O.7 : D-2 hiking time.

572 111 22
                                    

Jum'at.
H-2 menuju hiking time ke Gunung Puntang.

Hari ini pukul sembilan lebih tiga puluh. Tiap kantin di setiap kampusnya pasti tidak pernah sepi. Secara kan, mahasiswa ambil kelas di jam yang berbeda-beda. Kalau ada jam kosong dan kelas belum dimulai, kantin menjadi salah satu tempat untuk mereka yang sekedar nongkrong ria sebelum/setelah kelas berlangsung.

Seperti Arka yang hari ini ambil kelas siang. Kini sedang nongkrong di kantin bareng teman-temannya sambil menunggu kelas pagi selesai. Arka sekarang sedang asyik mabar dengan Jihar yang duduk tepat di samping kanannya.

"Mati lo, Har."

"Goblog, Arka, nanti dulu! Jangan buat gue mati dulu!"

"CMON SHOOT THAT ONE, HAR!"

"Bct, Ka!"

"Dibilangin shoot yang it–"

"WOYLAH ARKA!!"

"HAA ... mampus tolol!" teriak Arka sewaktu puas memenangi game yang ia mainkan dengan Jihar.

Jihar yang sudah biasa kalah, kini hanya bisa menghela napas.

Bete, pasti. Tapi, sewaktu Shella datang, berjalan menuju mejanya dan teman-temannya berkumpul, sambil membawa 2 mangkuk yang Jihar yakin berisi seblak, ia rasa mood baiknya setidaknya muncul lagi.

Satu, karena Shella muncul disaat yang tepat. Dua, karena Jihar yakin seblak yang ada di tangan Shella satunya itu pasti untuk dirinya.

Shella datang tidak sendiri, melainkan ditemani Zia yang membuat suasana hati Heksa berubah total.

Wait.
What's going on between Heksa and Zia?

Ah, itu. Arka tahu.
Sebenarnya semuanya juga tahu, kalau sesuatu mengganjal ada di antara keduanya.

Maka, sewaktu Shella dan juga Zia sampai di meja tempat mereka berkumpul, Heksa spontan merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel yang kini sudah ada di tangannya dan mulai menggerakkan jarinya di atas benda persegi panjang yang berlayar dua itu.

He. btw, hp Heksa merk samsung fold.
It was holang kaya things only.

Arka yang diam-diam memperhatikan gelagat Heksa yang aneh itu, hanya bisa tersenyum miris.

'Heksa selalu begini. Heksa yang selalu manis di depan semua orang selalu berubah sedingin batu es tiap berhadapan dengan Zia.' Begitu pikir Arka.

"Nih, Har, seblaknya."

Itu Shella yang bicara sambil menyodorkan mie seblak ke arah Jihar yang tentu disambut senang oleh si empu.

Senang, sih, senang.

Tapi isinya bikin Jihar tidak menyangka kalau pacarnya ini ingin meracuni atau membuat Jihar mati kepedesan di tempat?

"Buset! Merah banget goblok!" kaget Jihar sewaktu melihat isi mangkuk yang berisi seblak dengan sambal semerah darah.

"Bodo, nyet. Udah mirip pipi lo yang blushing setiap gue gombalin kan?"

Dikata kalau sedang blushing pipinya berubah merah, Jihar tidak terima.

"Mbak, punten! Kalau blushing itu warnya merah muda. Pipi gue mah kalau merah pasti gara-gara ditabok sama tangan lo! Bisa bedain nggak sih, njer?"

Relasi Takdir.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang