Drama di Pagi hari.

17 5 7
                                    

Pagi serasa sangat sejuk sekali, ditambah dengan sinar matahari yang menambah keindahan di pagi ini. Alvi tengah menyiapkan dirinya untuk berangkat sekolah pagi ini, tatapannya yang tajam menatap pantulan dirinya dari cermin yang tengah memasang kan sebuah dasi di kerah seragam sekolahnya. Alvi mengehentikan aktivitas nya itu dan berfikir sejenak tentang kejadian semalam, ia teringat dengan gadis yang mengobati luka nya. Mengapa ia bisa bertemu dengan gadis aneh seperti itu, marah-marah dan bersikap baik di waktu yang bersamaan.

Cleeekk....

Pintu kamar Alvi terbuka menampakkan seorang gadis yang juga memakai seragam sekolah SMP, dia Tasya adik perempuan Alvi.

"Bang Alvi, sarapan bareng Mamah Papah yuk! Mereka sudah nunggu di meja makan." Ajak Tasya.

"Lo aja sana, gue sarapan di sekolah nanti."

"Bang Alvi, Papah kan baru aja pulang semalam, ayolah bang." Rengek Tasya.

"Tasya adik kesayangan Bang Alvi, dengerin gue ya! Kalau gue makan sama pria tua itu, yang ada perut gue mual-mual." Jelas Alvi.

"Bang, kok ngomongnya gitu! Kenapa sebut Papah dengan sebutan pria tua? Gak sopan tahu!"

"Tasya, gue bukan anak baik-baik kayak Lo! Lidah gue kaku kalau nyebut dia sebagai Papah gue, buat apa gue manggil dia Papah. Memangnya dia anggap gue sebagai anaknya?"

"Bang Alvi!" Bentak Tasya.

"Sudah sana turun, nanti gue nyusul."

Alvi terasa malas sekali meladeni adik nya itu, setiap pagi selalu di mulai dengan drama yang tak di sukai oleh Alvi. Ia pun keluar dari kamar, berniat untuk pergi begitu saja tanpa pamit pada orang tuanya. Namun niat nya itu gagal ia lakukan karena Papahnya memanggil, dan menghampiri Alvi dari meja makan menuju pintu utama.

"Kenapa kamu tidak sarapan?" Tanya Vino.

"Tanya sama Tasya, kenapa saya gak ikut sarapan."

"Alvi, kenapa gaya bicara kamu masih tidak sopan dangan Papah! Mau Papah tampar lagi kamu? Kurang ajar sekali." Jelas Vino emosi.

"Tampar aja terus, memangnya saya pernah sopan pada anda? Dari kecil saja saya sudah gak suka dengan Anda!"

"Alvi!!" Vino mulai emosi lagi.

"Mau marah? Nanti aja lah kalau saya sudah pulang sekolah, saya kan harus belajar dapet nilai bagus, agar bisa sekali-kali membanggakan diri anda! Ya kan?" Ucap Alvi dengan senyum miring nya.

"Alvi minta maaf sama Papah kamu!" Perintah Irene.

"Kalau aja Mamah meminta aku untuk usir pria ini sekarang dari rumah kita, Alvi bakal turuti Mah! Sayang aja, Mamah terlalu pemaaf dengan cowok brengsek sepeti dia." Ucap Alvi menatap Papahnya lalu menit berikutnya meninggalkan drama keluarga di rumahnya itu.

Motornya melaju sangat cepat membelah jalan kota, Alvi tak memperdulikan beberapa kendaraan yang membunyikan klakson untuk memperingati Alvi. Fikiran nya terlalu kacau pagi ini, semenjak kedatangan orang itu Alvi kembali menjadi lelaki yang penuh emosi, walau sebenarnya memang watak Alvi seperti itu.

Dari kejauhan ia melihat seorang gadis yang menurutnya wajah gadis itu tidak lah asing, tampaknya gadis itu sedang gelisah menunggu angkutan umum di halte yang tak kunjung datang. Alvi akhirnya mengendarai motornya mendekat pada halte itu, dan motornya pun berhenti tepat di depan gadis itu dengan suara motor yang lantang berhasil membuat para gadis lainnya terpesona. Dibuka helm nya itu dan merapikan sedikit beberapa anak rambutnya yang berantakan, membuat gadis-gadis di sana terpesona dengan ketampanan Alvi.

"Kamu? Ko bisa ada di sini?" Tanya gadis itu.

"Nih." Ucap Alvi menyarangkan sapu tangan gadis itu.

"Sapu tangan, padahal kamu bisa balikin kapan aja."

"Gue duluan." Ucap Alvi dan kembali memasang helm nya.

"Ehh tunggu! 30 menit lagi bakal bell sekolah, aku boleh bareng gak?" Tanya gadis itu dengan tersenyum berusaha membujuk.

"Emang kita satu sekolah?"

Gadis itu berfikir sejenak, ada benarnya juga ucapan Alvi. Lagipula mereka baru bertemu dua kali mengapa bisa seberani ini ia mengajak Alvi untuk berangkat bersama.

"Memang kamu sekolah dimana?"

"Gak perlu tahu."

Alvi mulai menyalakan mesin motornya, saat akan melanjutkan perjalanan gadis di sebelahnya berpindah menjadi di depan motornya menghentikan dirinya untuk tidak lanjut.

"Lo ngapain? Mau mati!"

"Please bareng yah, siapa tahu kita searah, kalau nanti aku liat arah kita beda aku bakal turun kok. Please." Mohon gadis itu.

Alvi merasa ada getaran di hati, merasa kasihan dengan ekspresi nya belum lagi keadaan jalan yang memang macet dan juga kendaraan umum pasti nya akan membuat nya telat. Alvi berfikir sejenak memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah, ternyata seragam yang dikenakan gadis itu sama dengan seragamnya.

"Cepat naik!"

Dengan senang gadis itu pun naik dengan susah payah, karena motor Alvi yang terlalu tinggi. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan, gadis itu nampak menikmati angin sepoi-sepoi yang mengibaskan rambutnya tanpa mempedulikan rambutnya akan berantakan. Di balik helm Alvi tersenyum kecil melihat gadis yang berada di belakang nya melalui kaca spion, ini pertama kali nya ada seorang gadis yang duduk di belakang motornya. Hingga motor Alvi sampai di area sekolah nya, melihat Alvi yang berboncengan dengan seorang gadis membuat beberapa pasang mata para murid disana menyaksikan dengan penasaran.

Gadis itu nampak melihat sekeliling area, bagaimana mungkin cowok yang ia minta ajak berangkat bersama ini tahu sekolahnya?

"Kamu tahu sekolah aku darimana?" Tanya gadis itu.

"Gue sekolah di sini."

"Ternyata kamu murid SMA Langit! Kenapa gak bilang dari tadi." Ucap gadis itu kesal.

"Penting banget." Alvi berniat untuk pergi dari area parkiran dan langsung masuk kelas, karena sudah banyak drama yang ia lewati pagi ini.

"Tunggu aku belum tahu nama kamu!"

Alvi menghentikan langkahnya, dan dia susul gadis itu dengan lari-lari kecilnya. Tangan gadis itu pun terulur menuju Alvi. "Nama aku Alana." Ucap gadis itu dengan senyuman manisnya.

Alvi melihat senyum itu lagi, senyum yang berhasil membuat nya terdiam semalam dan saat ini pun juga berpengaruh sama oleh Alvi. Tanpa disadari Alvi tangannya juga terulur untuk membalas tangan gadis itu, reaksi itu Alvi itu menjadi perbincangan para murid perempuan yang berlalu lalang di sana. Mata Alvi masih menatap gadis di hadapan nya yang tak lepas dengan senyuman manis nya, hingga tangan Alvi pun menjabat tangan gadis itu dan mengatakan.

"Alvi."

Alana gadis dengan penuh senyum manis itu, berhasil membuat membuat Alvi melakukan hal yang belum pernah ia lakukan selama sekolah di sini. Salah satunya adalah, membalas ucapan perempuan di sekolah ini dan yang paling utama Alvi tidak pernah menatap seorang perempuan selama ini.  Alana berhasil membuat Alvi berubah pagi ini, apakah akan ada perubahan lagi dalam hidup Alvi?

.
.
.
.
.
.
.
.

Sekian lama akhirnya update lagi sama cerita sih babang Alvi.

Semoga suka gaes :)

Happy reading.

See you
Jakarta, 23-04-2020

ALVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang