gue tertawa kencang mendengar ucapan putra barusan. refleks menoyor kepala putra gemas.
"bisa-bisa lu yang gantiin posisi kak dena."
masih tergiang-giang suara putra, putra memandang gue dengan tatapan 'kesurupan setan mana lu?' gue makin ngakak mengingat kata-kata itu.
"gak mungkin lah put, banyangin aja gue masih 17 tahun di suruh nikah. naik kelas aja gue gak yakin. hahahahha." ketawa yang terakhir itu sebenernya di paksakan, karena gue juga takut sampe gak naik kelas.
bisa-bisa gue beneran di kawinin!
"jangan ketawa jancok! sampe beneran kejadian gue ketawain balik lu!" ancam putra.
"lagian lu aya aya wae sih."
"coba lu pikir pake logika ra, kalo kak dena gak ada siapa yang bisa jadi penggantinya? di sini anak cewek yang masih jomblo kan lu doang."
"enak aja gue di bilang jomblo! gue ini dah sold out ya!"
putra memandang gue dengan tatapan gak percaya," heleh ngeles aja."
"seriusan gue gak bohong." ujar gue serius.
"siapa pacar lu?" putra mulai terpancing.
"bukan pacar." kata gue menegaskan.
"terus? jangan bilang suami gue jeon jungkook, kim taehyung bla bla."
"enggak bukan! gue kali ini serius."
putra memandang gue menyelidik, " oh ya? terus apaan?"
"bukan pacar tapi jodoh gue, dan masih otw."
putra memutar mata kesal, dia balas menggebuk punggung gue.
"yeu ini mah gue juga punya!"
"gue tau jodoh lu siapa." ujar Putra tersenyum jahil. gue memandang dia antusias.
"siapa? siapa? apa dia shawn mendes? manu rios? alex lange? tell me!"
"noh, tepat depan mata lu." tunjuk putra ke cowok yang lagi rebahan.
"bangsat."
xxx
manik mata gue bergerak gelisah ketika merasakan sesuatu menyerang kornea, gue mengangkat tangan untuk memblokir serangan cahaya itu. gue membuka mata dan menguap. menatap ke seluruh ruangan, alis gue berkerut bingung.
LOH HEH?
kok gue tiduran di ranjangnya putra? perasaan tadi gue lagi ngobrol santai sambil nontonin jenazah sama putra. kemana adek gue? si cowok ini kok ilang juga? kok gue sendirian?
kenapa orang-orang di rumah ini hobi ninggalin gue sendiran dan kebingungan?!
gue mengucek mata gue yang rasanya berat, gue melirik ke sekeliling memperhatikan kamar putih abu tua milik adek gue dan pandangan gue jatuh pada jam dinding, sudah menunjukan jam 4 sore.
anjir, gue tidur lama juga ya.
merenggangkan badan, gue bangkit dari ranjang. gue membuka pintu dan sedikit mengintip keadaan di luar, takut-takut ketemu ayah gue. gue masih belum siap soalnya.
aman. di luar kosong.
cklek
setelah membuka pintu, gue dengan langkah seribu lari ke kamar gue. setelah sampai di depan pintu gue, gue bimbang. agak parno mengingat kejadian tadi, takut keulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN YOU LOVE ME?
Teen FictionDunia gue berasa kayak komedi putar ketika mengetahui kalau gue harus menikah dengan om-om tua yang sudah sudah memasuki kepala 3! Karena keegoisan kakak gue, jadi gue yang harus menanggung semuanya. Sialan! Gue merasa dunia ini kayak film komedi...