Aera yang masih tertunduk lesu hanya bisa diam dan pasrah. Mendapati dirinya kini berada di kawasan Sky Scape bersama beberapa anak buah Hoseok yang selalu barada di sampingnya. Pemandangan Pantai Myeungdong yang menawan sekalipun tidak mampu membuat si Kim itu agaknya merasa sedikit terhibur.
Aera merasa risih sebenarnya. Namun, rasa cemasnya jauh lebih masive dari sekedar risihnya itu. Bukannya apa - apa, namun rentetan masalah yang terus datang layaknya ombak yang ada di dekat kakinya semerta - merta membuat Aera hampir serupa putus asa.
" Nona Aera-" Ji Chun Pyo yang sedari tadi terus berusaha menghibur Aera kembali bersuara. Ia hampir saja kehabisan akal demi menghibur si Kim itu, " Ini rumah Anda. Maaf jika Anda tidak menyukai rumah sejenis Conch House, tapi kami kira ini akan nyaman." Menepuk pelan pundak si Kim, Chun Pyo lantas tersenyum manis. Cukup aneh sebenarnya mengingat ia adalah pasukan khusus yang seharusnya bersikap kejam terhadap kepada musuh. Bukannya bersikap manis lagi lembut kepada Aera yang berada pada posisi tawanan Halcyon saat ini. Apalagi yang saat ini berada di hadapannya adalah pasukan dari sebuah unit khusus kebanggaan Halcyon.
Aera tidak bergeming. Sekalipun deburan ombak serta pasir pantai yang didominasi oleh warna putih sudah tersuguhkan di hadapannya secara cuma - cuma, tetap saja si Kim itu tidak tertarik setitik pun.
" Nona Aera...apa Anda tidak suka dengan tempat ini ?" Chun Pyo bertanya untuk sekedar basa - basi. Sebenarnya ini bukanlah gayanya maupun rekan - rekannya sama sekali. Namun mereka sudah duluan tidak tega terhadap gadis yang mereka yakini adalah seorang gadis yang aktif dan cerewet.
Inginnya Aera berteriak kencang sambil marah - marah karena menurut Chun Pyo itu pasti lucu sekali. Namun, menemukan Aera yang hanya diam menatap kosong ombak yang bersusulan mendaki pasir, Chun Pyo tahu bahwa Aera tengah berada pada posisi ingin menyendiri. Tapi agaknya Chun Pyo serta rekan - rekannya paham, tentu mereka sudah sedari tadi angkat kaki.
" Kami sengaja memilih kawasan Pantai Meungdong untuk Anda. Tidak apa 'kan ?" Chun Pyo berkata dengan lembut yang ia usahakan meski pada akhirnya tetap terdengar tegas. Aera sebenarnya merasa geli sendiri mendengarnya. Namun, sepertinya ada lebih banyak yang berlalu lalang di kepalanya.
Aera menoleh. Menatap Chun Pyo dengan tatapan sarat akan kebencian juga luka mendalam yang tersirat tipis. Ia berharap agar bawahan - bawahan si Jung Hoseok itu pergi hingga sepasang netranya sudah mendapati presensi mereka menjadi lenyap sepenuhnya.
" Baiklah." Chun Pyo mengangguk tipis. Ia paham dengan perintah kasat mata maupun suara dari Aera. " Di rumah ada AI yang akan membantu Anda. Jika ada apa - apa hubungi kami maupun Jung Hoseok saja." Dengan menyerahkan sebuah benda berebentuk lingkaran seukuran setengah telapak tangan, Chun Pyo segera undur diri. Bersama rekan - rekan satu timnya yang kemudian memasuki mobil dan beranjak dengan cepat.
Aera pada akhirnya menyaksikan mobil yang berukuran tiga kali ukuran mobil itu melaju meninggalkannya. Mendapati mobil itu perlahan mengecildan berakhir benar - lenyap dari pandangannya.
" Kakak..." Aera kembali menatap hamparan pasir yang langsung bertubrukan dengan laut serta ombak - ombaknya. Merasakan dadanya bergumuruh hebat bersamaan dengan ombak yang terus berpacu mencapai pantai.
" Apa yang harus kulakukan ?" Helaan napas bertemu dengan udara pantai yang mulai menghangat. Tangannya ia kepal dengan erat lantas ia terduduk seketika. Butiran kecil pasir putih ia genggam dengan erat demi menyalurkan emosi.
" Kakak..." Ia menunduk. Merasa malu dan bersalah sekaligus. " Aku takut." Ia tatap horizon yang membatasi laut dengan langit. Dengan mata yang beranjak memerah, ia mulai sampaikan ketakutannya kepada udara kosong yang tidak bernyawa.
" Aku takut kalau ini akan berakhir dengan buruk. Aku takut tidak bisa bertemu denganmu, Kak. Aku takut tidak bisa bertahan sendirian tanpamu. Aku takut Kakak terluka. Aku takut Taehyung berubah tidak terkendali. Aku takut Jungkook tidak bisa bertahan. Aku takut !"