Why?

73 13 0
                                    

Gea buru buru keluar kelas ketika bel pulang sekolah telah berbunyi. Ia sudah ada janji dengan Felli dan mungkin saja Felli sudah menunggunya. Baru saja keluar kelas, suara Vano terdengar menyentaknya.

"Heh, bocah. Mau kemana lo?" tanya Vano dengan wajah sombongnya. Sial, kenapa juga harus berhadapan dengan Vano, si raja galak dikelasnya. Gea melirik sekitar, mendapati Anatasya dan Chaca yang berjalan berdampingan.

Dan tepat, mereka melihat ia dan Vano, mungkin tepatnya hanya dirinya. Dengan gerakan perlahan ia memberikan kode pada Anatasya dan Chaca untuk mengalihkan perhatian raja galak didepannya ini. Keduanya tertawa sebentar, lalu mengangguk mengiyakan.

"Van," dan yeah. Vano membalikkan tubuhnya menatap Anatasya dan Cacha. Inilah kesempatannya untuk kabur. Ia sudah sangat terburu buru, jika ia mengulur waktu lagi, yang ada kakaknya itu tidak jadi menemaninya.

Huh, kenapa ia baru ingat jika ia ada jadwal piket harian hari ini. Pantas saja raja galak itu murka. Ah bodo amat dengan piket, ia segera berjalan mengendap endap agar tak menimbulkan suara, hingga merasa langkahnya sudah jauh. Gadis itu berbalik badan melihat Anatasya, Chaca, dan Vano yang masih sibuk berbicara.

"ANA.. ACA.." teriak Gea membuat ketiga orang yang sibuk berbicara itu menatap kearah mereka. Dan disaat itulah kedua gadis itu berlari menjauh dari Vano.

"BYE VANO.."

Mereka bertiga tertawa keras, melihat wajah Vano yang sudah tidak bersahabat. Kesenangan tersendiri bagi mereka bisa mengerjai raja galak itu.

"Damn it!"

"Ra, emang lo mau kemana? Buru buru amat," tanya Chaca dengan kekehan yang masih belum berhenti.

"Ke mall," jawab Gea lantas menghampiri mobil Felli di depan gerbang sekolahnya. Anatasya dan Chaca hanya mengikuti Gea dibelakangnya.

Mereka mengangguk, "Boleh ikut nggak?" tanya Anatasya pada Gea, Chaca pun mengangguk antusias. Sekalian itung itung irit duit untuk pulang kerumah. Tapi yang namanya ke mall pasti akan lebih boros bukan.

"Lama lo," gertak Felli dengan wajah kesalnya. Dia menatap adiknya tajam, lalu beralih pada kedua sahabat adiknya.

"Ngapain lo berdua?" tanya Felli sinis. "Sinis banget dah perasaan kalo sama gue," gumam Chaca sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gea merutuki mulut kakaknya yang tajam, pedas sekali jika berbicara. Ia kan jadi tidak enak hati pada kedua sahabatnya ini. Sebenarnya dulu bundanya ngidam apa ya sampai anaknya jadi segalak ini. Mungkin jika disandingkan dengan Vano akan sangat cocok. Ah tidak tidak, nanti yang ada mereka akan selalu adu bacot jika bertemu.

Felli menatap Anatasya, Chaca, dan Gea bergantian. "Gue nggak ikut, lo bertiga aja," ucap Felli lantas memasuki mobilnya.

"Loh kok?" seru Gea tak terima.

***

Anatasya membunyikan klakson mobilnya berkali kali, bukan tanpa tujuan. Ia hanya berniat untuk memanggil tuan rumah yang entah sedang apa. Anatasya takut jika harus masuk ke dalam rumah Gea, karena dipastikan jika di dalamnya ada Fellicia Asyera, kakak Gea yang selalu membuatnya mati kegugupan hanya dengan tatapan mata.

Anatasya membunyikan klakson mobilnya sekali lagi lantas keluar dengan wajah yang kesal. Sudah tak ada cara lain, ia harus menepikan rasa takutnya terlebih dulu. Ia mengetuk pintu dengan salam yang terucapkan. Ia bergerak gugup saat melihat Felli yang membuka pintunya.

"Berisik, bego."

Ia hanya menyengir gugup, tak lama ia menghela napasnya lega saat melihat Gea keluar dari persembunyiannya. Gara gara Gea ia harus menahan gugup seperti ini. Lagi pula apa yang dilakukan Gea hingga telat dari jam yang seharusnya dijanjikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back into youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang