Clara melempar tas punggungnya didepannya dengan asal, sebelum hormat menatap bendera merah putih yang membuat gadis itu harus mendongakkan sedikit kepalanya. "Jika dia nggak niat jemput gue, seharusnya dia nggak usah bilang janji dan janji yang slalu dia ingkari."
"Gue cuma ngerasa kecewa aja sama dia, kenapa dia nggak pernah nepatin janjinya?"
"Gue tahu, gue cuma orang asing yang masuk kehidupannya. Tapi gue juga nggak mau, kalo digiin terus."
Tanpa Clara sadari seorang pemuda tengah berdiri dibelakang gadis itu dengan melipat kedua tangannya didepan dada, mendengar semua apa yang dilontarkan Clara. Pemuda itu tahu, perkataan dari Clara itu tertuju pada dirinya.
"Emang nggak capek apa, digantungin terus."
Kedua sudut bibir pemuda itu tertarik sebentar sebelum memutar tumitnya untuk kembali kekelas. Bukan, bukannya ia tidak ingin menemani gadis itu. Tapi jika dirinya bolos dari jam pelajaran, semua penghuni sekolahnya akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya secara perlahan-lahan.
Sampainya dikelas pemuda itu langsung duduk di bangkunya. Untung saja dirinya tadi sempat meminta ijin terlebih dahulu, jika tidak mungkin dirinya juga akan mendapat hukuman.
Sebelum menatap kedepan, pemuda itu sempat melihat sebentar kearah meja Clara yang kosong, dan dengan perasaan senang. Membuat pemuda itu tersenyum lebar dalam hati.
"Clara Allunamayangsari? Kemana gadis itu?"
"Mungkin dilapangan bu, lagi kena hukuman." Guru itu hanya menganggukkan kepalanya mengerti saat mendengar jawaban dari sang ketua kelas, sampai manik matanya tidak sengaja melihat kearah Aira yang mengangkat tangan kanannya keatas.
"Apa saya boleh pergi ketoilet?"
"Pergilah, tapi kau harus kembali lagi kedalam kelas." Aira menganggukkan kepalanya seraya menyunggingkan senyumannya, sebelum berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas.
Tujuannya keluar kelas itu bukan pergi ketoilet, melainkan pergi kekantin untuk membeli minuman untuk temannya yang tengah dihukum dilapangan. Walaupun temannya itu bandel, tapi ini pertama kalinya Clara telat masuk sekolah. Tidak mungkinkan gadis itu telat bangun?
Aira berjalan kearah Clara yang masih menjalankan hukumannya, sampai gadis itu melihat kehadiran Aira yang kini menyondorkan sebotol minuman dingin yang langsung diterima Clara dengan senang hati. "Thaks."
"Kok lo bisa telat sih?" Tanya Aira yang melihat Clara duduk dibawah tiang bendera, membuat gadis itu ikut duduk disamping Clara yang menghela napas lelah.
"Apa gue nyerah aja ya?" Lelah Clara menatap lurus kedepan.
"Sekarang gue tahu, kenapa lo bisa telat berangkat kesekolah."
"Selama ini gue cuma pura-pura biasa aja didepannya. Jujur, gue capek kaya gini terus. Gue ngerasa, gue sama dia itu kaya nggak ada hubungan apapun. Setiap gue tanya kenapa dia slalu nutupi hubungan gue sama dia. Dia nggak pernah ngejawab Ra, dia masih diem sampai sekarang."
"Coba lo tanya lagi, siapa tahu dia nanggapin apa yang lo tanya. Kalo masih diem aja, mungkin ada sesuatu dibalik itu semua. Kemungkinan, dia nggak mau lo kenapa-kenapa Ra."
Kedua gadis itu diam dalam keheningan sampai sebuah suara yang mereka kenal, masuk keindra pendengaran mereka yang kini melihat kearah Dilla berjalan sedikit berlari mendekati Clara dan Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Dirimu?
Teen FictionFollow terlebih dahulu, sebelum membaca --- "Nggak semua orang punya rasa perduli itu, menyimpan rasa sayang yang lebih dari seorang teman." 1506 2020 2507 2020