Something in Between

696 102 72
                                    

Notes: surprise?! Btw like I said di sinopsisnya, WtN ini adalah remake dari fanfiction animeku terdahulu yang aku post di fanfiction(dot)net. Makanya aku nulisnya cepet. Tapi sori kalo sekali dua kali ada nama Jepang yang muncul, itu tandanya aku luput ngeedit 😭😭😭 let me know kalo ada yah.

.

Chapter 8. Something in Between.

.

Di sebuah kamar bercat pink, telentang tanpa melepas sepatunya di tempat tidur yang juga pink, Archen berpikir dengan khidmat. Dia menatap langit-langit kamar sambil sesekali menghembuskan nafas berat. 

Yang sedang Archen pikirkan, siapa lagi kalau bukan Nai, yang tega-teganya lebih memilih menghabiskan waktu bersama si Pavel yang menyebalkan itu. 

Archen kesal. Apa coba hebatnya laki-laki yang kalau bicara selalu tidak bisa santai itu? Bertaruh, Pavel pasti tidak bisa main basket. Satu-satunya kelebihan Pavel dimata Nai, paling cuma orientasi seksualnya. 

Iya, Pavel gay, makanya Nai nyaman berteman dengannya. Mungkin karena Nai merasa tidak sendirian jadi gay. 

Kalau saja Archen juga gay... 

"Woi, woi." Archen duduk tegak, kaget pada pikirannya yang ngaco sendiri. Nggak mungkin lah dia gay. Gay itu suka laki-laki. Konsep dari suka laki-laki saja tidak bisa Archen pahami. 

Kemudian Archen teringat sore itu. Sore saat Nai mengaku padanya kalau dia gay. Kalau kehidupannya adalah sebuah opera sabun, mungkin penonton bakal mengira sisa sore itu mereka habiskan dengan pembicaraan hati ke hati yang canggung. Tapi sayangnya, mereka ini Archen dan Nai. Jadi tentu saja mereka berakhir di sofa, main PS ditemani dua piring kentang goreng dan saus tomat yang dibuat oleh Nai. 

Archen puas mengejek Nai sore itu. Bukan soal orientasi seksualnya tentu saja, tapi soal Nai yang menangis. 

Nai menangis seperti anak kecil! Nggak setiap hari Archen bisa melihatnya, kan? 

Tapi seberapa keras Archen mencoba fokus pada permainannya, tetap ada satu pertanyaan yang mengganjal sejak detik pertama Nai bilang padanya kalau dia gay. 

Jadi sore itu, ketika setengah jam berlalu dan Archen tetap tidak bisa mengenyahkan keheranannya, dia bertanya. 

"Kok bisa kakak suka cowok?" tanya Archen. 

Nai diam, tangannya masih sibuk dengan stik PS. 

"Ya bisa aja." Jawab Nai akhirnya. 

"Kan kakak udah punya sendiri. Kok masih suka lihatin punya orang?" 

Waktu itu, Nai langsung tersedak. Dia terbatuk-batuk. Archen mengangkat satu alisnya, tertarik dengan reaksi Nai. Apalagi setelah melihat wajahnya sedikit merah. Nai lalu menatap Archen tidak suka, melupakan stik yang sedetik lalu masih tergenggam di tangannya. 

"Cowok yang suka paha-dada kayak kamu mana ngerti." Desis Nai. Dan setelahnya, Nai malah membicarakan artis-artis Amerika dan Thailand yang menurutnya hot—dan potensial untuk menjadi pacarnya. 

Mengingat sore itu, Archen jadi tertawa-tawa sendiri diatas tempat tidur. Nai terlihat lucu sekali waktu membicarakannya. Siapa kemarin yang Nai bilang? Oh ya, Adam Lambert. Penyanyi amerika yang suaranya eargasmic. Archen sih tidak tahu siapa Adam Lambert—dan dia juga tidak tahu arti eargasmic—tapi melihat Nai yang antusias menceritakannya, mau tidak mau Archen jadi ingin tersenyum. 

Karena itu adalah pertama kalinya Nai bercerita padanya tentang sesuatu yang dia suka. Pertama kalinya setelah tiga tahun. 

Archen membusungkan dadanya bangga. Lihatlah, kalau Archen mau, dia bisa menjadi teman yang baik buat siapapun. 

 ✓ Worse than Nightmare (J9 version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang