Bab 7

65K 5.1K 248
                                    

Selamat Membaca







Nadella sudah memulai perkuliahannya sejak satu minggu yang lalu. Gadis itu tampak sangat menikmati kegiatan barunya itu. Walau masih belum memiliki teman yang cukup dekat, Nadella tidak masalah tentang itu. Apalagi, Nando sesekali menyempatkan waktu untuk menyapanya. Maklum saja, dia dan Nando berbeda jurusan. Adik ipar Nadella itu mengambil jurusan kedokteran, sama seperti sang kakak.

“Halo, Mas,” sapanya ketika sambungan telepon-nya dan Elang tersambung.

Hubungannya dan Elang juga semakin membaik. Lelaki itu tidak pernah lagi berbicara kasar, atau bersikap kasar kepadanya. Dan Nadella sangat bahagia karena itu.

“Udah selesai kelasnya?”

“Udah. Tapi, nanti jam sebelas ada lagi. Ini aku lagi istirahat di kantin. Mas nggak ada jadwal praktik?”

“Ini mau jalan ke ruangan pasien. Tapi, sempatkan dulu buat dengar suara kamu. Habisnya, bawaannya rindu mulu.”

Nadella terkekeh mendengarnya, yang membuat Elang juga ikut terkekeh.

“Kok, cuman ketawa aja? Memangnya kamu nggak rindu sama suami tertampan ini?”

“Rindu,” jawab Nadella sambil mengulum senyum.

Lagi. Elang terkekeh dari seberang sana. “Yaudah, udahan dulu, ya. Mas mau kontrol pasien. Kamu kalau selesai kelas, langsung pulang. Tungguin mas di rumah.”

“Iya. Mas Elang semangat ya, kerjanya.”

“Iya sayang, mas tutup telepon-nya.”

“Telepon sama siapa?”

“Astaga!” seru Nadella terkejut sambil menoleh ke samping. Di mana Nando dengan seenaknya duduk di sana, dan meminum es teh miliknya.

“Punya aku,” katanya.

“Pelit,” balas Nando sambil tetap menghabiskan es teh milik Nadella. “Telepon sama siapa?”

“Mas Elang,” jawabnya sambil cemberut. “Kamu nggak ada kelas?”

“Gue sibuk.”

“Terus kenapa di sini?”

“Mau istirahat bentar. Habis ini gue mau lanjut lagi. Jadi, dokter nggak semudah itu.” Nando mengembuskan napasnya kasar, lalu meletakkan kepalanya di meja. “Apa gue pindah jurusan aja?” gumamnya pelan yang langsung mendapatkan pukulan di bahunya.

“Lo mukul gue?” tanya Nando sambil menatap Nadella terkejut.

“Maaf. Habis kamu ngomongnya gitu. Kalau udah tahu jadi dokter itu susah. Kamunya belajar yang benar, jangan malah ngomong pindah jurusan,” ujar Nadella.

Nando memandang Nadella menyelidik. “Lo barusan nasihatin gue?”

Nadella menyengir. “Kalau ada orang yang salah, perlu diingatkan. Apalagi, kamu adiknya Mas Elang yang berarti adik aku juga.”

Nando bergidik geli mendengar kata adik yang Nadella ucapkan. “Gue nggak mau jadi adik lo,” katanya sambil mengacak rambut Nadella, lalu pergi meninggalkan gadis itu yang kesal karena rambutnya jadi berantakan.

***

Menjelang sore, Elang baru bisa beristirahat di ruangannya. Tapi, yang ada dia malah melihat ketiga temannya berada di sana dengan membawa aneka makanan di mejanya.

“Lo bertiga ngapain?” tanyanya sambil duduk di sofa, lalu memejamkan kedua matanya.

“Diam dan jangan ngomel. Gue capek, baru beres operasi. Ini bahkan udah sore, tapi gue baru bisa makan siang sekarang,” oceh Elo sambil membuka bungkus makanan yang ternyata berisi nasi lalapan dan ikan bakar.

NadellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang