16. Lembaran Baru

145 19 10
                                    

Selamat membaca

   Kini aku sudah bersama mereka Gyu, kau senang? Mengapa kau tak disini bersama kami? Mengapa kau memutuskan untuk pergi? Kau mengatakan kalau ini semua takdir. Kita menyalahkan takdir. Memang takdir kita sangat menyakitkan. Takdir kita, aku membencinya" kataku sambil melihat ke bintang-bintang di langit malam kota Seoul.

Bruukkk

"SOOAH!" Mereka berteriak
.


.
.
.
.

    Aku membuka kedua mataku, menangkap secercah cahaya putih yang membuatku menutup mataku kembali. Aku tak mau lama-lama tenggelam dalam kegelapan, kembali ku buka mataku secara perlahan, membiasakan mataku untuk menerima cahaya yang masuk. Kini semua terasa normal, tapi dimana aku? Ruangan putih dengan nuansa biru yang lembut. Ahh aku tahu, ini rumah sakit.

"Sooah?" Terdengar suara yang memanggilku dari samping kananku

"Yeonjun?" Kataku lemah

"Lo udah sadar rupanya. Gue kesini mau ngasih lo sarapan." Katanya tersenyum lalu membantuku untuk duduk

"Kenapa kau memakai jas dokter? Kau seorang dokter sekarang?"

"Ya, aku adalah seorang dokter sekarang. Dan kau tahu? Aku lah dokter Daniel yang merawatmu kemarin." Katanya tersenyum jahil

"Dokter Daniel?... Ooh aku ingat. Tapi Daniel? Dari mana nama itu?"

"Hei,, kau lupa ya... Aku memiliki panggilan Daniel juga sayang..." Katanya

"aku baru ingat. Yeonjun, aku ingin bertanya....Kau pernah bilangkan kalau kau mencin...."

"Sttt, ayo makan. Pasti kau kelaparan karena tidur 2 hari."

"Hah? 2 hari!?" Kataku terkejut sambil menganga

"Tutup dulu mulutnya, besar banget tuh. Bukan cuma 1 lalat yang bisa masuk, lalat sekampung pun bisa." Katanya terkekeh geli

"Emangnya aku kenapa?"

"Pingsan."

"Oohh"

"Ayo makan."

"Yeonjun..."

"Hm?" Katanya tanpa menoleh ke arah ku

"Liat aku dulu." Kataku menarik dagunya

"Aku mau keluar. Bosan" kataku

"Tapi kan lo baru sadar, tenaga lo belum cukup. Mana bisa."

"Bisa. Dengan 1 cara" kataku tersenyum penuh arti

"Gue sedikit curiga sama arti senyum lo..."

"Gendong aku ya..."

"Tuh kan... Lo berat, bisa encok gue."

"Berat gue udah turun kok. Gendong gue ya... Please...." Kata gue dengan puppy eyes gue.

"Yaudah naik." Katanya jongkok

   Dia menggendongku di pundaknya. Aku cukup senang karena dia mau menggendongku dan mau menuruti apa yang ku mau, walau itu kekanakan. Sama seperti Beomgyu. Aku masih saja mengharapkan kehadirannya disini, padahal ada  Yeonjun yang benar-benar mencintaiku dan siap menggantikan Beomgyu yang telah tenang disana. Aku ingin melupakan Beomgyu, dan mencoba untuk mencintai Yeonjun.

"Yeonjun" aku mendaratkan daguku dipundaknya.

"Ya?"

"Aku akan mencoba untuk mencintaimu dan melupakan Beomgyu" kataku membenamkan kepalaku di pundaknya

Our Destiny | Choi Beomgyu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang