1. DON'T CALL ME MOTHER!

15 1 0
                                    



"ibu?"

"ibu?"

"IBU!"

SHRRKK-

Kantung plastik berisi barang belanjaan itu tersobek cukup lebar, dan wanita yang membawa kantung plastik tersebut hanya terdiam memandang barang bawaannya yang hampir terjatuh.

Kemudian tatapan matanya beralih kearah anak laki laki yang menjadi pelaku dari tersobeknya kantung plastik yang ia bawa.

"di mana orang tuamu nak?" tanya wanita itu.

"ibu!" ucap anak itu singkat

Wanita itu heran kemudian ia memandang kesekelilingnya. Namun, disana tak ada siapapun selain mereka berdua.

"ibu? Aku bukan ibumu" ucap wanita itu.

"ibu! Apa ibu lupa pada anakmu sendiri?"

"aku bahkan belum pernah melahirkan siapapun"

"Bohong!!! Akan ku tunjukkan" balas anak itu cepat.

Anak laki laki itu merogoh tasnya dan mengeluarkan selembar foto. Lalu memberikannya kepada wanita yang ia panggil ibu dihadapannya.

Wanita itu menerimanya dan setelah melihat foto tersebut tubuhnya membeku ditempat. Ia bahkan sampai tak bisa mengatakan apapun.

Foto itu adalah foto sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri dan seorang anak laki laki. Dapat dipastikan bahwa anak laki laki yang ada difoto tersebut adalah anak yang saat ini berada dihadapannya.

Yang membuatnya tercengang adalah kemiripan 'si wanita' atau 'si isteri' dengannya. Bukan hanya rupanya yang mirip namun juga postur tubuh yang mereka miliki.

Wanita itu mencoba menetralkan ekspresinya dan menenangkan jantungnya yang sedari tadi berdetak terlalu cepat sejak ia melihat foto itu.

Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan tenang, kemudian ia mengembalikan foto itu ke si empunya lalu mengatakan "kebetulan bisa saja terjadi"

"Tidak!" balas anak itu sedikit berteriak.

"apa kau pernah mendengar bahwa setiap manusia itu memiliki sekiranya tujuh kembaran?"

Anak laki laki itu menggelengkan kepalanya sedangkan wanita itu menganggukkan kepalanya.

"dengan kata lain, aku dan ibumu hanya secara kebetulan memiliki wajah yang serupa, kau paham?". Anak laki laki itu menggelengkan kepalanya kembali.

"aku bukan ibumu. Itu saja yang bisa kusampaikan padamu." Anak laki laki itu hanya terdiam namun wanita itu masih bisa melihat keraguan dimatanya.

"pulanglah anak yang imut, kau membuat ayahmu khawatir"

"i don't wanna!" tegas anak itu dengan bahasa inggrisnya yang cukup lancar.

"please... go home..." kata wanita itu dengan nada dan tatapan yang lembut

"eemhh!!!" anak itu menggelengkan kepalnya dan mengembungkan pipinya sambil bersidekap. Wanita itu berpikir bahwa anak laki laki yang sedang merajuk didepannya ini sangatlah imut.

Secara tak sadar ia bahkan membayangkan jika anak laki laki ini adalah anaknya. Namun dengan cepat ia menyadari imajinasi anehnya dan segera menggeleng.

Ia menyerah untuk berdebat dengan anak laki laki itu. Ia kemudian meneguhkan hatinya yang lembut agar tidak tergoda untuk memeluk anak itu. Ia lalu membalikkan tubuhnya sambil memeluk barang belanjaannya yang hampir saja berjatuhan.

Baru beberapa langkah ia berjalan. Ia akhirnya menghentikan kembali langkahnya karena ia merasakan ada sesuatu yang menahannya. Ia yakin seratus persen bahwa yang menarik jaketnya adalah anak laki laki yang tadi.

"aku tidak akan pulang kalau ibu tak mau ikut denganku" anak laki laki itu berbicara dengan nada yang masih merajuk dengan sangat imut.

Namun sayangnya kalimat yang anak laki laki itu ucapkan tidak ada imut imutnya sama sekali bagi wanita itu.

"ibu!"

"......"

"ibu!"

"......"

"mom...!"

"......"

"MOTHER!"

"DON'T CALL ME MOTHER!" balas wanita itu dengan nada yang tinggi dan cepat

Anak laki laki itu terkejut. Tak lama kemudian matanya mulai berkaca kaca. Wanita itu bisa melihat air mata yang mengalir dipipi anak laki laki itu.

Segera wanita itu menyesali perkataannya beserta intonasi yang secara tak sadar ia keluarkan. Rasa sesal dan kasihan meliputi hati wanita itu.

Ia kemudian bersimpuh untuk mensejajarkan tingginya dengan anak itu. Sebelum itu ia meletakkan barang belanjaannya tepat disampingnya. Kemudian ia menyentuh dan mengelus pundak beserta kepala anak itu dengan sangat lembut.

Wanita itu bisa merasakan tubuh lembut dan kecil anak itu sedang bergetar. Ia tak tega.

"sst--, maafkan aku, sudah jangan menangis..."

"...hiks..."

"aku tak bermaksud untuk menakutimu" "calm down..." ia kemudian membawa anak itu kedalam pelukkannya lalu ia berbisik

"kumohon jangan menangis, maafkan aku. Tapi aku benar benar bukan ibumu"

"... hiks... hiks.."

Wanita itu melepaskan pelukannya kemudian ia menatap anak itu

"bagaimana kalau aku mengantarkanmu pulang?"

Anak itu tak mengatakan apapun namun kepalanya mengangguk dengan pelan.

"baiklahh..." wanita itu kemudian menggendong anak laki laki itu ditangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya membawa kantung plastik bawaanya yang hampir putus.

END

Diveyoski
27 maret 2020

THE STORIESWhere stories live. Discover now