PROLOG

231 62 14
                                    

Happy Reading!

(15+)

***

"A-apa yang lo lakuin, Ren?" ucap Gea gemetar ketakutan melihat Naren mendekatinya, seringaian tercetak jelas di wajahnya.

"Menurut kamu?" Naren bertanya dengan suara yang sengaja di lembut lembutkan.

"Brengsek. Apa mau lo sebenarnya?" teriak Gea ketika mengetahui apa yang ada di pikiran Naren. Gadis itu semakin ketakutan saat jaraknya dengan Naren semakin mendekat.

"Sekali lagi gue tanya. Jadi pacar gue atau..."

"Nggak. Gue nggak mau," Gea terus saja membantah Membuat Naren menggeram marah.

"Oke. Gue akan buat lo jadi milik gue dan nggak akan pernah bisa lari dari gue," ujar Naren.

"Brengsek.."

Naren melangkahkan kakinya terus mendekati Gea yang terjebak tembok. Dia tersenyum meremehkan melihat tak ada yang bisa gadis itu lakukan lagi. Pergerakan Gea terbatas karena punggungnya yang sudah menabrak tembok. Jika maju pun dia akan lebih bahaya.

Kedua tangan Naren, dia letakan pada tembok untuk mengunci Gea. Terlihat gadis itu sudah menintikkan air matanya. Gadis itu menangisi hidupnya.

"Jadi pacar gue atau.."

"You know lah," Naren tertawa melihat gadis dihadapannya ini sudah ketakutan.

"Ren, gue mohon lepasin gue. Apa salah gue sama lo?" pinta Gea menangis. Dia sudah tak ada lagi tenaga untuk memberontak.

Bulir demi bulir air mata jatuh membasahi pipi tirus Gea. Dia yang selama ini Gea anggap sebagai teman yang sangat mengerti keadaannya ternyata sangat busuk. Laki laki itu sangat jauh dengan pemikirannya saat awal mereka bertemu.

Naren Antariksa, laki laki yang lembut, ramah, humor, dan selalu berusaha menjaganya ternyata sangat sangat brengsek. Sulit Gea percaya sebenarnya jika dihadapannya saat ini bukan Naren. Tapi inilah kenyataan yang dia dapat.

Tuhan, tolong Gea Tuhan. Gea nggak kuat jika harus menjalani hidup seperti ini. Kenapa takdir Gea sangat buruk. Apa salah Gea?

"TINGGAL BILANG 'IYA' APA SUSAHNYA SIH GE," Gea tersentak kaget mendengar bentakan Naren. Air matanya semakin mengalir deras. Gea tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

Jika dia menerima Naren sebagai pacarnya sama saja dia mengkhianati Aska sebagai kekasihnya. Gea sangat mencintai Aska, dia tak mau kehilangan Aska hanya karena hal ini. Gea tak rela.

Gea tak menjawab bentakan Naren, gadis itu justru semakin terisak membayangkan hal apa yang akan terjadi kedepannya jika ini benar benar terjadi. Dan Gea tidak akan terima itu.

Tuhan, tolong beri Gea keadilan. Jangan biarkan dia mengambil mahkotaku.

"LO.. ARGHH.."

"Gue udah punya Aska, Ren. Gue sayang sama Aska. Tolong ngertiin gue, jangan egois. Kalau kita emang jodoh kita pasti akan bersatu. Dengan cara apapun itu."

Naren tertawa hambar mendengar kata kata Yang Gea ucapkan. Lagi dan lagi dia harus mendengar nama Aska dari mulut Gea. Naren benci itu, Naren benci Aska.

"Lo pikir dengan cara lo ngomong kayak gitu bakal bikin gue luluh? Nggak, Nggak akan Geara Erliana," ujar Naren mencengkeram kedua pipi Gea dengan tangan kanannya.

"Nar-ren gue mo-hon lepasin gu-e," Gea kembali meminta dengan lirihnya. Matanya membengkak akibat menangis terlalu lama. Rasa takut menyelimuti Gea.

Tuhan tolong Gea.

"Lepasin? Nggak akan Geara sayang."

BRUKK..

Baru saja Naren akan memajukan wajahnya. Gea dan Naren dikejutkan dengan suara dobrakan pintu yang terdengar nyaring.

Gea tersenyum namun air matanya masih saja mengalir. Akhirnya yang diharapkannya datang menolong. Sementara Naren merutuki perkerja rumahnya yang tidak becus dalam menjalankan tugas. Naren kira malam ini tepat di saat promnight berlangsung dia bisa menjalankan misinya dengan lancar tanpa ada gangguan. Namun kini Aska terlihat di depan pintu dengan wajah yang menahan amarah.

"BAJINGAN LO," teriak Aska dengan amarah yang memuncak.

Naren hanya tertawa. "Yes, I'm."

Aska melayangkan pukulan pada wajah Naren hingga sudut bibir laki laki itu mengeluarkan bercak darah. Naren mengusap sudut bibirnya, laki laki itu maju mendekati Aska.

"Yon, bawa Gea pergi," pinta Aska pada Rion.

Setelah Gea keluar, Naren mambalas pukulan Aska yang masih terasa di bibirnya. Namun laki laki itu kalah cepat, Naren tersungkur di atas lantai dengan memegangi perutnya kesakitan.

"Bangsat.."

"Gue akan dapetin Gea."

"Gea milik gue."

***

Vote dan komen untuk menghargai.

Back into youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang