Selamat Reading:)
“Eh nyet. Lu diem-diem aje. Ngerujak napa.” ucap Dexa mencolek-colek lengan teman sebangkunya. Raksa Pamungkas. Bukan Raksasa apalagi air raksa. Bukan.
Hanya raksa yang sanggup duduk sebangku dengan Raksa, engga deng, Raksa pernah baku hantam sama Rizal karna mau duduk bareng Dexa, tapi Raksa menolak dengan tegas. Mau nepatin janji kata Raksa. Mereka sudah 2 tahun duduk bersama bermula dari pertemuan mereka yang tak disengaja ketika itu.
Flashback On
Raksa tidak sengaja menyelamatkan Dexa yang sudah terkapar mengenaskan di ujung koridor, Reksa menyentil kening Dexa, dan terbukalah mata hitam pekat gelap gulita milik Dexa.
“Bukannya lo sekelas ya sama gue? Makasih ya udah nolongin gue, kalo gaada lo mungkin gue udah kemping di sekolah sampai besok.” ujar Dexa masih baring terkapar tanpa berniat bangun dari posisi wenaknya.
“Lah? Siapa yang nolongin lo? Gue kan cuma nyentil. Dimana letak duduk perkaranya gue nolongin lo? Kegeeran. Gue kira tadi ada cicak mati, tapi baunya kek bangke curut.” sewot Reksa ngegas dong. Nah gitu dong ngegas.
“Aww, soswitttt. Okedeh, mulai hari ini kita duduk sebangkuan. Ga nerima penolakan pokoknyaa.” tegas Dexa lantang tidak mau dibantah sambil mengangkat tangannya dan dibalas Raksa lantas menariknya agar berdiri.
“Bego ya bego aja Dex, gausah goblok juga. Miris gue liat lo. Kita kan memang sebangku.” Sahut Raksa melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda karena rasa penasaran yang engga ada faedahnya ternyata.
“Iya maksud gue, jangan pindah ya. Pokoknya janji Raksa harus duduk bareng Dexa sampe tua nanti. Yeyyy” ucap Dexa langsung memeluk Raksa sekuat tenaga.
“Gila. Ga napas gue. Nyesel gue jadinya bangunin lo. Lagian kenapa dah, lo nemplok di lantai gitu, di pojokan lagi. Serem gue liatnya.” Ujar Raksa bergidik ngeri.
“Tadi gue mau belok kanan, ehh tapi kelewatan malah nabrak dinding. Apalah daya gue mager dan di sana mantep bener buat santay. Jadinya gue ketiduran Rak. Lain kali, gue mau kesitu lagi dah.” cerita Dexa seolah itu adalah hal yang membanggakan bagi dirinya.
Dexa memasukkan tangannya ke saku hoddie Raksa, dan hanya dilihat sekilas oleh Raksa. Memang Dexa seenaknya, tapi Raksa tidak terganggu dengan sikap Dexa. Raksa melanjutkan perjalanannya dengan Dexa tanpa memperdulikan kelakuan bocah ingusan di sampingnya ini.
“Numpang ya, tangan gue kedinginan habis nyantuy di lantai tadi.” Ujar Dexa cengengesan.
Raksa ingin membuka hoddie nya namun dihalangi oleh Dexa.“Gausah, gausah repot repot. Numpang tangan doang. Kaki gue ga kedinginan kok.” ujar Dexa cengengesan lagi. Bisa kering ini gigi Dexa.
“Buat badan, somplak. Bukan kaki. Yaudah sini mana tangan satunya. Biar dua duanya nih ke saku.” ucap Raksa sewot dan mengambil tangan kiri Dexa agar memasukkan tangan Dexa dua duanya.
“Susah jalan ih bambangg.” ujar Dexa yang kesusahan berjalan mengikuti langkah kaki Raksa dan kedua tangannya di saku hoddie Raksa.
Raksa lalu memelankan langkah kakinya.“Repot banget sih ini siang siang. Ini udah pelan pelan nih jalannya.”
“Uww makasihh Raksa” ucap Dexa mencubit pipi kiri Raksa yg tirus itu.
Begitulah pertemuan mereka yang tidak berfaedah. Karena udah terlanjur janji, jadi Raksa tetep duduk di samping Dexa. Dan juga Raksa udah betah sama tingkah absurd Dexa. Hanya Dexa cewek yang Raksa anggep temennya. Temen Raksa lainnya cowok dong pastinya.
Flashback Off
“Jan ganggu gue Dex. Lagi sibuk nih.” Ucap Raksa, matanya tak lepas dari layar pipih di tangannya, dan me-landscape benda pipih itu. Tangannya sibuk menekan nekan layar dan sekali kali menghujat-hujat, sesekali meringis kesal, sesekali mendesah pelan, se-duakali kegirangan.
Dexa menatap heran bocah gendeng di sampingnya. Di tekan-tekannya layar pipih yang dipegang Raksa, berniat mengganggunya. Raksa tak peduli, dan malah merangkul leher Dexa dan membawa kepala Dexa ke ketiaknya.
“Buset, asem kadal.” ucap Dexa berekspresi ingin muntah dan menggerakkan kepalanya agar terlepas. Bukannya malah terlepas malah makin kuat Raksa mengapit tangannya agar Dexa diem.
“Janji deh janji. Gabakal ganggu gue. Mau sama Ijal aja. Raksa jahat.” mohon Dexa agar Raksa melepas lehernya.
Dirasanya tangan Raksa sedikit merenggang, dia melepas lehernya dari jepitan Raksa. Dan mencoba mengganggu lagi sehingga Raksa mati dalam game yang ia mainkan. Bukannya minta maaf, Dexa malah berlari ke bangku Rizal dan menarik tangan Rizal agar ikut dengannya. Rizal yang tidak tau apa apa hanya mengikuti berlari. Malahan dia yang lebih kenceng larinya dari Dexa. Bahkan Dexa sudah kelimpungan dengan tarikan dari Rizal.
“Jal.. hosh hosh. Lo kenapa lari bujangg. Capek gue ngikut langkah lo.” ujar Dexa mencubit pinggang Rizal yang terpampang manis itu.
Rizal meringis dengan cubitan Dexa. Dan mengusap pinggangnya yang sakit.“Lo yang ngajak gue lari markonah. Gue kira lo kebelet pen pup. Jadi gue lari cepetlah. Takut lo kebobolan di jalan.” sinis Rizal masih tak terima di sengat Dexa.
“Dasar. Gue bukan kebelet Jal. Tadi gue kira Raksa mau membumihanguskan gue. Ternyata dia kagak ngejar.” kesal Dexa.
“Yaudah, yok balik, dah capek capek gue lari, ternyata ga guna. Untung sayang.” gumam Rizal yang masih didengar Dexa.
Dexa melotot ke arah Rizal, dia sih cengengesan. Rizal merangkul pinggang Dexa dan membawanya kembali ke kelas dengan selamat.
'''''''''
Haiiii... Ketemu lagi kitaaa. Gimana gimana? Nyambung ga. Hampuraaa:') Amatirann aku gays. Terimakasih udah mengapresiasi dan membaca cerita ga jelas ini. Semoga kalian terhibur. Bigluv💝
26/03/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DEXA'S WORLD
HumorKisah tentang Dexa dan teman-temannya dengan segala kegajeannya dari lahir. Kisah minim konflik, intinya bahagia-bahagia aja dibanyakin. Cuma kisah keseharian Dexa dalam menjalani kehidupannya. Yang ingin tau gimana keseruan dan kocaknya sosok Dexa...