Setelah Arum merasa detak jantungnya sudah kembali normal, ia mendudukkan diri dan menghela napas berat.
'Kenapa, sih, Rum? Baru kenal masa sudah suka. Belum boleh pokoknya.' Monolognya pada diri sendiri.
Tapi, tiba-tiba si buntalan kecil muncul lagi sambil mengerucutkan bibirnya. Sukses membuat Arum tersadar dari lamunannya dan terkekeh kecil selanjutnya.
"Kamu, kok, balik lagi, sayang?" tanyanya sambil mengelus rambut si kecil ketika ia mendekat.
"Sebel! Sama mama. Pokoknya sebel sebel sebel!"
Rengekannya membuat Arum menggelak tawa, tapi si kecil semakin merasa kesal.
"Yaudah ... kalau lagi kesel tuh enaknya makan, lho. Nanaz kan sudah janji untuk temenin kakak keluar beli makanan tadi."
Niatnya ingin mencoba menghibur adiknya. Meskipun yang didapat dari adiknya adalah tatapan judging khas anak kecil, Arum masih sanggup menggoda adiknya sedari tadi supaya bisa menuruti permintaannya.
Oh, ya. Arum teringat persyaratan yang diberikan anak kecil itu tadi.
"Syarat yang tadi, kita bicarakan setelah selesai makan, oke?"
Setelah mencerna perkataan kakaknya, nanaz langsung pergi begitu saja mengarah ke pintu keluar yang tandanya ia bersedia menemani kakaknya.
Arum tersenyum, mengambil sling-bagnya dan membuntuti si kecil yang sudah melangkah lebih dulu di depan.
[]
Setelah terhitung 30 menit dan merasa sudah selesai membeli kebutuhannya, Arka berniat langsung pulang saja, belanjaannya lumayan banyak, tidak ada niatan untuk sekedar mampir ke kedai makanan atau semacam drinkshop sekalipun. Ribet.
Untungnya, Arka membawa tas ranselnya. Menurutnya lucu saja kalau laki-laki cem Arka menjinjing paper bag sebanyak itu. Lucu saja pokoknya. Jangan ditanya kenapa!
Namun, saat menemukan Arum & Nanaz berlarian kesana kemari ketika ia sedang menuju pintu utama, mereka membuatnya menghentikan langkah begitu saja dan merekah senyum selanjutnya.
Iya, jadi mereka berdua sudah kembali ke toko setelah puas pergi keluar membeli pangan untuk mengenyangkan perut.
Mereka kini sedang mendebatkan persyaratan tadi yang katanya akan didiskusikan setelah selesai makan.
Namun, mereka justru saling kejar-mengejar sekarang.
Ketika Nanaz menyadari pemuda yang kerap sekali dipanggil bang pidelka itu sedang memperhatikan, ia langsung menghampirinya dan bersembunyi dibalik pemuda itu yang membuat Arum menghentikan aksi kejar-kejarannya.
"Nanaz! Aku tuh bakal nurutin persyaratan kamu apa aja. Asal jangan meminta phone chase kakak yang satu itu!" Arum sedikit merengek dan menunjukkan tampak frustasinya akibat barang kesayangannya diminta paksa oleh adik kesayangannya juga.
Arka yang melihat itu, menjadi sedikit tertarik untuk melerai pertengkaran kecil di antara kakak-beradik itu.
Ia menoleh ke arah nanaz yang kini masih berada di belakangnya, puas cekikikan tanpa rasa bersalah, membuat Arka mengerti, kalau si kecil ini hanya sedang menggoda kakaknya.
Namun, guyonannya terlalu dianggap serius dengan si kakak, karena mungkin, yahh ... ada sesuatu yang membuat si gadis berwajah frustasi di seberang sana tidak ingin diajak bercanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/212911754-288-k957138.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Relasi Takdir.
FanfictionArka itu domain sementara Arum kodomainnya. seri lokal © 2020, d x n a m o n d.