Chapter 1

17.4K 505 11
                                    

Hai ini cerita pertama karangan author loh. Jadi mohon maaf ya kalo banyak kesalahan dalam penulisan maupun bahasa, namanya juga author lagi belajar. Kritik dan saran kalian author terima dengan senang hati, jangan lupa vote dan komennya biar author tambah semangat nulisnya. Okay selamat membaca, semoga kalian suka ya dengan cerita karangan author .
•••••••••

Prolog

Gadis berambut coklat itu berjalan di tengah musim dingin yang tengah melanda New York dengan jaket tebal, syal berwarna pastel yang mengantung di leher dan sarung tangan manis yang melekat di tangannya yang mungil.Gadis itu berjalan menuju ke sebuah bangunan Max Cafe yang tak lain adalah tempatnya bekerja.

"Selamat pagi," sapa Shelyna kepada rekan-rekannya ketika memasuki ke ruangan staff yang berada di cafe tersebut.

Shelyna sudah lama bekerja part time di cafe tersebut setelah selesai jam kuliah. Shelyna adalah mahasiswi semester tujuh jurusan Bisnis di Columbia University, dan ia merantau sendiri di kota metropolitan New York. Untuk mencukupi kebutuhannya mau tidak mau Shelyna harus bekerja sambilan, apalagi disaat krisis moneter yang sedang menimpa keluarganya. Sudah setahun ini usaha keluarga Shelyn mengalami penurunan, dan ia berusaha mengurangi beban orang tuanya dengan menabung agar bisa membiayai kuliahnya sendiri. Karena Shelyna tidak termasuk mahasiswa yang menonjol di bidang prestasi dan ia tidak mungkin dapat beasiswa, maka dari itu ia bekerja keras agar dapat membiayai kuliahnya sendiri. Mulai dari kerja part time, event-event, hingga joki tugas Shelyna lakoni.

"Shelyn nanti jalan yuk," ajak Vicky yang tak lain adalah rekan kerja Shelyna di Max Cafe.

"Huh bulan ini aku tidak bisa berfoya-foya Vick, aku harus menabung untuk sewa apartemen dan biaya kuliah untuk ujian akhir nanti," jawab Shelyn.

"Tenang saja Shel,  kali ini aku yang traktir," tawar Vicky.

"Aku tidak enak padamu Vick, kau sudah sering membantuku."

"Hmmm kau seperti dengan siapa saja Shel, sudah santai saja ikut aku ya nanti," jawab Vicky.

Shelyna menyetujui tawaran Vicky untuk mengajaknya ke restoran asia, karena kebetulan Shelyn suka sekali dengan makanan asia yang satu ini.
Setelah selesai bekerja dan menerima upah bulanannya, Vicky dan Shelyn memutuskan untuk berjalan-jalan ke daerah Sutton Place disana mereka memutuskan untuk makan di Lychee House yang menyajikan menu dimsum tentunya.

"Kamu tidak apa- apa kan Shel pulang sendiri?" Tanya Vicky.

"No prob vick, lagi pula apartemen aku deket kok dari sini. New York masih ramai Vick kamu tenang saja, oh terima kasih ya sudah traktir aku makan. Besok kalau aku sudah ada uang lebih giliran aku yang akan traktir kamu,oke?"

"Iya Shel santai saja," jawab Vicky.

"Itu August sudah sampai Vick," kata Shelyn sambil menunjuk August yang turun dari mobil sedan nya.

"Okay byee Shel, aku pulang dulu jaga diri baik-baik yaa," Vicky melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil.

Dan sekarang tinggal lah Shelyn sendirian berjalan menuju halte bus yang letaknya sekitar 300meter dari restoran tempat ia makan tadi. Dan jalan yang Shelyn lewati pun cukup sepi dan gelap.

"Kenapa perasaan ku tidak enak ya?huss huss jangan berfikir yang enggak-enggak positif thingking. Okay!" kata Shelyn dalam hati.

Tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang merebut tas Shelyn, padahal di tas tersebut berisi uang gajian Shelyn selama bekerja part time di Max Cafe, dompet dan barang-barang berharga Shelyn.

"Tasku, tolong!" teriak Shelyn sambil berusaha merebut tas tersebut dari tangan penjambret.

Namun karena tenaga penjambret tersebut lebih kuat dibanding Shelyn, Shelyn jatuh di jalan raya dan hampir tertabrak mobil. Nyaris saja mobil itu menghantam Shelyn kalau tidak mengerem mendadak, lalu pengemudi mobil itu keluar dan marah-marah.

"Kamu ini bagaimana sih? Kamu tau tidak kamu bisa saja mati kalo tadi saya tidak berhenti," bentak pria itu.

"Maaf tadi saya didorong orang, tas saya, dompet saya, uang saya..." kata Shelyn sambil menangis terisak-isak.

Melihat Shelyn yang menangis terisak pria itu pun iba dan menolong Shelyn untuk berdiri dan duduk di mobilnya.

"Jadi bagaimana ceritanya kamu bisa seperti ini?" tanya pria itu dengan nada yang lebih lembut.

"Tas saya dirampas padahal disana ada dompet saya, handphone, kunci apartemen, gaji saya."

"Oke oke kamu tenang dulu, minum ini dulu," kata pria itu sambil menyodorkan air mineral.

"Tapi bagaimana saya bisa pulang kunci apartemen saya ada di tas itu, shittt."

"Malam ini kamu menginap di apartement saya saja dulu, kamu telfon ke pihak keamanan tempat tinggalmu dan besok kamu baru laporan ke kepolisian."

Shelyn hanya diam dan masih tampak sangat cemas.

"Tenang saja saya tidak akan berbuat aneh-aneh kok."

Shelyn hanya mengangguk dan mengiyakan ajakan pria yang baru menolongnya tersebut.Apartement pria itu terletak di 20 W 53rd St, New York . Rupanya pria itu bertempat tinggal di Baccarat Residence dan yang membuat Shelyn semakin terpesona pria itu menempati penthouse yang jangan ditanya lagi pasti harganya selangit, berkali-kali lipat dari harga sewa flat Shelyna. Penthouse tersebut didominasi oleh warna putih dan warna-warna lembut yang sejuk dimata , walaupun barang-barang di tempat ini terkesan sangat minimalis namun penthouse ini terkesan tetap mewah ditambah dengan hiasan chandelier putih yang cantik yang memperkuat kesan mewahnya, penthouse ini tampak sangat nyaman untuk dihuni. Seperti ada sentuhan wanita di penthouse ini.

"Tidak mungkin pria sedingin dia bisa mendekorasi ruangan senyaman ini,"batin Shelyna.

"Sudah selesai memandanginya?" tanya pria tersebut membuyarkan lamunan Shelyna.

Shelyna hanya diam, terlihat malu karna pria itu menyadari bahwa dirinya sedari tadi mengagumi penthouse pria tersebut.

"Malam ini kamu istirahat disini saja, tapi maaf agak berdebu karena sudah lama tidak ditempati."

"Iya tidak masalah, sebelumnya terima kasih atas tumpangannya," kata Shelyn.

Pria itu pun hendak pergi keluar kamar, namun tiba-tiba langkahnya terhenti dan berbalik ke arah Shelyna.

"Oh iya nama kamu siapa?"tanya pria tersebut.

"Shelyna."

"Ok Shelyna, good night," kata pria tersebut yang lalu keluar dari kamar yang ditempati Shelyna.

"Sebenarnya pria itu tampan, tidak tidak bahkan dia masuk ke dalam daftar most handsome man. Matanya yang berwarna biru, serta rahangnya yang tegas, dibungkus dalam wajah maskulinnya. Dan tubuhnya terlihat atletis dengan sempurna walaupun terbungkus dalam pakaian kerjanya," batin Shelyn.

Tiba-tiba saja Shelyn teringat pada Ethan ketika sedang melamunkan pria lain yang baru saja dikenalnya itu.

"Ya Tuhan Shelyn kamu mikirin apa, inget Ethan, kamu sudah punya Ethan," tegas Shelyn dalam hati sambil merutuki dirinya sendiri.

Shelyn melihat ada sebuah kartu nama yang tergeletak di meja kamar, ia penasaran dan melihatnya.

"Oh nama pria itu Justin Gray."

•••••••••••••

Gimana readers, aneh nggak cerita author? Jadi author bayangin tokoh Shelyna dicerita ini adalah Emma Watson. Jangan lupa vote dan komennya biar author semangat hihi ;))

Beautiful NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang