tak jauh dari tungku kayu.

SORE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang