Part VII

420 4 0
                                    

Tumben Setumben tumben tumben nya...'

Keluarga kecil Rahardi sedang berkumpul diruang televisi, bisa di lihat dari interaksi kakak beradik yang berselonjoran dikarpet tebal nan halus yang memang sengaja ditaruh disana oleh madame Mira sang ibunda tercinta yang mengatur dekorasi pernak-pernik rumah ini.

Sang adik yang sedang bersandar dikaki sofa memegang remot ditangan dan sang kakak yang berbaring dengan kepala dipangkuan adiknya sambil berdebat tentang chanel mana yang lebih seru atau layak ditonton.

Sedangkan pasangan sejoli yang tak mengenal batas usia saling berangkul mesra  duduk disofa,melihat perdebatan anak-anaknya yang menurutnya lucu yang terkadang membuatnya gemas dan kesal sendiri, Setiap kali mendengar perdebatan kecil yang tak perlu diributkan.

"ehmm" dehem sang Mama  - Mira- menginterupsi percekcokan sang kakakberadik, juga mengawali pembicaraan atau sekedar menghilangkan gatal pada tenggorokannya, entahlah.

Meskipun mata terfokus pada televisi tapi telinga terpasang dengan siaga menunggu sang madame yang mereka yakin akan berbicara serius.

"Ya ampun santai aja kali ga usah tegang gitu kaya orang terdakwa dipengadilan aja" gurau Mira yang merasa suasananya sedikit menegang akibat dirinya. "Oya Mama mau cerita nih"

Syila dan Andra yang sudah sedikit rileks akibat suasana tegang yang dibuat oleh Mamanya, Mereka pikir bakal diomelin gara-gara keseringan mereka ribut, kan sang Mama ga terduga-duga alias moody.

"Ada apa Ma.. " Tanya Andra, Mira yang ditatap oleh anak-anaknya menunggu penasaran, melirik pada suami memberi kode, sang suami yang paham seketika mengalihkan dengan berdeham juga yang dilakukan istrinya tadi.

"Ehem.. Gini loh sayang, Papa sekedar bercerita minggu kemarin Papa bertemu sahabat se-SMP dulu. kami ngobrol-ngobrol seperti biasa melepas rindu yang sudah lama tidak bersua"

Syila mengangguk-angguk paham sambil mengganti-ganti layar chanel siaran tivi, padahal mah nggak..

"kami bernostalgia mengingat-ingat pertemuan terakhir kami dulu ketika reonian saat itu Mama kalian belum hamil padahal kami suadah lama menikahnya" jeda sesaat Ashraf menghela nafas melirik sang istri menunduk mengusap punggungnya pelan, mungkin mengingat kejadian dulu betapa berharapnya ia menginginkan anak, walaupun terjawab sudah doa selama 2 tahun lamanya menunggu.

Tiba-tiba Ashraf terkekeh geli mengingat ucapan konyol dulu istrinya meskipun berbuah hasil ataupun hanya kebetulan saja. Sang anak yang memang memperhatikan daritadi pembicaraan yang sedikit menyentuh hati alias mellow menatap bingung pada sang Papa mengernyit bingung. "Papa ingat dulu, Mama-mu ini dengan bersungguh-sungguh dan optimis bisa dibilang percaya diri sekali loh.." Sedikit mencairkan suasana yang begitu serius ini

"Mama berceletuk, semisal Mama hamil akan menjodohkan anak-anak kita. Ucapan Mama itu bagaikan Nazar bagi kami." Lanjut Papa

Andra yang  sudah paham dengan maksud orang tuanya bercerita menjurus kemana hanya diam dan sibuk mengotak-atik ponsel, menunggu kelanjutan Papanya yang akan memberikan ultimatum di antara siapa yang akan dipilihnya.

"Setelah beberapa bulan Mama kalian hamil, betapa senangnya Papa mendapat kabar bahwa Mama kalian hamil bagaikan mendapat anugerah dulu tak lupa juga mengabari sahabat  Papa dan ikut berbahagia mendengarnya, mungkin terdengar berlebihan, bahasa alaynya mah Lebay, ya kan Syila" goda Sang Papa menoel dagu Syila yang dibalas cemberutan Syila.

"enak aja , yang alay mah tuh" tunjuk Syila pada Abangnya yang masih betah kepalanya tiduran dipangkuannya. Andara yang tak terima menatap tajam pada sang adik reseknya.

Ashraf melanjutkan ceritanya tanpa menghiraukan peributan sang anak. "Semenjak itu kami hanya berkomunikasi hanya melalui via telepon saja dan berhubung memang mereka tinggal diluar kota, tiga tahun kemudian kami mendapat kabar kalau sahabat Papa itu keguguran, ketika kandungannya menginjak 5 bulan karena pendarahan hebat dan sedikit Fatal yang mengakibatkan tidak bisa hamil lagi." Lagi, Ashraf menghela nafas berat ia begitu sayang pada sahabat SMP-nya yang mengenal ia hampir luar dalam juga sebaliknya.

AshyilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang