Chapter V: Nyonya Hatake

2.1K 140 8
                                    

"Aku pergi. Jaga dia. Jika kau tak bisa menjaga untuk dirinya dan Hiashi-sama, setidaknya jaga dia atau kau menyapa ajal," kata Sasuke. Laki-laki bersurai gelap itu lalu pergi meninggalkan Kakashi.


Kenapa Sasuke menjadi pria kejam sekaligus melankolis? Kenapa ia merasa tak berotak di saat seperti ini? Dan kenapa semuanya terasa rumit?

***

Hinata Hyuuga berjalan pelan menuju gerbang masuk desa. Tangannya memeluk erat bungkusan berisi bekal dan syal untuk Sasuke Uchiha. Walau hubungan mereka sudah tak terjalin, bukan berarti Hinata serta-merta mengabaikan eksistensi Sasuke. Terlebih, gadis itu merasa dialah penyebab Sasuke pergi meninggalkan desa lagi.

"Hinata?"

Gadis itu menoleh.

Sasuke berdiri menjulang di depannya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam di sini?" tanyanya.

"Ini. Sasuke-kun, sebagai permohonan maaf, aku ingin kau menerima ini. Kembalilah segera," kata Hinata sambil mengulurkan bungkusannya.

Sasuke segera membuka. Bekal dan syal berwarna ungu tua nyaris hitam.

"Aku tidak tahu ke mana kau akan pergi, Sasuke-kun. Tapi, aku berharap kau baik-baik saja. Aku akan menunggu kepulanganmu. Jangan pergi terlalu lama," bisik Hinata.

Sasuke tersenyum sangat tipis.

"Aku janji. Kau harus bahagia, Hinata,"

Sasuke menarik Hinata ke pelukannya.

"Semoga kau selalu bahagia."

***

"Bulan depan, aku janji. Bulan depan aku akan mengubah namamu," bisik Kakashi.

Hinata tersenyum, ini yang selalu ia harapkan. Ini yang selalu ia impikan.

Namun, senyumnya luntur.

Bukankah semua impiannya luntur? Kakashi memilih pergi darinya dan dirinya memilih meninggalkan Sasuke.

"Kau berhak bahagia, Hinata," tiba-tiba Sasuke menggenggam jemarinya erat.

"Kau berhak bahagia dengan orang yang tepat," lanjutnya.

Air mata Hinata berdemo untuk keluar.

"Sa-suke-kun, maafkan aku," Hinata perlahan terisak.

"Hinata, jangan menangis. Benar kata Uchiha, kau pantas untuk bahagia," tiba-tiba suara Neji menggema di kepalanya.

Hinata tertegun kemudian semakin terisak.

"Hinata,"

***

"Hinata-nee sama!"

Hinata tersentak dari tidurnya.

"Hanabi?" Hinata mengerjap.

Ah, hanya mimpi.

Gadis itu bangun dari tidurnya, tersenyum manis kepada adiknya.

"Tumben Hinata-nee sama susah dibangunkan," gadis itu berujar dengan harapan dapat menghibur perasaan saudarinya.

Hinata terkekeh pelan, kejadian akhir-akhir ini membuatnya insomnia dan berefek pada bangun kesiangan. Namun, gadis itu enggan untuk membuka suara, biarkan saja adiknya puas hanya dengan kekehannya.

Her Heart Is (Not) Mine [KakaHinaSasu] [Complete✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang