LEE JENO - ASUMSI Pt. 1

120 4 0
                                    

Happy Reading~

***


Kim Aeri dan Lee Jeno merupakan teman sejak masih balita. Tak heran karena kedua orang tua mereka sangat dekat. Sedari sekolah menengah mereka telah bersahabat hingga detik ini.

Satu lagi, Aeri dan Jeno sudah dijodohkan untuk memperat tali silahturahmi sekaligus mewujudkan janji yang dibuat oleh ibu Aeri dan ibu Jeno semasa hamil mereka dulu. Konyol memang. Tapi itulah yang terjadi.

Aeri yang dijodohkan tidak merasa keberatan karena bertahun-tahun mengenal Jeno membuat Aeri merasa nyaman dan bahkan Aeri sedikit bergantung pada Jeno. Belum lagi perasaan yang telah ia sadari semenjak Aeri menginjakkan kakinya di bangku sekolah menengah atas, membuat ia sedikit berharap pada perjodohan ini.

Tapi Aeri sadar, walaupun ia berharap dengan perjodohan ini belum tentu dengan Jeno. Aeri merasa kalau Jeno menyukai sahabatnya yang bernama Karina. Setiap Aeri berpapasan dengan Jeno di sekolah, pandangan Jeno pasti terarah pada Karina. Btw, Aeri dan Jeno tidak satu kelas.

Entah itu di kantin, di lorong, atau di perjalanan menuju parkiran karena Aeri selalu berangkat dan pulang bersama Jeno. Selain itu, yang paling mengejutkan adalah Karina mengaku pada Aeri kalau ia menyukai Jeno. Disini Karina belum tau mengenai perjodohannya dengan Jeno.

Semenjak pengakuan Karina, Aeri menjadi uring-uringan. Iya tak tega memberitahu Karina masalah perjodohannya dengan Jeno. Belum lagi spekulasi Aeri tentang Jeno yang menyukai Karina membuat Aeri makin merasa bersalah.

Walaupun hatinya sakit, tapi Aeri tidak boleh merenggut kebahagiaan orang lain demi keegoisannya. Apalagi orang-orang yang ia sayangi. Aeri juga tidak mau kalau Jeno terpaksa menerima Aeri semata-mata untuk menghormati keputusan orang tuanya. Lalu tanpa sadar air mata Aeri mengalir dengan sendirinya. Ternyata patah hati bisa sesakit ini.

"Ting.. tong..~"

Aeri buru-buru menghapus air matanya dan bergegas untuk membuka pintu apartemen. Aeri tinggal di Seoul sendirian.  Orangtuanya dipindahtugaskan ke Australia sekitar enam bulan yang lalu. Karena Aeri merasa tanggung untuk pindah sekolah jadilah ia menetap dan tinggal di apartemen.

Saat membuka pintu Aeri terkejut karena yang datang mengunjunginya adalah Jeno. Tanpa dipersilahkan, Jeno melenggang masuk seperti rumah sendiri. Jeno menuju ruang tamu kemudian tiduran di sofa.

Akhir-akhir ini Aeri merasa canggung dengan Jeno karena perasaan bersalahnya mengenai perjodohan. Yah walaupun itu dirancang oleh kedua orangtua mereka tapi tetap saja Aeri merasa menjadi penghalang dua cinta yang ingin bersatu.

"Jeno, kok ga pulang?"

Aeri berusaha bersikap biasa dihadapan Jeno. Dilihat dari seragam yang masih melekat di tubuh Jeno dipastikan kalau pemuda itu belum pulang ke rumahnya. Mungkin setelah mengantar Aeri, Jeno keluyuran dulu, lalu kembali kesini ke apartemen Aeri.

Jeno yang sempat menutup mata, membuka lagi netranya melihat Aeri yang berdiri di sampingnya. Dengan cepat Jeno menarik tangan Aeri dan mendudukkannya di sofa.

Kemudian lelaki itu menjadikan paha Aeri sebagai bantal lalu menenggelamkan wajahnya di perut Aeri sementara kedua tangannya melingkar di pinggang ramping Aeri. Tentu saja Aeri yang diperlukan seperti itu terkejut. Kalau dulu, hal seperti ini biasa, tapi sekarang kenapa sangat mendebarkan.

Secara reflek tangan Aeri bergerak mengelus rambut Jeno. Sudah menjadi kebiasaannya ketika Jeno berubah jadi manja seperti sekarang. Aeri tahu betul kalau di rumah Jeno pasti sepi. Sama seperti orang tuanya, orang tua Jeno juga sangat sibuk menyebabkan mereka sering pulang larut. Sebagai pimpinan perusahaan, tentu orang tua Jeno memiliki tanggungjawab yang besar.

"Di rumah sepi dan aku bosen."

Aeri tersenyum mendengar nada Jeno yang dibuat imut. Kalau di sekolah Jeno terkenal dengan sosok yang cool namun entah kenapa Aeri merasa ketika Jeno berdua dengannya, Jeno akan berubah menjadi imut dan sedikit manja.

"Kamu udah makan Jen?"

"Udah sih tadi bareng anak kelas, kalo kamu?"

"Udah juga tadi."

Hening sejenak, Aeri dan Jeno masih tetap pada posisi mereka sampai Jeno memecah keheningan lagi.

"Ehh Ri, btw temenmu si Karina udah punya cowok belum?"

'Deg'

Tiba-tiba perasaan Aeri tidak enak, kenapa Jeno bertanya soal itu? Atau jangan-jangan spekulasi Aeri tentang Jeno yang menyukai Karina itu ternyata benar. Aeri mencoba menetralkan perasaannya, ia tidak boleh menunjukkan kecemburuannya di depan Jeno.

"Setau aku sih belum."

Jeno mengubah posisi tapi masih tiduran di paha Aeri kemudian menatap wajah Aeri dari bawah.

"Serius? Wahh bagus dong!"

Aeri reflek menatap Jeno, sedikit terkejut dengan responnya. Wah, apa sekarang Jeno akan mulai mendekati Karina. Tiba-tiba mata Aeri terasa panas. Tidak-tidak, Aeri tidak boleh menangis dihadapan Jeno. Sekuat tenaga Aeri mengontrol perasaannya kembali.

"Kenapa tiba-tiba nanya soal Karina?"

"Cuma nanya doang hehe.."

Jeno yang cengengesan terlihat 10x lebih tampan, pantas saja ia jadi incaran di sekolahnya.

"Aku nginep sini ya?!"

Aeri menggeleng cepat. Tidak boleh, kalau Jeno lebih lama disini bagaiamana Aeri bisa menata perasaannya? yang ada malah Aeri akan semakin jatuh ke dalam pesona Jeno.

Entah kenapa Aeri merasa semenjak kabar perjodohan mereka seminggu yang lalu Jeno jadi sering mengunjungi Aeri dengan alasan lagi bosen, gabut, kasian dengan Aeri yang sendiri, dan masih banyak lagi.

Padahal Aerikan ingin meredam perasaannya agar tak membesar karena takut akan ada hati yang tersakiti. Tapi Jeno malah lebih sering ada di sekitarnya dan membuat ini semakin sulit.

"Ga! Ntar rumah kamu sepi!"

Aeri mencari-cari alasan agar Jeno tidak jadi menginap di apartemennya.

"Justru itu aku mau nginep disini."

"Kamar disini cuma ada satu Jen ga mungkin kan aku suruh kamu tidur di sofa pasti pegel ntar"

"Ya kan aku tidur di kamar bareng kamu"

Aeri melotot ke arah Jeno yang posisinya sudah duduk di sampingnya. Bisa-bisanya asal nyeplos.

"Gila ya kamu?!"

"Tapi kan dulu kita sering tidur bareng"

"Ya itukan dulu Jen waktu masih bocah, lah sekarang kan beda."

"Sama aja Ri, masih sama Jeno dan Aeri gaada yang beda."

Aeri tertegun. Jeno selalu saja bisa membuat hatinya jungkir balik.

"Pokoknya gaada penolakan lagi, aku udah minta ijin sama eomma-appa Kim, sama ortu aku juga kalau aku bakal nginep disini."

Kalau sudah seperti ini Jeno tidak bisa dibantah lagi. Menghela nafas, Aeri pasrah. Semoga saja hatinya tidak kacau walaupun itu mustahil.

***

Untuk Jeno pt. 1 end, nantikan pt.2 nya ya semoga kalian yang baca suka dan terhibur. Jangan lupa support dengan vote & comment. Sampai jumpa di part selanjutnya luv u :*

Ari W.
28/03/2020

NCT Dream AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang