Paginya berikutnya, Terry sudah agak baikan dan melihat Londo masih tidur. Butuh lima menit bagiku untuk menormalkan denyut di kepala yang terasa menusuk ini. Setelah dirasa cukup, aku bangkit dan beranjak ke dapur.
Suasana apartment sama sekali tak berubah, masih sama persis seperti tadi malam sebelum aku tidur. TV masih menyala, gelas minumku masih di atas pantry. Perlahan, aku membersihkan apartment sambil memasak nasi. Setelah apartment tampak rapi, Terry bingung mau masak apa dan tubuhku semakin berat. Akhirnya, aku memilih duduk di sofa dan menyandarkan kepala ke punggung sofa.
"Getting better?"
Aku membuka mata begitu merasakan belaian di rambutku. "Hm.."
Kami diam untuk beberapa saat. Aku menikmati belaian tangannya dan dia.. entahlah, Aku tak memperhatikannya.
"Lo masak nasi?" Tanya Londo.
Mataku terbuka seketika mengingat aku belum memasak untuk sarapan kami. "Astaga, lo belum sarapan ya!" Pekikku.
Tapi tangan Londo menghentikan pergerakanku. "Santai, kita delivery aja."
"Gue udah masak nasi, tinggal lauk aja kok."
Londo mendelik, "Lemme cook, then."
Ia pun bangkit dan memasuki dapur. Dengan cekatan, ia mengeluarkan bahan-bahan makanan dari kulkas, membersihkannya dan melanjutkan tahap-tahap lainnya. By the way, Londo tidak seperti laki-laki lainnya yang ku kenal. Ia sangat pandai memasak, dan masakannya enak sekali. Mungkin aku tak seberapa. Lupakan bahwa dia selalu menomor satukan alat vital yang berada di antara kakinya.
Aku hampir kembali tertidur di sofa jika Londo tidak menyenggolku.
"Tidur?"
Aku tak menjawab pertanyaannya dan malah menatap dengan penuh semangat sup krim di hadapanku. Pasti enak dan creamy. Tanganku sudah terulur namun tangan Londo lebih cepat, ia sudah menyodorkan sesendok sup krim ke depan mulutku yang langsung kuterima dengan senang hati.
Satu mangkuk besar sup krim ku habiskan berdua Londo dengan disuapi. Aku merasa kenyang, dilanjutkan meminum susu hangat buatan Londo, sedangkan Londo menikmati beef teriyaki untuknya. Aku harus beristirahat pagi ini karena siang nanti aku akan pergi menemani pacarku menyiapkan acara di apartment miliknya.
Aku memejamkan mata sekitar 10 menit saat tubuhku malah mengigil. Kenapa ini? Ayolah, aku harus membaik, jangan semakin parah.
"Better?"
Tangan Londo memelukku erat agar aku tidak merasa kedinginan. Sayangnya, sekalipun sudah diselimuti dua lapis, aku masih kedinginan. Astaga.
"Lo.." Panggilku pelan.
"Apa? Masih dingin? Mau gua tambahin selimutnya?"
Aku menatap matanya, terpancar kekhawatiran disana. "I need to get better as soon as possible. My boy asks me to help him prepare his party. Now, I need your help."
"Just tell me."
Aku semakin merapatkan diri dengannya. "Sex will warm me up."
Londo menatapku tak yakin. Ya, walau dia sangat menyukai kegiatan ini denganku, namun ia tak pernah tega melakukannya jika aku sakit. Dan kini, malah aku yang memintanya. Well, it really warms me up indeed.
"Lo sakit—"
"Please."
Londo pun akhirnya mendekatkan diri dan mulai mencium tengkukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sleepmate ✔️
ContoPergaulan anak Jakarta memang menggila, apalagi yang memiliki masalah seperti diriku. Apa masalahku? Sederhana, hanya terlalu sering diabaikan oleh orangtua.