"Kak Alvi, aku ke kelas aja yah. Bosen tahu!" Ucap Alana manja.
Hari ini kelas hampir seluruhnya free karena ada beberapa guru yang harus mengikuti workshop dan mungkin hanya beberapa kelas saja yang sedang belajar. Beruntungnya kelas Alana dan Alvi kebagian free, saat tahu tidak ada guru yang akan mengajar Alvi langsung mengunjungi kelas Alana dan menariknya keluar secara paksa. Hingga di sinilah mereka berdua sekarang, di sebuah lapangan basket yang terdapat di- indoor sekolah, lapangan yang biasa di jadikan tempat untuk lomba basket.
Sudah hampir 1 jam Alana duduk melihat Alvi yang seorang diri mondar-mandir, loncat-loncat memasukkan bola ke dalam ring basket. Dia sangat bosan sekali, apalagi handphone dan novel nya tidak sempat terbawa olehnya karena Alvi yang sudah menarik paksa tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Mau bermanja-manja atau memohon apalagi memelas pada Alvi tidak akan di dengar sama sekali olehnya, dia justru sibuk dengan kegiatan nya sendiri.
Alhasil Alana hanya bisa menangkup wajahnya dengan satu tangan yang ia letakkan di atas paha, menyaksikan Alvi bermain basket sendiri justru malah membuat Alana mengantuk. Perlahan mata Alana tertutup dan mulai memasuki dunia mimpi.
"Heh! Ambilin gue air!" Pinta Alvi.
Alvi melirik pada arah tempat duduk penonton yang terdapat Alana di sana, dilihatnya dari jarak yang tidak cukup jauh Alana tengah tertidur pulas. Senyum tipis nya terukir di bibir Alvi, kaki nya melangkah menaiki tangga untuk menuju tempat duduk penonton. Saat sampai di tempat duduk dekat dengan Alana ia mengambil handuk kecil dan air mineral segera ia tenggak habis air itu tak tersisa. Setelah melepas dahaga Alvi kembali menatap gadis yang tertidur pulas di sebelah nya ini, tapi seketika Alvi menyandarkan punggungnya di bangku itu dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ingatannya kembali pada percakapan antara Alana dengan temannya, Alvi memalingkan wajahnya menatap Alana.
"Apa benar lo punya pacar?" Tanya Alvi pelan.
Tiba-tiba saja kepala Alana terjatuh di pundak Alvi yang kekar, lengan baju Alvi yang basah tidak membuat Alana bangun dari tidurnya justru Alana semakin mendekatkan kepalanya dan membuat kenyamanan. Sedangkan Alvi dia hanya diam tidak bertindak apapun, Alvi sosok yang di kenal sangat cuek dan tidak suka di sentuh oleh siapapun bisa berdiam diri saja saat seorang gadis yang di cap sebagai babunya menyenderkan kepalanya di pundak Alvi.
"Lo berhutang sama gue, akan gue tagih perlakuan lo ini suatu saat nanti."
2 jam berlalu begitu saja, Alana membuka matanya perlahan ia terkejut karena sudah tertidur di pundak Alvi. Yang lebih terkejutnya Alvi tidak marah atau mengusirnya justru Alvi juga ikut tertidur dengan memasang sebuah headset di telinganya. Alana memandang Alvi dengan intens dari samping, siapa sangka cowok yang berwajah jutek ini bisa punya lekuk bibir yang Indah serta bulu mata yang lentik.
Sesekali Alana iseng memainkan bulu mata Alvi dan membuat Alvi bergerak sedikit karena merasa geli.
"Coba aja Kak Alvi gak jadiin aku babu, mungkin kita bisa jadi teman," Ucap Alana sendiri dengan pelan.
Alana tersenyum sembari memandangi wajah Alvi, "Tapi kalau difikir lagi aku sama sekali gak merasakan seperti babu Kak Alvi, perlakuan Kak Alvi ke aku terlalu manis. Bahkan Kak Alvi gak pernah nyuruh aku apapun," lanjutnya.
Secara perlahan Alana mendekatkan wajahnya semakin dekat hingga harak antar wajahnya dengan Alvi tertinggal beberapa centi lagi. Deru nafas Alana bisa dapat Alvi rasakan, "Lo mau ngapain, gue hah!" Ucap Alvi tiba-tiba.
Alana terkejut dan segara menjauhkan wajahnya dari wajah Alvi, pipinya kembali memerah karena merasa malu seperti seseorang yang tertangkap basa sudah melakukan sesuatu.
"Sejak kapan Kak Alvi bangun?"
"Gue gak tidur."
"Terus kenapa gak buka mata saat aku bangun?"
"Lagi dengar musik."
"Itu gak menjawab pertanyaan aku tahu."
"Terserah."
Alvi merapihkan segala sesuatu yang ia bawa, dan berdiri bersiap untuk meninggalkan tempat tersebut. Bell istirahat siang akan segera berbunyi Alvi berjalan santai keluar dari area lapangan dan di ikuti oleh Alana yang berjalan di belakangnya.
"Kak Alvi." Ucap Alanan memanggil.
"Kenapa?"
"Alana boleh tanya sesuatu."
"Tanya apa?"
"Kenapa Kak Alvi jadiin aku babu? Kenapa kita gak jadi teman aja?"
"Suka-suka gue."
'Ish nyebelin banget sih jawabannya,' ucap Alana membatin.
"Lo punya pacar?" Tanya Alvi.
Deg. Langkah Alana terhenti seketika karena mendengar pertanyaan tersebut, tiba-tiba sekali Alvi bertanya hal yang bahkan di luar dugaan Alana. Bagiamana mungkin Alvi bisa dengan segampang itu menanyakan hal tersebut pada Alana. Bibir Alana bungkam lidahnya kaku, apa yang harus ia jawab?
"A... Aku gak... Gak mau jawab! Kak Alvi aja jawab pertanyaan aku kayak gitu," jawab Alana gugup.
Alvi menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap gadis di depannya sekarang. "Memang jawaban seperti apa yang lo mau, hah!"
"Gak tahu, lagian kenapa Kak Alvi nanya begitu ke aku? Jangan-jangan Kak Alvi nguping omongan aku sama Sasa yah," ucap Alana dnegan curiga.
"Gua gak nguping."
"Jawab dulu ish, kenapa harus aku yang Kak Alvi jadikan babu?" Alana geram.
"Karena gue suka," Alvi tersenyum tipis.
"Suka? Suka apa? Suka siapa? Kak Alvi...."
Cup.
Mata Alana membulat sempurna ucapannya terpotong, sesuatu yang terasa hangat dan kenyal menyentuh bibir mungilnya. Alvi memejamkan matanya mendiamkan beberapa detik bibirnya yang menyentuh bibir Alana. Beberapa detik kemuadian Alvi melepas kecupan singkat itu, lalu tersenyum tipis menatap raut wajah Alana yang masih terkejut serta bibir yang masih bungkam. Sesekali Alana mengedipkan matanya berusaha menyadarkan dirinya atas apa yang telah terjadi.
"Kak Alvi... " Ucap Alana lemas.
"Lo terlalu banyak tanya." Jawab Alvi dan langsung pergi begitu saja.
Langkah kaki jenjang Alvi membawanya pergi menjauh dari Alana, meski di depan Alana ia masih terlihat biasa saja seperti orang tanpa dosa dan tidak terjadi apa-apa. Akan tetapi jauh dalam hati nya ia justru merutuki dirinya sendiri karena telah melakukan itu, bahkan jantungnya dapat ia rasakan berdetak dengan sangat cepat. Hal yang tak pernah Alvi bayangkan sebelumnya terjadi pada dirinya, setelah ini apa yang harus ia lakukan jika berhadapan dengan Alana?
Holla!!! Ketemu lagi dengan sih Author yang ngetik ceritanya sesuai mood hehehehe.
Masih pada Stay kan dengam kisah sih babang ganteng Alvi? Hayoohh siapa yang gemes sama Alana dan jengkel sama sifat Alvi hahahaha.
Pokoknya Stay teruss, tunggu next chapter nya yah :)
Jangan lupa vote+comment kalian yang sangat mendukung cerita ini :)
See you.
Jakarta, 18 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIANO
Teen FictionIni tentang bagaimana seorang lelaki yang tak memiliki perasaan cinta dalam hidupnya, bahkan tak mengenal adanya bahagia dalam dunia nya. Hingga ia bertemu dengan seseorang! Seseorang yang merubah semua perasaan dalam hatinya, seseorang yang dapat m...