Pyarr...
Semua pasang mata langsung terarah menatap Citra yang dengan cepat membereskan pecahan kaca dari gelas yang Citra bawa. Sedangkan Aira yang masih diam menatap tidak percaya kearah baju sragamnya yang terkena minuman milik gadis di hadapannya, sebelum beralih menatap Citra kini membuang pecahan kaca itu ditempat sampah yang berada didekat Citra berdiri. Menatap Aira yang tengah diselimuti emosi, membuat Cita merasa gugup sendiri.
"LO MURID BARU DIKELAS GUEKAN? KENAPA LO CARI MASALAH SAMA GUE?"
Hampir saja Clara tersedak dengan makanannya karna suara dari Aira yang begitu menggelegar, sehingga Clara menatap kearah Aira dengan malas dan beralih menatap kearah noda yang berada dibaju Aira. Membuat Clara menghela napas pelan.
Clara tahu sekarang, apa penyebabnya Aira menjadi emosi seperti itu.
"Kenapa si murid baru itu cari masalah sama penyihir cantik seperti Aira?" Cetus Clara dengan malas seraya berdiri dari duduknya, membuat Dilla yang masih duduk ditempat hanya diam menatap Clara yang mengurungkan niatnya untuk membantu murid baru itu dari penyihir cantik yang tak lain adalah Aira.
Saat Ravi berjalan mendekati Citra dan mengajak gadis itu pergi dari kantin, membuat Aira geram sendiri. Tapi berbeda dengan Clara yang malah menunjukan senyum godanya, membuat Dilla mengerutkan keningnya menatap tanya kearah Clara yang kembali duduk dan melanjutkan makannya.
"Lo kenapa?"
"Nggak papa." Sahut cepat Clara sebelum menyumpali mulutnya dengan makanannya itu dengan menatap sekelilingnya yang sudah menjadi tenang.
Tapi sayang, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Saat kelima pemuda yang duduk dimeja paling pojok tengah mengadakan konser secara gratis.
Untung suara mereka begitu enak didengar ditelinga. Jika tidak, mungkin kelima pemuda itu sudah hanyut diterkam semua penghuni kantin itu.
"Apa mereka tidak bisa? Jika bersikap tenang." Kesal Clara menatap kelima pemuda yang tak lain teman dari kelasnya. "Untung mereka tampan."
"Jika mereka tidak tampan lo mau apa?" Tanya cepat Dilla menatap Clara yang menyeringai, membuat Dilla menipiskan bibirnya melihat senyuman dari Clara yang benar-benar membuatnya merinding sendiri.
Dilain sisi Ravi melepas cengkramannya dari pergelangan Citra yang menundukkan kepalanya. "Gue nggak mau tahu, ini pertama dan terakhir kalinya lo cari masalah sama Aira."
"Gue nggak cari masalah sama Aira, gue beneran nggak sengaja. Kalo dia tadi nggak berdiri dibelakang gue, minuman itu nggak bakal tumpah dibaju Aira."
"Terserah lo deh, yang penting gue udah kasih tahu. Jangan pernah cari masalah sama Aira." Akhir Ravi yang kini berjalan meninggalkan Citra dengan cepat mengembangkan senyumannya menatap punggung Ravi yang mulai menjauh dari Citra.
Kini berjalan kearah koperasi sekolah yang tidak jauh dari Citra. Tersenyum kearah seorang wanita yang bekerja menunggu koperasi itu. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin membeli baju sragam sekolah." Sahut kaku Citra yang kini menerima barang yang di butuhkannya itu dan memberi uang kepada wanita yang hanya menyunggingkan senyumannya seraya mengucapkan kata trimakasih kepada Citra yang hanya melebarkan senyumannya itu.
Dan berjalan kearah kelasnya yang begitu ramai, membuat Citra mendekati Aira yang tengah menata surai panjangnya itu, dan tidak lupa dengan kaca kecilnya yang slalu gadis itu bawa kemana-mana.
Saat berdiri disamping tempat duduk Aira yang berada didepan Clara, membuat Aira menipiskan bibirnya dan memutar kedua bola matanya dengan malas. "Mau apa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Dirimu?
Teen FictionFollow terlebih dahulu, sebelum membaca --- "Nggak semua orang punya rasa perduli itu, menyimpan rasa sayang yang lebih dari seorang teman." 1506 2020 2507 2020