Chapter 3

414 80 46
                                    

Seo Changbin, adalah salah satu dari beberapa cowok yang kelihatan di permukaan suka sama Kim Jiwoo. Denger-denger kabar burung, udah dari zaman MOS, pas keduanya telat upacara pembukaan.

Dulunya, Jiwoo ngelirik ke arah Changbin rasanya pengen minta maaf sambil ngeluarin seluruh hartanya sebelum dipalak beneran. Belum lagi pas nunduk, ngeliat merek sepatu cowok itu.

Ini orang sampe malak emas berlian kali ya? adalah isi pikiran Jiwoo saat itu. Gak masuk di akal dikit, tapi kalo panik mah semua bisa-bisa aja.

Sedangkan Changbin, dari Jiwoo mulai narik napas juga udah gemes sendiri, sampe marah-marah pun rasanya cowok itu pengen ketawa, soalnya buat dia gak cocok aja Jiwoo yang mukanya lucu ini galak.

Jiwoo udah dikejar-kejar mulu dari kelas 10, sampe sekarang udah satu setengah tahun, dan akhirnya Changbin bisa dengan pede nge-rename kontak Jiwoo dengan banyak julukan sayang disertai emotikon love, mungkin sampe karakternya gak muat lagi.

Dan ada Jungeun, satu-satunya orang yang kesel dengan eksistensi Seo Changbin di tengah-tengah dirinya dan Jiwoo. Dimulai dari dipertemukan di satu kelas yang sama, Jungeun gak punya masalah apapun dengan cowok itu, hingga suatu hari dimana cowok itu ke salah satu mal, dan Jungeun nangkep dia jalan berdua sama cewek.

Mungkin cuma sodara, pikir Jungeun, makanya awal-awal cuma diem aja.

Tapi, kok, tiap kali gak sengaja ngeliat Changbin, pasti selalu bareng cewek yang beda-beda?

Maka, sebagai sahabat yang baik, Jungeun selalu menjauhkan si cowok rahang setajam silet itu dari Jiwoo.


Disinilah ketiganya, duduk di satu meja yang sama, dengan Kim Jiwoo di tengah.

"Udah dong, anjir," keluh Jiwoo, menatap kedua orang itu bergantian.

"Kim Jiwoo, lo gak tau kan pacar lo ini terakhir kali jalan sama Yeoreum?" tanya Jungeun, sambil menekankan kata pacar di kalimatnya.

"Terus?"

"Kalo dia emang suka ama lo, jangan jalan ama cewek lain lah??" sungut Jungeun.

Jiwoo langsung nutup mulut Jungeun make telapak tangannya, "Udah lahㅡ"

Jungeun memberontak, "Bego! Gue ngasih tau hal penting sebelum lo nyesel, Kim Jiwoo!"

Memangnya kenapa Jiwoo harus menyesal? Satu-satunya pemikirannya saat menerima ajakan Changbin hanya karena biar orang lain bungkam soal nyuruh dia punya pacar, cause she's already had one, even though dia gak butuh-butuh amat.

Terserah ujung-ujungnya cowok itu mau pergi sama gadis manapun, who cares? Kalo Jiwoo sih enggak deh, makasih.

Pada akhirnya, semua pemikiran itu cuma tinggal di kepala, gak berani ngomong langsung.

"Itu kan sebelum jadian," bela Jiwoo, sementara dalam hati mengumpat.

Halah, tai ledig.

"Tau deh, urus aja sendiri," kata Jungeun lalu berdiri dari kursinya dan ngambil kaleng minuman dan bungkus makanan yang masih tersegel. Sebelum ninggalin kantin, ia menatap ke arah Changbin lalu menyahut, "Bayarin ya, nyet."





Giliran peje paling depan dia, padahal tadi gak terima!!!






Kenapa semua orang bikin Jiwoo jadi feel betrayed sih?











































Jiwoo baru nyelesain salah satu tugasnya, kemudian ponselnya bunyi nampilin satu chat dari Changbin.

Changbin: jiwoo, sibuk gak?

"Bukan sibuk, lo yang gak punya kerjaan," sahut Jiwoo, tapi ngetiknya lain. Jawabnya, 'Masih ngerjain dikit tugas sih'.

Baru mau dimatiin, Changbin nelpon.

"Anjir ya loㅡaduh, sabar, Kim Jiwoo, sabar," Jiwoo narik napas dalam, nyoba nenangin diri, lalu ngangkat telepon dan di loudspeaker, sementara dia lanjut ngerjain tugas.

"Tugas apa tuh?" tanya Changbin dengan nada ngeledek.

"Matematika," balas Jiwoo, "Bantuin dong."

"Iya, aku bantu," kata Changbin, "Lewat doa ya, sayang."

"Wah, sangat membantu pekerjaan saya ya," kata Jiwoo sarkas.

"Ya gimana, gak paham juga aku, beb."


"ㅡBisa gak usah manggil gitu ya? Geli," sahut Jiwoo, tangan kanannya megang pulpen mulai menyoret-nyoret kertas kosong, saking cringe dengan kalimat Changbin.

"Yang mana?"

"Sayangㅡ"

"Ya, sayang?" goda Changbin.



Najis, najis, najis!










ㅡto be continuedㅡ



;a/n

udah cukup panjang belum chapter kali ini? soalnya chapter kemarin agak pendek, jadi aku tambahin dikit.

aku belum bilang ini di awal, tapi terima kasih banget yang udah mampir kesini dan ninggalin vote dan komentar, apalagi sampai chapter 3. yang sider juga makasih, karena mau ngabisin waktu baca buku ini. semoga buku ini kalo gak ngasih pelajaran, bisa paling tidak sedikit menghibur di saat kayak gini.

still, stay safe everyone! 💖

bonus untuk menemani kalian di rumah:

Lily of the NileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang