Ingatkah kamu ketika dirimu menjanjikan dunia padaku.
Ingatkah kamu ketika dunia ku runtuh dan kau datang menyelematkan ku dari badai.
Ingatkah kamu indahnya mencintai seseorang dengan sepenuh jiwa.
_______________________________
Chimon membenarkan letak kerah sang kekasih—bagi Chimon. Pagi itu Pluem harus ada di rapat antar ketua klub di kampus.
"Ingat, kakak harus pulang sebelum jam makan siang. Kalau tidak—
"Iya, sayang. Kakak pulang 1 jam sebelum jam makan siang, bagaimana?"
"Oke! Sudah nanti kakak terlambat,"
"Bubye, baby. See ya later. Love you!"
Chimon melambaikan tangan saat Pluem sudah di depan pintu. Pluem berbalik badan dan melayangkan ciuman jarak jauhnya. Chimon hanya bisa tertawa.
Bahagianya dia ada di sang kakak. Jelas.
_______________________________
Dengan ekspektasi tinggi tersimpan di dada, Chimon tidak habis pikir kenapa Pluem harus sekejam ini.
Bercumbu manis dengan wanita yang Chimon yakin Pluem juga tidak tahu siapa. Ingin memberontak, tetapi kepalanya bekerja lebih cepat dibanding hatinya saat itu.
Kalau dia memang benar sayang, wanita itu tidak seharusnya ada di pangkuan Pluem. Ingat, ada harga yang harus dipertahankan. Just let him be. You know you're not that important for him. Back off.
Denting musik yang keras menambah beban yang harus Chimon bawa. Dengan masih keadaan sober, dia menyeret segala raga dan jiwanya untuk pergi ke kamar mandi. Setidaknya jika dia menumpahkan isi hatinya di sana, tidak akan ada yang peduli.
Oh boy he is wrong.
Baru masuk lorong kamar mandi bar, dirinya sudah dipojokkan ke tembok. Tidak bisa ditahan, Pluem menabrakkan bibirnya ke milik Chimon dengan kasar.
Chimon tidak menolak dan tidak juga menerima. Relung hatinya merasa sakit yang teramat mengingat bibir ini bukan lagi miliknya—tidak pernah menjadi miliknya.
"Kakak sayang Angel na,"
That's not his name.
_______________________________
"Kita saling mencintai,"
"Tapi kakak sendiri yang menyakiti aku!"
Chimon memukul dada Pluem. Berharap ada yang berubah bila ia terus memukul. Berharap tembok tebal di hatinya akan runtuh bersamaan dengan air matanya.
Pluem menahan tangan Chimon. Dia sudah merasa cukup. Apa yang Chimon lakukan sudah melewati batas. Chimon tetap menangis keras apa lagi setelah dia tau bahwa usahanya selama ini sia-sia.
"Cinta! Yang Chimon kasih ke kakak!"
"Tidak memberikan kakak keberanian sama sekali?"
"Keberanian untuk mencintai orang seperti aku?"
Dua kalimat terakhir diucapkan dengan lirih. Banyak tersimpan rasa sakit di dalamnya.
Berakhir bersimpuh di depan sang kakak dengan keadaan tidak lagi mampu menahan isak tangis.
"Chimon, kakak harus pergi. Maaf kakak tidak bisa menemani Chimon malam ini,"
Fakta bahwa Pluem tidak meminta maaf atas keadaan Chimon sekarang membawa Chimon ke realita.
_______________________________
ayyy bae kembali dengan angst. kangen abang pluem sama dek chimon:'( also bae lagi nonton my engineer the series hehe. bohn ganteng bgt woe ah
also note:
- cerita ini terinspirasi dari sebuah video di youtube. sudah bae kasih di media ya. kalau mau nonton silahkan jaini beberapa salah satu ide yang bae adaptasi di chapter ini: ↓↓↓
scene 1; Theory of Love <OffGun>
scene 2; Theory of Love <OffGun>
scene 3; Until We Meet Again <OhmFluke>
Together With Me <MaxTul>DAN
thank you for 200K+ reads di buku ini!
let's hit another milestone together again. each day is a wonderful milestone with you guys🖤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓰𝓶𝓶𝓽𝓿 𝓲𝓷𝓼𝓽𝓪𝓰𝓻𝓪𝓶
Fanfictiongmmtv boys on insta! serba-serbi anak om tha lowercase intended