Zarima POV..
Dua tahun sudah berlalu.
Kegiatan ku masih sama seperti biasanya, setiap pagi mengurusi ndoro nyonya dulu sebelum berangkat ke akademi.
Lalu sore hari pulang kembali ke rumah dan melanjutkan pekerjaan yang bisa ku lakukan, kadang membantu Bu Suti menyiapkan makanan atau membersihkan rumah.
Beruntung Pak Usman selalu mengantar dan menjemput ku setiap hari, itu tidak lepas dari kebaikan nyonya Kartika.
Nyonya Kartika sudah menganggap ku seperti cucunya sendiri, kadang aku merasa tak nyaman dengan perlakuan nya.
Setahun 2 kali setiap libur semester, aku selalu diberikan izin pulang ke kampung.
Bahagia bisa bertemu keluarga ku,melihat bapak, ibu dan kedua adikku yang semakin besar.
Dan den Malik, laki-laki itu masih sama dingin nya dari sejak pertama kami bertemu.
Entah mengapa malah dia sekarang seperti menjauhi ku, aku juga tidak mengerti.
"Rima, kamu mau balik ya?" tanya Zakia, salah satu teman sekelas ku di kampus.
"Iya,kamu juga mau pulang Kia?" Aku duduk di sampingnya.
"Belum nih, masih ada sedikit tugas dari dosen." raut wajahnya terlihat sebal, aku hanya tertawa melihatnya.
"Iih.. kamu malah ketawa." Dia mencubit lenganku karena kesal, lalu ikut tertawa.
"Itu mobil siapa?" Zakia menunjuk ke arah sebuah mobil honda jazz putih yang masuk ke gerbang kampus.
"Itu kan mobil den Malik." batin ku.
"Astaga, ada artis." Zakia langsung menutup mulutnya, aku pun mengerjapkan mata melihat seorang laki-laki yang tampan keluar dari mobil.
Selain wajahnya tampan karena blasteran, tubuhnya tinggi dan tentu saja memiliki dada yang bidang,membuat apapun pakaian yang dikenakan terlihat sempura di tubuhnya.
Aku sampai mengucek kedua mataku, memastikan ini nyata atau hanya khayalan.
"Sumpah demi apa pun dia ganteng banget." teriak Zakia senang, telinga ku sampai sakit mendenganya.
Aku hanya diam melihat tingkah lucu Zakia, tapi kenapa den Malik disini?
"Rima." Den Malik berjalan mendekati kami, sementara Zakia seperti orang bodoh yang mendengarnya memanggil namaku.
"Iya..." jawab ku pelan.
Di dalam hati, aku berdebar-debar ketika laki-laki itu menyebut namaku.
Tapi aku harus sadar diri, posisi kami adalah majikan dan pelayan.
"Siapa Rim? kamu kenal?" bisik Zakia di telinga ku, aku hanya mengangguk.
"Ayo pulang." ajak den Malik.
"Kia, aku balik duluan ya." pamit ku terburu-buru, Zakia hanya diam mungkin sedang menebak-nebak hubungan antara aku dan laki-laki itu.
"Pak Usman nggak bisa jemput sore ini, kebetulan saya pulang cepat jadi sekalian jemput kamu." jelas den Malik saat aku sudah duduk di sampingnya.
"Maaf jadi merepotkan den Malik." Aku menundukkan wajah ku,merasa tidak enak dengan den Malik.
"Santai saja," ucapnya sambil melajukan mobil.
Sepanjang perjalanan pulang kami hanya diam, aku tidak berani berbicara dengan nya kalau bukan dia yang memulai percakapan.
"Kamu udah makan?" Den Malik menoleh kearah ku.
"Udah Den, tadi saya makan di kantin kampus." Aku menjawab cepat,padahal aku belum makan sama sekali.
Ku lihat dia hanya mengangguk,entah apa yang ada didalam pikiran laki-laki itu.
Sesekali aku melirik kearahnya yang serius mengemudi, dia benar-benar rupawan. Pantas saja Zakia menyangka dia artis.
Akhirnya kami sampai dirumah, setelah mengucapkan terimakasih aku langsung masuk ke rumah.
Setelah membersihkan diri, aku langsung menuju dapur mengambil makanan dan obat untuk nyonya.
Tok..tok..tok..
Aku mengetuk pintu dan membuka kenop pintu kamar nyonya, terlihat nyonya sedang berbaring.
Akhir-akhir ini kesehatan nyonya semakin buruk, aku merasa bersalah tidak bisa menemani nya sepanjang hari.
Nyonya Kartika selalu tersenyum setiap melihat kedatangan ku.
"Ndoro.." aku meletakkan nampan makanan ke atas meja, lalu membantu nyonya duduk.
"Bagaimana kuliah kamu?" tanya wanita itu disela mengunyah makanan.
"Alhamdulillah lancar, ini semua berkat ndoro." Aku tersenyum menatap wanita yang sudah sepuh itu.
"Itu semua karena kamu memang pintar dan giat belajar." Dia mengusap kepala ku dengan lembut.
Satu-satunya cara ku membalas kebaikan nya, hanya berdoa agar dia selalu diberi kesehatan.
Author POV
Ceklek..
Bunyi kenop pintu dibuka, Malik muncul di balik pintu.
"Malik, kemari.." Kartika melambaikan tangan agar Malik duduk di dekatnya, Rima akan beranjak dari duduknya.
"Rima,kamu disini saja.." pinta Kartika sambil menahan tangan Rima, gadis itu pun menurut.
"Eyang udah minum obat?" tanya Malik yang di jawab anggukkan kepala dari Kartika.
Malik menggenggam tangan Kartika dengan erat, wanita tua itu tampak semakin lemah.
Rima hanya diam melihat kedekatan nenek dan cucu itu.
Ternyata dibalik sikap dingin Malik, dia laki-laki yang hangat kepada neneknya pikir Rima dalam hati.
"Kamu kapan mau menikah? eyang sudah tua, enggak tahu kapan saja bisa meninggal." Kartika menatap Malik sambil tersenyum.
Malik menggaruk kepalanya, berpikir bagaimana menjawab eyangnya.
"Pacar saja nggak punya, bagaimana mau menikah." batin Malik meringis.
"Nanti eyang, aku belum ketemu wanita yang cocok." jawab Malik membela diri.
"Bagaimana dengan Rima?" Kartika mengalihkan pandangannya kepada Rima, membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Sa--saya ndoro..?" tanya Rima tak percaya, kemudian menatap Malik yang hanya diam.
"Malik, bagaimana kalau kamu menikah dengan Rima." pinta Kartika, wajahnya menatap kedua orang itu penuh harap.
Rima hanya diam saja, dia terlalu terkejut dengan permintaan Kartika.
"Kalau itu keinginan eyang, aku nggak masalah. Tapi bagaimana dengan Rima?" Malik menghela nafas, dia tidak ingin membuat Kartika kecewa.
Sekarang semua keputusan ada ditangan Rima.
Apakah dia harus menerima atau menolaknya..
Bersambung.....
Jangan lupa kasih vote ya....😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
5. Cinta Untuk Zarima (TAMAT)
Romance( Sudah terbit di Google Playstore, klik link yang ada di bio ya👆 ) Aku Zarima Jelita.. Umur 17 tahun.. Cita-cita ku menjadi seorang perawat.. Tapi apalah daya itu seperti mimpi yang tak akan pernah ku gapai.. Ibarat pribahasa bagai pungguk merindu...