Dia yang Pertama.

8 3 1
                                    

Pukul 19.00.

Sudah malam, Alvi baru saja sampai di garasi motornya. Baju masih lepek dan berbau alpukat karean kejadian siang tadi yang menimpa dirinya, Namun, herannya Alvi tidak terlalu memperdulikan hak itu justru ja merasa senang dan lebih tertantang untuk menaklukan seroang Alana. Ia membuka pintu rumah dan di sambut oleh Mamah dan adik perempuan nya, yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Kemana saja kamu Alvi, jam segini baru pulang."  Ucap Irene.

"Tau nih Abang, gara-gara Abang pulang telat jadi gak bisa lihat Papah pergi deh." Timpal Tasya.

"Pergi lagi pria tua itu?"

"Alvi, ucapan kamu gak sopan sekali. Dia Papah kamu!" Ucap Irene mulai membentak.

"Memang sejak kapan Alvi pernah sebut dia dengan sebutan Papah? Dia sendiri aja gak pernah menganggap Alvi anaknya."

"Alvi !!"

"Sudah Mah, Alvi cape! Mau ganti baju terus istirahat. Akhirnya pria tua itu pergi juga dari rumah ini." Ucap Alvi langsung pergi menuju kamarnya.

Irene sudah pasrah dengan sikap anak laki-laki nya itu, ntah bagaimana caranya ia bisa mengubah sifat anak nya itu. Mengapa Alvi bisa menjadi seperti itu, Irene sangat faham mengapa Alvi sepeti ini. Sikap Alvi saat ini tentu saja berbeda dengan sikap Alvi waktu masih kecil, karena kurang nya kasih sayang seorang Ayah, Alvi berubah menjadi anak yang sering memberontak.

Dalam kamar Alvi melempar tas nya asal dan merebahkan tubuhnya, hidupnya serasa tenang sekarang karena orang yang paling tidak ia senangi tidak ada di rumah saat ini. Ia pun kembali memposisikan dirinya untuk duduk membuka satu persatu kancing seragam, yang tercium pekat bau jus alpukat. Alvi meraih handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Drett...drett...

Sebuah pesan singkat masuk di layar handphone Alvi, namun karena Alvi sedang mandi ia tidak mendengar bunyi handphone nya. Pesan itu ntah dari siapa, karena tidak terdapat nama dalam nomornya yang berarti itu pesan dari nomor yang belum Alvi simpan.

0878xxxxxxxx.

'Kak Alvi.'
'Ini Alana.'
'Alana mau tanya sesuatu.'
'Bales dong! Ish kesel! Sombong banget.'
'Kak Alvi!!!!'
'Kak Alviano!!!!'
'Oy!!!'
'Orang.'
'Ish! Aku mau tanya besok beli susu kotak sama rotinya pakai duit siapa?'
'Kak Alvi!!!'
'Tau Ahh, males.'
'Gak di bales-bales, bye!'

Alana mengirimkan banyak pesan singkat karena merasa kesal pesan nya tidak di balas oleh Alvi. Sedangkan Alvi masih sibuk membersihkan dirinya tanpa tahu bahwa handphone terus bergetar karena ada pesan masuk. Tanpa mengetuk pintu lagi Tasya masuk ke dalam kamar Alvi, berniat untuk mengajak Alvi makan malam bersama. Namun karena melihat Abang nya yang tengah asik mandi, sifat jahil Tasya pun muncul dengan perlahan Tasya meraih handphone Alvi, lalu membuka pesan yang masuk. Untung nya saja handphone Alvi selalu terbuka, dan tak pernah di kata sandi sedikit pun jadi memudahkan Tasya untuk mengutak-atik handphone Abang nya itu.

Tasya cekikikan sendiri membaca pesan-pesan yang dikirim kan Alana, tanpa sadar Alvi sudah selalu mandi dengan cepat Tasya meletakkan kembali handphone Abang nya itu di meja.

"Lo ngapain di kamar gue?" Tanya Alvi.

"Enggak ngapa-ngapain! Tasya cuma mau panggil Bang Alvi buat makan malam bersama, mamah sudah nunggu." Jelas Tasya.

"Lo buka-buka handphone gue ya!"

"Enggak."

"Minggir Lo!"

Alvi meraih handphone nya dan melihat apakah adiknya ini telah membuka handphone tanpa permisi.

"Bang Alvi, ngomong-ngomong Alana siapa?" Tanya Tasya dengan sedikit menggoda.

"Bener kan Lo buka-buka handphone gue!"

"Cuma sedikit kok!" Ucap Tasya yang langsung pergi dari kamar Alvi.

Alvi mengecek kembali handphone nya dan ternyata ada nomor yang tidak ia kenal, mengiriminya pesan. Dan saat di buka ternyata pesan itu dari Alana, sudah dibaca lebih dulu oleh Tasya. Alvi membaca satu persatu pesan Alana dan tersenyum tipis tanpa sadar. Menurutnya Alana itu gadis unik yang membuat nya semakin tertantang untuk menaklukkan nya, sebab ia gadis pertama yang tidak bersikap manis pada Alvi, dan juga Alana adalah gadis pertama yang berani untuk membantah omongan Alvi. Satu lagi! Alana juga gadis pertama yang berani menyiram Alvi pakai jus alpukat.

Mengingat kejadian siang tadi membuat Alvi lucu sendiri, ia tidak merasa kesal sedikitpun dengan perlakuan Alana. Alvi justru senang, sekian lama akhirnya ia menemukan gadis yang dapat bersikap berani padanya bukan hanya merasa terpesona akan ketampanan nya. Ia pun sadar bahwa sekarang ia tengah bersenang-senang memikirkan Alana, dirinya sudah di buat kalut oleh gadis itu. Cepat-cepat Alvi membuang pikiran nya pada Alana jauh-jauh, tentu saja Alana bukan tipekal Alvi sekali. Dengan tatapan nya yang kali datar ia mengetikkan sebuah pesan balasan untuk Alana.

'Duit lo.'

Singkat dan jelas Alvi membalas pesan Alana, ia pun meninggalkan handphone nya di atas meja dan mengambil kaos untuk ia kenakan. Dan ternyata mendapat balasan lagi dari Alana.

0878xxxxxxxx

'Singkat amat bales nya.'
'Pelit banget kuota sih.'
'Ish.'

Terlihat senyum tipis berbingkai dalam bibir Alvi selagi melihat balasan Alana dan tidak merespon nya, justru ia menambahkan kontak Alana ke handphone nya dengan menuliskan nama 'Babu'. Alana menjadi cewek ke-tiga yang berada di kontak handphone Alvi setelah mamah dan adik perempuan nya. Selama ini, Alvi sangat tidak suka kalau ada perempuan asing yang mengirim sebuah pesan padanya kalaupun ada Alvi akan langsung memblokir nya. Tapi berbeda dengan Alana, ia justru menyimpan nya. Apa karena status Alana yang menjadi babu Alvi? Atau ada hal lain yang membuat Alvi seperti ini?

.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading, sobat!!

Jangan lupa vomment nya

Adakah yang menanti cerita ini?  Hehehehe :)

See you,
Jakarta, 26-06-2020

ALVIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang