Bab 5

68K 5.6K 290
                                    

Selamat Membaca









Setelah mendapatkan izin dari Elang untuk kembali menempuh pendidikan. Pagi ini, Nadella sudah berada di kampus yang sama dengan Nando untuk mendaftarkan diri. Sebenarnya gadis itu tidak ingin berada di kampus ini. Dia cukup tahu diri. Kampus ini dihuni oleh anak-anak dari keluarga kaya, dan pastinya biaya yang dikeluarkan akan lebih dari kampus biasa. Tapi, Elang memaksa. Jadi, Nadella akhirnya hanya bisa pasrah dan menurut.

“Nadella.”

Gadis itu menoleh ke belakang, dia menemukan Nando yang tengah berjalan menghampirinya bersama dengan beberapa teman lelaki itu.

“Lo ngapain di sini?” tanya Nando heran.

“Siapa, Ndo? Gebetan baru? Cantik juga,” celetuk salah satu teman Nando yang membuat Nadella merasa risih.

Nando berdecak. “Kakak ipar gue. Lo semua cabut duluan, nanti gue nyusul.” Setelah mengusir teman-temannya, Nando kembali menatap Nadella.

“Ngapain?” ulangnya.

“Aku habis daftar,” jawab Nadella pelan.

Nando mengernyitkan keningnya. “Mas Elang kasih izin lo kuliah?”

Nadella hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Di sini?”

“Sebenarnya aku juga nggak mau di sini. Tapi, Mas Elang maksa. Jadi, aku nurut aja.”

Nando mengangguk mendengarnya. “Ambil jurusan apa? Lo ikut gelombang kedua, kan?”

“Iya, aku ikut gelombang kedua. Aku ambil sastra.”

Nando manggut-manggut mengerti. “Yaudah, lo mau pulang, kan? Bareng gue aja.”

“Tapi, aku disuruh Mas Elang samperin dia ke rumah sakit habis daftar. Mas Elang mau ngajak makan siang bareng.”

“Gue antar ke rumah sakit.”

“Kamu nggak apa-apa?”

Kening Nando mengerut. “Nggak apa-apa gimana?"

“Antar aku pulang. Siapa tahu nanti ada yang marah.”

Nando terkekeh pelan. “Enggak. Buruan ikut gue ke parkiran.” Lelaki itu berjalan lebih dulu ke arah tempat parkir, dan diikuti oleh Nadella yang berjalan beberapa langkah di belakangnya.

***

Sementara di lain tempat, tepatnya di rumah sakit tempat Elang bekerja. Lelaki itu sudah menunggu kedatangan Nadella di depan gerbang masuk rumah sakit. Rencananya dia akan mengajak Nadella makan siang di salah satu restoran yang baru saja buka, di sebelah rumah sakit.

“Lang, ngapain?”

Elang menoleh, dan menemukan ketiga temannya tengah berjalan menghampirinya.

“Lo nggak ada jadwal?” tanya Andrian.

“Mau makan siang.”

“Yaudah bareng aja. Ada resto yang baru buka di sebelah. Kita nyicip ke sana aja,” kata Elo.

Elang menggeleng. “Gue emang mau ke sana, tapi bukan sama kalian. Gue nunggu Nadella.”

Andrian dan Elo tampak memberikan ekspresi mengejek, sedangkan Syam hanya tersenyum tipis.

“Jadi, udah sayang istri ceritanya?” tanya Elo.

Elang hanya berdecak. “Nggak usah berisik. Lo bertiga duluan aja,” usirnya dengan kesal.

NadellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang