09

2 4 2
                                    

Hari ini begitu banyak kejutan untuk seluruh murid yang menuntut ilmu di SMU Nusta. Banyak sekali murid pindahan dihari sabtu, yang seharusnya semua murid pindahan diterima dihari senin sampai kamis. Tapi entah ada alasan apa semua murid pindahan masuk dihari sabtu. Dimana semua murid hanya menjalankan extrakulikuler saja.

Dandi yang baru saja melepas helmnya, mata tajamnya langsung menangkap sosok gadis yang pernah bertemu dengannya waktu lalu. Dan dengan cepat Dandi turun dari motornya untuk menghampiri gadis itu, membuat keempat temannya hanya diam penuh tanya menatap kepergian Dandi.

Kini dengan santai manrik tas punggung sang gadis yang refleks membalikkan tubuhnya, dengan sedikit terkejut kedua matanya membulat sempurna. Menatap sosok pemuda yang membungkukkan sedikit tubuhnya menatap gadis itu yang belum sadar, sampai tiupan halus menerpa wajahnya. Dan itu membuat Dandi tersenyum tulus dengan menegakkan kembali tubuhnya.

Menatap sekelilingnya dengan datar, karna semua pasang mata yang begitu lalang melihat kearah orang-orang yang belum saling mengenal itu. "Lo ngapain disini?"

"Nggak udah ketus-ketus juga kali ngomong sama gue."

"Terserah gue dong, mulut-mulut gue. Urusannya sama lo apa?"

"Iya gue tahu, nggak ada urusannya sama gue. Emang lo mau, mulut lo gue ambil?" Gadis itu mengerutkan sedikit keningnya sebelum menipiskan bibirnya.

Gadis itu tahu apa maksud perkataan dari pemuda di hadapannya, dan tanpa menanggapinya lagi gadis itu memilih untuk melanjutkan kembali langkah kakinya sampai didalam kelas sang gadis langsung duduk di bangkunya. Menatap kearah Aira dan Clara secara bergantian. "Serius amat, kantin yuk?"

"Yuk." Sahut cepat Clara seraya menutup bukunya, membuat Ravi menatap kearah Clara yang berdiri dari duduknya, diikuti oleh kedua temannya itu.

Berjalan beriringan kearah kantin yang slalu ramai. Aira dan Clara berjalan menacari tempat duduk yang masih kosong, sedangkan Dilla yang memesan makanannya.

"Ra?" Clara berguman menatap Aira yang membenarkan posisi duduknya. "Gue tadi sempet denger sih, obrolan dari temen-temen. Kalo hari ini itu banyak murid pindahan dari sekolah lain, dan lebih parahnya lagi, semua murid pindahannya itu laki-laki semua."

"Mungkin, ketiga laki-laki yang ada dikelas kita itu salah satunya." Clara masih diam mencerna perkataan dari Aira yang menatap sekelilingnya, sampai manik matanya tidak sengaja melihat kearah Citra yang duduk sendiri menikmati makanannya itu.

Sehingga senyum kecut terbit dibibir Aira yang kini berdiri dari duduknya, berjalan mendekati Citra. Membuat Clara hanya bisa menghela napas sabar melihat sikap Aira yang mengambil minuman milik adik kelasnya dan dengan sengaja di tumpahkannya dibaju sragam Citra yang menatap Aira dengan terkejut, tapi itu tidak di perdulikan oleh Aira.

"Terkejut? Itu yang gue rasain saat lo numpahin jus dibaju gue." Cetus pelan Aira tapi masih bisa didengar oleh Citra. Membuat semua pasang mata yang berada dikantin melihat kearah dua gadis itu dengan diam.

Citra menatap Aira dengan kedua tangan yang mengepal, membuat gadis itu tersenyum sinis seraya melipa kedua tangannya didepan perut. "Lo mau marah sama gue?"

"Bukannya waktu itu lo udah maafin gue? Tapi kenapa_"

"Bukan berarti gue ambil baju dari lo itu, gue udah maafin lo. Asal lo tahu, sekali lo buat masalah sama gue. Lo akan berurusan sama gue selamanya, walaupun itu masalah sepele." Aira menatap Citra yang masih diam duduk di tempatnya.

Sebelum berjalan kembali kearah Clara yang menatap Citra dengan pandangan sendu. "Seharusnya lo nggak ngelakuin itu ke dia."

"Lo belain dia?" Cetus Aira yang sudah duduk dihadapan Clara.

"Maksud gue nggak kaya gitu, gue nggak belain dia sama sekali."

"Terus apa?"

"Udah-udah, kenapa kalian yang jadi ribut sih?" Dilla meletakkan nampan yang gadis itu bawa diatas meja, menatap kedua temannya yang sama-sama membuang muka kearah lain.

Dari arah pintu kelima pemuda yang baru saja masuk kedalam kantin langsung membuat heboh para siswi, apalagi seorang Ravi yang entah sejak kapan tidak menaati peraturan sekolah.

Karna baju Ravi yang dikeluarkan, rambut sedikit berantakan. Kancing baju yang tidak dikancingkan, untung saja Ravi memakai kaos warna hitam untuk menutupi tubuhnya. Jika tidak, mungkin itu akan membuat semua pasang mata, melihat pemandangan begitu indah secara gratis. Dan satu lagi, Sepatu warna putih melekat dikaki Ravi. Padahal pemuda itu tidak pernah menggunakan sepatu warna putih saat disekolah, kecuali hari ini.

Saat manik matanya tidak sengaja melihat kearah Citra yang masih diam tidak berkutik sama sekali, membuat Ravi berjalan mendekati gadis itu. Sedangkan keempat temannya berjalan kearah meja Clara yang melihat Ravi dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo kenapa?" Tanya Ravi melihat keadaan Citra yang sedikit kacau. Dan gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ikut gue." Ravi menarik pergelangan tangan Citra untuk berjalan keluar kantin dan itu membuat semua pasang mata menatap tanya kepergian Ravi.

"Nggak mungkinkan Ravi suka sama murid baru itu?"

"Kalo dilihat dari sikap Ravi, sejak pertama mereka bertemu, kemungkinan Ravi tertarik dengan gadis itu."

Clara yang mendengar itu hanya diam memakan makanannya. Berbeda dengan keenam temannya yang menatap Clara dengan perasaan yang begitu khawatir.

"Kenapa lo nggak ngelawan aja? Diperlakukan kaya gini."

"Makasih." Cetus Citra yang menerima sebotol minuman dingin dan sebungkus roti dari Ravi yang duduk disamping Citra merasa senang sekali.

"Rav, gue boleh nanya?"

"Tanya aja." Sahut Ravi tanpa membalas tatapan dari Citra yang sudah mengembangkan senyumannya.

"Lo udah punya pacar?"

Ravi melihat kearah Citra yang penuh harap dengan jawaban Ravi. Gadis itu slalu berdoa, semoga Ravi tidak memiliki seorang kekasih ataupun orang yang pemuda itu sayang. Jadi dirinya punya kesempatan  untuk mendapatkan Ravi.

Tapi, belum sempat Ravi mengeluarkan suaranya bel sekolah telah dibunyikan. Menandakan semua murid harus mengikuti extraculikuler yang mereka pilih.

"Gue pergi dulu ya?" Citra hanya menganggukkan kepalanya menatap punggung Ravi sebelum mengembangkan lagi senyumannya saat melihat kearah tangannya yang berada di pangkuannya, menggenggam sebotol minuman dingin dan sebungkus roti.

"Kalaupun lo udah punya pacar Rav, gue akan perjuangin cinta gue ke elo."

Surya yang sudah mengganti pakaiannya dan berdiri tidak jauh dari Citra, kini berjalan menghampiri gadis itu. "Tra?" Gadis itu menoleh kesamping kirinya, mendapati sosok Surya yang telah duduk dan menatap lurus kedepan. "Lo suka ya sama Ravi?"

Dengan cepat Citra melihat sekelilingnya yang untung saja masih sepi, sebelum menatap kembali kearah Surya. "Jangan bilang sama siapa-siapa ya?"

"Menurut gue, lo buang aja perasaan lo ke Ravi."

"Ravi udah punya pacar ya?"

"Tanpa gue perjelas, lo udah tahukan apa maksud gue."

Citra hanya diam menatap kearah lapangan basket yang mulai dipenuhi oleh para siswa ataupun siswi yang bergabung di ekstra basket. Surya dan Ravi salah satu anggotanya.

"Kalo boleh tahu, siapa pacarnya Ravi?" Surya hanya diam tidak menyahuti pertanyaan yang diajukan oleh Citra yang mengembungkan kedua pipinya sebentar. "Gue tahu, lo tahu siapa pacarnya Ravi. Tapi kenapa lo nggak mau ngasih tahu ke gue?"

"Kalo gue kasih tahu, apa lo bakal jauhin Ravi?" Citra diam seketika dan itu langsung membuat Surya tersenyum kecut.

Dirinya tahu, jika Citra tetep kekeh ingin mendapatkan Ravi dan semoga saja Ravi tidak akan pernah berpaling dari Clara.

Dari pada menunggu sahutan dari Citra yang tidak kunjung membuka suaranya, Surya memilih berlari kearah lapangan basket untuk bergabung dengan teman-temannya.

😄😄😄

Hari yang bahagiaaa...

Siapa Dirimu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang