5 Juni 2026
New York City
Pagi itu tidak secerah deskripsi novel-novel. Awan tebal kelabu menaungi hampir seluruh kota New York yang padat. Dan disinilah Nai, menghela nafas sambil mengencangkan dasi hitamnya yang sedikit kendor.
Keningnya berkeringat, dadanya berdegup kencang. Sesekali dia menatap keluar jendela dengan raut khawatir. Tidak jarang Nai melipat tangannya di dada, kemudian berjalan mondar-mandir di sekeliling ruangan untuk kemudian berhenti dan melihat jam tangannya.
Tapi berapa kalipun Nai menatap jam tangannya, waktu tetaplah waktu. Waktu bukan sesuatu yang bisa dipercepat sesuai kehendak kita. Dia tidak bisa dihentikan, tidak juga bisa diputar kembali.
Dan waktu menyimpan begitu banyak misteri.
Ketukan di pintu menyadarkan Nai. Dia menoleh, dan menemukan kepala gadis berambut panjang berponi yang mengenakan gaun begitu manis.
"Lima menit lagi, Nai." Kata gadis itu. Nai mengangguk. Dia kemudian berdehem, membetulkan letak dasinya sekali lagi dan berjalan keluar.
Satu langkah keluar dari ruangan itu, Nai mengangkat sudut bibirnya. Karena dia sadar, hidupnya akan berubah sebentar lagi. Dan Nai benar-benar tidak akan melupakan hari yang membuat semua ini menjadi mungkin.
Tanggal 5 Juni itu.
.
.
5 Juni 2025
New York City
"Kak Nai, bangun. Udah siang nih." Archen mengoyak tubuh Nai, tapi pacarnya satu ini malah tidak bangun-bangun. Memang dasarnya kebo, sih. Mentang-mentang hari ini hari Jumat, Nai enak-enakan di kasur sampai siang.
"Bentar—" gumamnya, mengibaskan tangan Archen yang sedetik lalu masih berada di pundaknya. Archen berdecak.
"Bentar apa? Kakak nggak mau sarapan?" tanya Archen, tapi yang ditanyai cuma menggumam tidak jelas. Archen, yang sejak satu jam lalu sudah repot-repot memasak makanan kesukaan Nai langsung gondok.
Lima tahun pacaran, Nai tidak pernah berubah. Setelah semalaman begadang mengerjakan sesuatu, dia selalu bangun kesiangan.
Sebenarnya, tidak ada dari mereka berdua yang berubah. Karena, di umur Nai yang 24 dan Archen yang 22 tahun tidak membuat mereka berdua berhenti menjadi pasangan yang sering adu mulut. Mereka tetaplah Archen dan Nai. Yang tidak pernah bosan bertengkar hanya karena masalah sepele. Yang kemudian baikan ketika hari Jumat, karena hanya hari itu mereka punya waktu luang untuk bermain basket di lapangan, walau untuk itu mereka harus menempuh jarak lebih dari 2 kilometer. Lima tahun bersama Archen membuat Nai mau tidak mau bisa bermain basket.
Archen menatap Nai yang masih tertidur pulas. Dadanya naik turun, nafasnya teratur, mulutnya separuh terbuka. Benar-benar membuat Archen gemas.
Lima tahun lalu, mungkin Archen tidak pernah menebak kalau hidupnya akan seperti sekarang. Tinggal di sebuah rumah tingkat dua sederhana di New York City bersama dengan seseorang... yang juga tidak pernah Archen tebak akan menjadi pacarnya.
Terakhir kali Archen ingat, saat dia SMA, dia adalah pecinta Davikah. Tapi sejak Nai masuk di hidupnya, entah kenapa hidupnya jadi terbalik.
Drama yang diprakarsai oleh Saisi membuat mereka sedekat ini dan setelah melewati banyak kejadian, mereka memutuskan untuk pacaran. Dan tanpa mereka sadari, lima tahun sudah berlalu.
Dan hari ini, tepat lima tahun sejak drama Romeo dan Julian itu selesai, Archen berakhir disini, di sebuah rumah sederhana yang mereka sewa bersama hampir delapan bulan yang lalu. Archen dan Nai sudah lima tahun menetap di Amerika, mereka kuliah di tempat yang berbeda sehingga tidak pernah tinggal bersama. Tapi tepat delapan bulan lalu, mereka berhasil lulus tepat waktu dan memutuskan untuk tinggal bersama sambil mencari kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Worse than Nightmare (J9 version)
Romans"Hidup sebagai gay di Indonesia itu sungguh nggak mudah. Apalagi kalau sahabatmu sendiri adalah cowok populer di sekolah. Terlebih lagi jika sahabatmu itu homophobic." Nai dan Archen bersahabat baik sejak kelas 1 SMA. Tetapi apa yang terjadi kalau m...