Tujuh

1.4K 29 1
                                    

Londo kembali berusaha mendapatkan hati wanitanya. Hari esok setelah kejadian memalikan dimana Londo memergokiku, ia kembali pergi berjuang.

Ah, teman tidurku itu. Dia sangat gigih. Dan aku harus menjadi penyemangatnya. Atau dia akan goyah.

Hidupku berjalan seperti biasa. Sibuk, melamun, asik sendiri.

Dion rajin menghubungi dan aku selalu tampak seperti abg setiap kali mendapatkan pesan darinya yang juga sibuk sepertiku.

Dion. Ia adalah laki-laki yang sangat kusayangi. Namun semakin aku menyayanginya, kesadaran semakin menghampiriku bahwa aku tak layak untuknya.

Aku memiliki kekasih dan juga teman tidur. Dengan orang yang berbeda.

Ceklek.

Aku menoleh pada suara pintu yang terbuka dan menemukan sosok Londo yang berjalan lurus dengan senyum tipis menghampiriku. Tanpa aba-aba, ia memelukku erat dan menenggelamkan kepalanya di bahuku.

He's tired, but he won't give up. I know.

Kali ini, tanpa kata-kata penyemangat aku hanya menepuk kepalanya pelan. Membiarkannya merasakan energi positif yang kuberikan.

***

Sudah satu minggu Londo tak pulang. Semalam aku menanyakan keberadaannya karena akhir pekan ini aku akan pergi meninggalkan rumah untuk short vacation bersama sahabatku Vio.

Ceklek.

Aku mendongak dari pekerjaanku dan menemukan Vio masuk dengan koper kecilnya. Anak ini sangat bersemangat.

"Jadi kan, Te?"

Aku mengulas senyum dan mengangguk semangat. "Masa gak jadi. Suntuk gue."

"Sleepmate lo gimana?"

Hanya Vio yang berani melabeli Londo dengan nama tersebut. Hanya Vio yang mengetahui keberadaan Londo dalam hidupku dan menjaga rahasia ini selalu aman dari Dion.

Bukan maksudku untuk menduakan Dion atau mempermainkannya, hanya saja Dion adalah laki-laki baik dan lurus. Sedangkan aku adalah perempuan yang mengenal surga dunia. Londo adalah jalan keluarku.

"He will not coming home any sooner."

"Great. Let's go!"

Kami pun beranjak membawa koper kecil masing-masing. Ah, liburan.

***

Kami berlibur ke sebuah resort di atas laut. Ini yang aku butuhkan.

Vio langsung merebahkan diri di atas kasur karena lelah, sedangkan aku meneruskan langkah menuju bagian belakag kamar dimana terletak kolam renang pribadi serta tangga langsung menuju laut. Tuhan, indahnya.

Aku duduk di anak tangga paling atas dan memandang hamparan laut luas di hadapanku. Tempat seperti ini di sebuah negara lain adalah tujuanku untuk menghabiskan waktu honeymoon bersama Dion nanti. Namun kini aku bimbang, Dion, lelaki itu sangat baik dan manis juga menghormatiku.

Aku masih sangat ketergantungan dengan Londo. Aku tau diriku yang rusak, yang tidak mudah lepas dari jerat hasrat. Salahku.

"Ngapain sih lo bengong?"

Aku menoleh dan mendapati Vio berjalan menghampiriku, sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian renang. "Nope." Vio menceburkan dirinya ke dalam air kolam. "Basah, Vi!" Decakku.

Vio tersenyum, "Ya lo nginep disini emang buat basah-basahan, Te."

"Gue belum ganti baju."

"Gih ganti. Asal lo gak naked aja disini, gaada Londo yang bisa bikin lo basah."

"Sinting!"

Aku beranjak masuk meninggalkanya yang menertawakanku dengan sangat puas.

Aku mengambil ponsel dan melihat Londo mengirim pesan.


From : Londo

Te, I need you.


Aku menatap langit-langit ruangan dan menghela napas kasar, "Oh God!"

***

Vio melempar tatapan kesal padaku sepanjang makan malam. Ia kesal karena pada akhirnya Londo menyusul kami dan sekarang sedang dalam perjalanan. Ia telah memesan kamar yang berjarak 3 kamar dari kamar kami.

"Vi, c'mon."

"Lo yang.. c'mon Te, mau sampai kapan sih? Lo tau kan rahasia gak bisa disimpan selamanya. Bakal ketauan."

"I know. Lemme.. think."

"What will you think? It's been years already, Te. Lo mau Dion tau? Atau lo mau tetap begini meski lo maupun Londo udah punya pasangan? It's not good."

Aku menghela napas, "Gue ketergantungan sama dia, Vi, you know. Whenever he says he needs me, at that time I feel I need him too."

"Ini gak akan berjalan selamanya kan?" Vio menatapku yang ragu menjawabnya. "Te!"

"I'm not sure to answer."

Vio menatapku tak percaya. "Gue fine malam ini ditinggal tidur sendiri, Te. But I'm not fine with your decision to continue this kind of relationship with him."

Ya, ini salah. Tapi gak bisa mendadak semua berubah kan. Pelan-pelan.

"Gimme time."

"I did."

Ponselku berbunyi dan nama Londo hadir disana. Aku menatap Vio dengan rasa tak enak.

Vio melambaikan tangannya, "Go on. I don't have anything left to say."

"Sorry." Ucapku kemudian pergi.

***

Aku masuk dan melihat London sedang meminum alkohol di pinggir kolam. Aku menghampirinya. Ia mendongak sekilas dan kembali meneguk minumannya.

"Hai." Sapaku. "How's life?"

Londo memberikanku gelasnya, aku pun menerima dan menegaknya. "Well, I got her father's permission." Jawabnya pelan.

"Really?" Londo mengangguk. "Terus kenapa lo muram gitu?"

Londo menatap air kolam yang terang dan tenang. "I got her, but I think I don't deserve her."

"What?"

Londo mendongak menatapku, "Tell me, I don't want to hurt her, but I have lust to be fulfilled. And I still have you."

Aku terdiam dan hanya menatap Londo. Oh God!

***

My Sleepmate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang