Ameliorate the Reminiscence

41 6 0
                                    

Taehyung sedari tadi hanya bisa terdiam sendiri pada duduknya. Menatap Jimin dengan satu harapan konstan.

Semoga Kak Seokjin ketemu.

Netra kelamnya ia arahkan kepada yang lain tatkala merasa bosan menatap Jimin terus menerus. Ia tatap tumpukan bunga di luar hotel. Mereka semua indah kalau Taehyung pikir - pikir. Sekalipun ia membenci mereka akibat alergi aneh yang entah mengapa ia miliki. Alergi serbuk sari dan jika Taehyung nekad mendekati bunga - bunga cantik seperti sekarang ini-cyborg itu beranjak mendekati bunga kadapul putih-bisa saja cyborg manis itu bersin - bersin tanpa henti hingga hidungnya memerah dan ia terduduk saking hebatnya ia bersin.

Jari - jemari Taehyung perlahan bergerak mendekat. Berniat menyentuh sedikit saja mahkota bunga itu. Ia sungguh ingin menyentuh dan mencium bunga tanpa takut harus bersin - bersin gila. Dan ia kira, setelah ia menjadi cyborg seperti itu, ia akan berubah kebal dan bebas dari bayang alergi.

Tangan Taehyung berhasil menyentuh mahkota bunga diikuti sensasi sedikit dingin pada tangannya karena bunga itu masih agak basah.

" Woh-" Katanya merasa kagum." Beginikah rasanya menyentuh bunga ? Malang sekali nasibku sampai - sampai menyentuh bunga pun tak mampu." Ia bergumam sendiri.

Cukup bangga dengan dirinya yang berhasil melewati garis perbatasan diri, Taehyung akhirnya mulai mendekatkan wajahnya. Memangkas jarak antara ia dengan bunga yang sudah ia pegang dengan hati - hati. Ia benar - benar ingin mencium wangi bunga. Namun, selain rasa keingintahuan yang memuncak, rasa takut serta berdebar - debar juga sebanding. Ia jujur merasakan yang namanya takut dan ragu hanya untuk mendekati bunga. Dan untungnya, Jimin si malaikat berupa mesin berkata cukup lantang dari meja resepsionis.

" Ketemu !" Ujarnya semangat sekali. Taehyung lantas berbalik cepat. Melebarkan mata demi memastikan apakah yang berteriak itu Jimin.

Dan benar, Jimin yang matanya telah berubah warna serupa zamrud telah tersenyum manis sekali sambil melambaikan tangan agar Taehyung mau menghampirinya. Tentu Taehyung menurut. Ini adalah yang ia tunggu - tunggu sedari satu jam yang lalu. Tepatnya sejak konversasi penuh amarahnya dengan Jimin tentang menghilangnya Seokjin.

" Saya, Saya akan melacaknya !" Kala itu Taehyung kembali dikuasai angkara. Ia marah besar kepada Jimin. Sungguh, kepala Taehyung serasa hampir pecah tatkala ia harus memutuskan apakan melepas Jungkook ke pusat kota Halcyon atau sekarat hingga mati bersamanya. Dan sekarang, Seokjin menghilang entah kemana yang jelas - jelas si Kim itu adalah satu - satunya harapan Taehyung sekarang. Seokjin bisa mengantarnya pada Jungkook dengan cara apapun dan ia yakin akan itu.

" Tapi-" Jimin menjeda sejenak. Terlihat ragu sekalipun ia menatap Taehyung dengan raut yakin.

"Tolong jangan berharap terlalu tinggi pada Saya. Saya bisa terdampar disini bukan tanpa alasan. Tempat ini hampir sama seperti tempat pembuangan akhir kalau Anda belum tahu."

Taehyung jadi merasa bersalah sendiri jadinya. Apalagi sejak Jimin memaksakan kedua mata dan otak buatannya untuk membentuk radar dan mencari Seokjin lewat data mobil Seokjin yang telah ia unduh sesaat setelah mobil Seokjin terparkir rapi.

Taehyung bisa melihat seberapa kesakitan humanoid itu meski katanya mesin tidak merasakan sakit. Tapi, Jimin ini berbeda. Ia bahkan diciptakan dengan kemampuan untuk berperasaan. Jimin memang tidak merasakan sakit seperti Taehyung ataupun manusia lain pada umumnya. Namun, Jimin lebih seperti menambah kerusakan pada dirinya sendiri tanpa berniat memerbaiki kerusakan itu. Menurut Taehyung, Jimin sekarang bukan sekedar rusak semata. Namun, Jimin sudah hampir sama seperti Jungkook. Sama - sama sekarat.

" Saya menemukan lokasinya ! Tuan Seokjin berada di wilayah Cresent. 753 km dari sini." Jimin bersuara tepat setelah Taehyung berhenti di hadapannya. Taehyung menggaruk kepala. Tidak gatal sebenarnya, hanya bingung.

HAVOCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang