Tiga hari sudah Andrean pergi meninggalkan sang kekasih hati. Tiga hari pula kehampaan mendera seorang Alifa wijaya kusumah.
Seorang gadis cantik mematut diri di depan cermin, tatapan yang dulu berbinar kini tak lagi sama, sorot mata yang lembut dan ramah bak menghilang tertelan waktu. Seharusnya Alifa terlihat sangat cantik nan elegan dengan Gaun pernikahan bernuansa putih gading yang dipenuhi manik di beberapa bagian dan membalut indah pada tubuhnya saat ini. Namun, semua itu sama sekali tak mampu memancarkan bahagia di wajah seorang Alifa.
Alifa menjelma bak boneka yang penuh kehampaan. Bibir yang selalu berucap lembut dan ramah kini mengatup rapat menyiratkan betapa dalamnya luka yang dialami sang hati atas ketidak adilan takdir.
Sofia menatap sendu putri sulungnya "Nak ... tersenyumlah, berbahagialah untuknya saat ini. Mamah sangat yakin Andrean akan merasa bahagia disana jika kamu menerima dengan ikhlas semua yang telah terjadi." Ia berharap ucapannya dapat menjadi pelipur lara sang buah hati.
Alifa menggigit bibirnya kuat menahan getaran yang ditimbulkan karena tangis yang kembali menggugu.
"Ingatlah nak, tuhan tidak akan pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya." Ucap Sofia lembut mencoba menguatkan Alifa.
Alifa hanya sanggup menunduk dalam dan terdiam meratapi pahitnya kenyataan yang saat ini menderanya.
"Jangan pernah menangisi takdirmu nak, cintailah Andrean dengan kebahagiaanmu!"
Aliefa tertegun. Ibunya benar, ia harus bahagia demi Andrean. Ucapan terakhir sang ibu mampu memberi sedikit kekuatan untuk raga dan hatinya.
"Makanlah meski sedikit, karena mamah yakin Andrean tidak pernah ingin melihatmu seperti saat ini."
Selama tiga hari ini Alifa memang tidak bisa memakan apapun. Pikiran dan kesedihan yang menderanya saat ini membuat asam lambungnya kian naik dan selalu memuntahkan makanan apapun yang memasuki lambungnya . Tubuh Alifa yang terlihat sangat kurus dan wajah yang nampak pucat serta tatapan yang sendu sangat menjelaskan betapa beratnya kesedihan yang menderanya saat ini.
Dengan berat Alifa menerima suapan dari sang ibu, alifa mencoba meyakinkan hatinya sendiri jika dia harus kuat dan bahagia untuk sang kekasih hati, Andrean.
"Tersenyumlah, karena Andrean sangat menyukai senyumanmu nak."
Sang ibu tetap berusaha mencoba menjadi pelipur lara sang buah hati. Ucapan terakhir sang ibu terasa sedikit menghangatkan sisi hati Alifa yang beku.
Suara lelaki yang mengucapkan ijab qabul terdengar dari pengeras suara yang terpasang di kediaman kusumah. Suara yang terdengar sangat asing itu nyatanya mampu memilin perih hati seorang Alifa.
Alifa mencoba tersenyum meski dengan air mata yang berderai membanjiri pipi, ia berharap jika senyuman itu dapat sedikit memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.
Flashback on
Seorang wanita paruh baya nan anggun dan cantik ditemani oleh seorang lelaki muda yang terlihat memiliki banyak kesamaan dengan seorang spesial yang telah pergi meninggalkan seorang Alifa, mendatangi kediaman kusumah dengan tergesa.
Setelah 2 hari berlalu semenjak ditinggal sang buah hati pergi untuk selamanya, Winda wiryatama mendatangi kediaman kusumah dengan maksud yang membuat kedua keluarga tercengang.
Dengan membawa semua harapan serta menjaminkan kebahagiaan untuk kedua keluarga, Winda meyakinkan keluarga Kusumah bahwa pernikahan akan tetap berlangsung. Meski sebenarnya keluarga kusumah sudah berusaha menolak karena masalah yang terjadi bukanlah disebabkan larinya mempelai pria atau apapun yang berakhir mempermalukan pihak keluarga kusumah. Namun seorang Winda wiryatama terlanjur jatuh hati kepada seorang Alifa dan bersi keras ingin menjadikan Alifa wijaya kusumah sebagai anak menantunya.
Winda meyakinkan kebahagiaan yang akan di dapatkan seorang Alifa dari pernikahan ini meski sang mempelai digantikan oleh adik dari Andrean Malik Wiryatama. Winda mengatakan jika Alifa dibiarkan terus berlarut dalam kesedihan seorang diri, maka itu takkan pernah berakhir baik dan sebisa mungkin Winda ingin bertanggung jawab meski mempelai pria bukanlah si sulung Wiryatama melainkan bungsu dari keluarga wiryatama yakni, Ken raditya wiryatama.
Rahman wijaya kusumah sempat merasa tersinggung dengan gagasan yang diberikan oleh Winda, namun jika melihat kembali keadaan sang putri yang kian terpuruk dan tatapan hampa yang selalu Alifa tunjukkan membuat semua keluarga yakin jika Alifa memang harus tetap melangsungkan pernikahan. Rahman meyakini ini adalah guratan takdir dan garis cerita untuk putri sulung kusumah. Dengan sedikit berat hati akhirnya Rahman menyetujui gagasan dari keluarga wiryatama, meski mempelai bukanlah cikal dari keluarga wiryatama. Namun Rahman berharap putri sulungnya akan kembali ceria seperti sedia kala.
Flashback off
Pernikahan yang tetap dilangsungkan ini masih bersifat pernikahan siri. Karena keluarga Wiryatama belum sempat mengganti dokumen yang terdaftar menjadi Ken Radutya Wiryatama.
"Nak ... mari kita segera turun, suamimu sudah menunggu di pelaminan." ucapan Sofia menarik Aliefa dari lamunan perih seorang Alifa.
Dengan langkah berat dan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang Alifa berusaha menguatkan hati serta dirinya atas kenyataan yang menyambutnya nanti di pelaminan.
Genggaman tangan Sofia kian erat kala ia menyadari tangan sang buah hati terasa dingin dan gemetar. Sofia menatap sendu putrinya. Ia sangat memahami ketakutan dan kegelisahan putrinya saat ini.
"Semua akan baik-baik saja nak." Usapan lembut Sofia di punggung tangan Alifa sedikit memberikan kekuatan untuknya.
Meski wajahnya tak sesendu kemarin, namun Sofia masih bisa melihat kesedihan yang teramat dalam dari tatapan kosong sang buah hati tunjukkan. Alifa masih sama dengan Alifa tiga hari yang lalu. Meski Alifa berusaha tetap tegar, namun hatinya masih tetap sangat rapuh.
Alifa berjalan menunduk, dia hanya mengikuti kemana sang ibu menuntunnya. Hingga saat pandangan Alifa menatap pada sepasang sepatu berwarna hitam di depannya. Alifa masih menunduk, dia sama sekali tidak berani menatap lelaki yang berada di depannya saat ini, meski hati Alifa sangat menyadari jika yang berada dihadapannya kini adalah suaminya. Tepatnya Suami pengganti yang entah apa alasannya hingga seorang Ken raditya wiryatama menyetujui gagasan dari ibunya, Winda wiryatama.
Alifa masih setia memandangi karpet merah yang berada di bawah kakinya. Hingga, kecupan hangat di kening Alifa membuatnya sangat terkejut dan dengan cepat dia menatap sang suami dengan tatapan penuh kesedihan, Alifa menatap lurus ke dalam mata setajam elang milik suaminya dan sukses membuat pertahanannya selama ini runtuh. Matanya kembali memanas, air mata yang terasa tak pernah habis itu kembali membanjiri pipi. Alifa menangis tergugu di depan sang suami atau lebih tepatnya suami pengganti yang entah apa alasannya hingga ia mau menggantikan posisi Andrean Malik Wiryatama.
Tangan Ken terulur menghapus air mata di pipi Aliefa. Dan tentu saja sikap yang Ken tunjukkan membuat Aliefa terkejut. Hatinya sedikit menghangat kala kelembutan Ken menyentuhnya "Andrean benar tentangmu Ken." Bathinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Vow (End)
Romancesetiap pernikahan pasti menyatukan dua insan yang saling mencintai. ikrar yang terucap akan menjadi kunci dari masa depan dan tanggung jawab yang harus digenggam. Semua cobaan dalam biduk rumah tangga akan kami arungi dengan kebahagiaan, setidaknya...