Ruang musik sepulang sekolah di hari Jumat selalu jadi favorit Kim Jiwoo, apalagi kursi depan keyboard kosong, langsung diduduki cewek itu sebelum ada penghuni lain.
Tapi kali ini berbeda, karena baru masuk dan sepasang mata coklat hazel Kim Jiwoo bertemu dengan milik pemuda lain yang udah mainin tuts sambil natap ke arahnya dengan sebelah alisnya terangkat.
"Lagi dipake ya," kata Jiwoo, lalu nutup lagi pintu ruang musik.
Jiwoo langsung berniat pulang, namun ternyata pintu terbuka lagi memperlihatkan sosok tadi menenteng ransel di punggungnya, "Pake aja, gua udah selesai," lalu berjalan menjauh ninggalin cewek itu berdiri sendiri di depan ruang musik dengan kebingungan, tapi cuma sementara karena inner self-nya berteriak kegirangan.
Segera ia melepas sepatunya dan memasuki tempat favoritnya, duduk di kursi hitam langsung berhadapan dengan keyboard yang masih menyala. Jiwoo menekan sembarang tuts dengan tangan kanannya, sementara tangan yang lain meraih buku catatan berisi chord lagu di dalam tas.
Jiwoo mengikat surainya, lalu membuka buku, menyoret-nyoret dahulu sebelum mulai memainkan alat musik itu.
Ia terlalu fokus pada permainannya, sampai sebuah suara mendistraksi aktivitas Kim Jiwoo. Ya, lagi-lagi orang yang sama, yang membuatnya kelewatan menahan semburat merah di wajahnya, bukan karena salah tingkah, tapi malu harus dikemanakan wajah dan nama baiknya belakangan ini.
"Bagus," katanya singkat, sambil tersenyum.
Dari sekian banyak konversasi, kayaknya saat ini adalah yang paling normal sejauh 48 jam pertama mereka pacaran. Dan tentu saja, Jiwoo jadi lebih rileks (a.k.a gak nge-cringe) dan juga bingung disaat bersamaan.
Ini Seo Changbin kehabisan bensin apa ya?
"Tau darimanaㅡ"
"ㅡTau kamu disini? Apa sih yang aku gak tau," jawabnya bahkan sebelum Jiwoo menyelesaikan pertanyaannya.
"Jangan dipotong napa ih!" kesal Jiwoo.
"Yang penting jawabanku nyambung," balas Changbin, mendekat ke arah Jiwoo lalu melepas ikatan rambut cewek itu. "Jangan diikat lagi," sambungnya, lalu ngembaliin ikat rambut milik Jiwoo.
Jiwoo mengerutkan dahinya, lalu ngambil kembali barang miliknya, "Apaan sih?"
"Udah puas kan mainnya? Yuk, kuanter pulang," kata Changbin.
Aneh rasanya ngejalanin segala rutinitas pacaran kayak gini, setelah night call, disamperin, dan sekarang pulang bareng, termasuk tangannya yang digenggam dari depan ruang musik di lantai tiga sampai ke area parkiran. Semua terlalu asing dan baru untuk Kim Jiwoo yang gak punya pengalaman. Terlalu berlebihan, tapi sepertinya sel-sel dalam tubuh Jiwoo sedang bersenang-senang pesta konser Endorfin.
Ingin denial, tapi ia sedikit mengerti kenapa orang tergila-gila dengan ingin berada dalam hubungan spesial ini. Kayak salah satu lagu, it feels addicting like drugs.
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Nile
FanfictionJiwoo and her struggles about having relationship in romantic way with boys.